Kantor Bahasa Kepri

Ketika Edward John Smith Terbang di Langit Peking oleh Benny Arnas

Benny Arnas, penulis yang telah menerbitkan 32 buku membagikan salah satu karyanya. Simak salah satunya dalam artikel di bawah ini.

Istimewa untuk Tribun Batam
Potret Benny Arnas, penulis yang telah membuat 32 buku. Sejumlah karyanya terarsip di www.bennyarnas.com. 

Ia menyodorkan gelas kosongnya kepada Jack.

“Isi lagi, Anak Muda!” lalu ia batuk lagi.

“Rose,” katanya ketika gadis itu memandang Jack dengan jengkel. “Jangan lepaskan Jack,” ia terkekeh lagi. “Selera humornya setara bacaanmu ...”

Rose mencubit lengan Jack yang baru saja mengisi gelas wiski Edward dengan separuh Bourbon.

“Ini sudah sangat larut,” ia menarik kekasihnya untuk menjauhi kemudi. Rose baru sadar, Edward hampir menenggak sebotol besar wiski sendirian.

Edward melirik arloji di tangan kanannya. Alkohol membuat ia sempoyongan. “Temani aku menghabiskan malam di ruang bangsat ini, Anak Muda!” Lalu ia terjatuh.

Pasangan kekasih itu menoleh.

“Hanya membantunya, Rose,” kata Jack ketika gadis itu hendak mencegahnya.

“Aku ingin mengajakmu menikmati pesta sesungguhnya di dek bahan bakar,” katanya begitu berhasil mengembalikan Edward ke kursi malas dengan jok yang empuk.

“Kau yakin Edward tidak apa-apa?” kata Rose beberapa saat setelah Jack menutup pintu ruang kemudi.

“Apa tidak sebaiknya kita memberitahu awak kapal? Keselamatan kita di tangan orang yang sedang mabuk berat, Jack!” Rose menyibak rok gaunnya yang lebar.

Jack mengangguk. “Ayo kita turun.”

Rose mengangguk. Bahunya masih turun-naik menahan buncah. 

“Kau membaca halaman pertama Daily Southampton minggu lalu?”

“Bahwa Tuhan pun takkan mampu menenggalamkan Titanic?”

Jack mengangguk. “Dan itu kata-kata si Edward!”

“Dan nyawa dua ribuan penumpang ada di tangan pemabuk?” Rose mempercepat langkahnya menuruni tangga, seakan-akan ia lebih tahu dari siapa pun yang penghuni blok 1F, dek paling murah di kapal itu, kamar untuk penumpang pemenang lotre.

“Dia kapten, Rose,” kali ini mereka sejajar.

“Dia cadangan!” suara Rose memarau.

Kapal berguncang.

Jack dan Rose saling pandang.

“Hanya badai,” Jack memimpin.

“Seperti tabrakan,” Rose menyusul. 

Kini mereka sudah berada di dek terbawah.

Guncangan lagi.

“Ini seperti tabrakan, Jack!” ulang Rose.

“Tabrakan cinta kita,” Jack balik badan, mengerling, dan kembali berlari. “Ini tangga terakhir!” serunya. “Ayo, Rose!” teriak Jack, “sebentar lagi pestanya  dimulai!”

Rose menyusul. Kedua tangannya yang sedari tadi sibuk mengangkat ujung roknya yang berat dan menjuntai tak ia rasakan sebagai kerepotan. 

Di ruang kemudinya, ketika Edward sedang bermimpi terbang di langit Peking yang magenta, Titanic menabrak Bahtera Nuh yang, entah bagaimana ceritanya, ujung palkanya menyumbul dua meter di atas permukaan samudra.***

** Benny Arnas telah menulis 32 buku. Karya-karyanya terarsip di www.bennyarnas.com.

Sumber: Tribun Batam
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved