PERAMPOKAN DI INDOMARET BATAM
Wawancara Eksklusif Korban Perampokan di Indomaret Batam Kota, Pelaku Datang Pakai Masker
Bagaimana cerita utuh perampokan di Indomaret Batam Kota? Simak penuturan dua korban saat kejadian, Sabtu (30/8) dini hari itu
BATAM, TRIBUNBATAM.id - Perampokan di Indomaret yang berlokasi di Ruko Grand California, Marchelia, Kecamatan Batam Kota, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Sabtu (30/8/2025) dini hari menyita perhatian publik.
Dua karyawan ritel modern yang jaga shift malam hari itu didatangi kawanan perampok sekira pukul 02.44 WIB.
Mereka diancam, ditodong dengan senjata tajam, bahkan disekap oleh para pencuri bersenjata itu.
Keduanya akhirnya selamat berkat pertolongan orang yang hendak datang berbelanja. Kini tiga dari empat kawanan perampok itu sudah diringkus polisi.
Nah, bagaimana cerita utuh pengakuan kedua korban perampokan itu? Saksikan wawancara langsung kedua wartawan Tribun Batam, Muhammad Rafli Surya Ardianzyah dan Muhammad Yusril dalam Program Saksi Kata:
Keterangan, Tribun Batam: TB, korban AR, dan AW.
TB: Abang siapa namanya?
AR: Agus Rian Hidayat
AW: Aku, Abdul Wahid
TB: Bang Agus, bisa abang ceritakan histori sebelum kejadian perampokan itu bagaimana?
AR: Sebelum kejadian itu kan cuaca lagi hujan lebat. Selesai hujan, sepilah keadaan toko. Habis itu saya juga baru selesai kerjakan tugas. Saya duduk lah di situ, ya kan.
Nah, tak lama ada orang masuk, abang-abang itu pakai masker, dia pakai topi. Ada tiga orang, pakai masker.
Abang yang satunya itu izin dia ke toilet, katanya.
TB: Oh, yang satu izinnya ke toilet?
AR: Iya, yang satunya izin ke toilet. Dia bilang gini, 'Bang, izin ke toilet ya.' Saya bilang lah, 'Iya bang, lihat dulu siapa tahu di toilet itu ada kawan saya.'
Datang dia ke toilet, buka pintu sebentar saja. Datang lagi dia ke arah saya, langsung ngepiting, lihat saya gitu, pak, sambil nodongin ini itu.
Itu yang izin ke WC. Yang kawan-kawan duanya itu depan kasir dekat saya, diam saja dua orang itu.
Yang dua itu pas kawannya ngepiting kepala saya, langsung ngeluarin semua senjata dia masing-masing.
TB: Jadi pas orang itu datang, abang gak ada merasa curiga atau bagaimana?
AR: Itu belum ada sih, kayak masih biasa saja gitu. Kirain kayak konsumen biasa gitu.
Setelah saya dipiting, saya di apa, di anu badik gitu di kepala saya di bawahnya. Saya ke belakang pintu belakang ini, didobraknya pintu belakang ini.
Di situlah dia tanya juga, 'Di mana kawanmu itu?'. Saya bilang pas saya diancam itu.
TB: Pas kejadian itu abang berdua atau ada temannya lagi?
AR: Berdua saja. Nah, terus selesai itu saya dipegang sama satu kawannya itu sambil diancam gitu kan. Yang duanya naik ke atas mencari kawan saya sambil bawa parang panjang gitu.
TB: Abangnya yang di atas belum tahu?
AW: Gak tahu. Itulah pas digedor pintu, tiba-tiba ada dua orang itu langsung nangkap. Sama kayak dia, langsung dipiting juga, tangan ditahan, sama parang itu langsung di leher.
Pokoknya dua orang itu nangkap kayak itulah. Jadi tiga orang itu ada sajam semua.
TB: Kalau abang sendiri ada yang misalnya berontak atau melakukan perlawanan saat itu?
AR: Nggak berani. Soalnya orang itu sudah mengancam kita.
AW: Kaget kan. Kayak biasa aja kerja, tiba-tiba datang dia, gak bisa ngapa-ngapain kita.
TB: Terus pasca kejadian itu, apa gak ada konsumen lain yang datang ke sini?
AW: Gak ada.
AR: Memang lagi sepi. Setelah kejadian itu sudah selesai kami disekap agak lima menit, baru ada konsumen.
Iya, sekitar lima menit lah itu kayaknya baru ada lagi konsumen. Itu pun konsumen tuh teriak kan, dia manggil ke belakang, nyariin kami gitu.
Katanya mau bayar gitu, antre panjang gitu di kasiran."
TB: Oh, sudah ada berapa konsumen?"
AR: Sudah ada beberapa konsumen yang mau bayar.
TB: Terus untuk reaksi dari perampoknya pas ada konsumen itu?
AW: Biasa saja dia, pak. Dia kayak buat biasa aja. Makanya di situ orang ada curiga.
TB: Terus pas kejadian itu ada gak abang kayak disiksa atau dipukul?
AR: Kalau itu ada. Waktu pas naik di tangga juga sempat dipukul. Gak tau pakai parang kayaknya ke kepala itu. Tapi mukulnya gak seberapa kuat sambil digertak.
Di berangkas juga kami sempat dipukul untuk memaksa buka brangkas. Sempat ditonjoklah di bagian kiri.
TB: Jadi itu abang ngasih tahu atau bagaimana?
AR: Berangkasnya? Itu gak bisa juga kami buka, kombinasi soalnya.
TB: Jadi karena si pelakunya itu gak bisa buka, dia maksa abang buat kasih tahu gitu.
Terus setelah itu, yang melaporkan ada kejadian rampok di sini siapa?
AR: Saya sempat ke Indomaret di Mitra Raya, yang dekat sini, untuk minjam handphone kawan, untuk melapor ke atasan sama rekan-rekan tim toko.
TB: Kalau untuk barang-barang di sini ada gak yang diambil atau duit atau yang lain?
AR: Kalau barang yang hilang di sini kayak uang tunai, rokok, sama alat-alat make up.
TB: Kalau boleh tahu kisaran berapa kerugian?
AR: Kerugian di sini itu sama kami juga ya? Kerugian sama dengan karyawan Rp6 juta lebih.
TB: Setelah itu, abang gak ada lapor ke sekuriti atau bagaimana?
AW: Sekuritinya sudah ada, bang. Pas kami turun saja sekuriti sudah di sini. Soalnya kan konsumen itu kan kami kan minta tolong itu, kan. Pas konsumennya di belakang manggil kami itu kami kan minta tolong itu."
Jadi konsumen ini bilang kayak aneh gitu. Kok aneh siapanya? Jadi dia curiga.
Jadi pas kami turun, sekuriti sudah di sini.
TB: Si pelakunya sempat kabur dulu?
AR: Sudah kabur, sudah gak ada lagi pelakunya.
TB: Si pelaku itu kabur pas ada konsumen di sini atau enggak?
AW: Pokoknya orang itu kayak berpapasan. Jadi dia kayak biasa aja gitu keluarnya. Santai aja.
TB: Kalau untuk pihak dari Indomaret sendiri, ada gak perhatian. Misalnya kayak dari medis atau keamanan?
AW: Keamanan
TB: Kemudian juga kalau dari pihak abang berdua kan sebagai korban, ada kayak perasaan trauma gak setelah kejadian itu? Atau misalnya takut. Kan sebelumnya kan dia ada bawa mobil atau bagaimana, ada takut-takut gitu atau gimana?
AR: Kalau itu ada sih, pak. Tapi kalau tahu lah
AW: Hari pertama, itu down kali. Kalau sekarang waswas juga.
TB: Kalau dari abang sendiri sebagai korban ini, cara abang biar gak terlalu memikirkan kejadian itu bagaimana, biar gak trauma mendalam? Maksudnya buat kegiatan-kegiatan biasa gitu?
AR: Iya, kegiatannya kayak biasa. Nanti gak diingat aja.
TB: Dari korban abang berdua nih, pelajaran apa sih yang bisa abang ambil dari kejadian ini?
AW: Lebih waspada sih, bang.Lebih waspada ya, bang. Lebih berhati-hati lagi. Kita harus kayak patut curiga. Apalagi jam-jam rawan kayak gitu kan. Itu sih yang bahaya."
TB: Itu pas tepatnya itu jam berapa tuh, bang?
AW: 02.47 WIB. (TRIBUNBATAM.id/Muhammad Rafli Surya Ardianzyah dan Muhammad Yusril)

                
												      	
												      	
												      	
				
			
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.