Pasutri di Batam Menanti Keadilan 1 Tahun Lebih Kematian Anaknya Al Fatih Usnan

Oh, anak Bapak dibawa ke sini memang udah nggak ada nyawa lagi, katanya. 

Yaudah, saya pun udah patah semangat, udah hampalah pulang. 

Tinggal menunggulah datang. Tau-tau pulanglah, sampai pukul 10 malam sampai ke rumah. 

Saya tengok lah, jenazah anak saya saja yang saya lihat.

Saya bertanya sama Elvi, Bu, bisa nggak anak saya dikebumikan besok pagi? Oh, nggak bisa. Peraturan Batam harus malam ini juga.

Baca juga: DPRD Batam Desak Polisi dan Jaksa Usut Tuntas Kasus Kematian Balita Al Fatih Demi Keadilan

Kan pemakam belum dibongkar, belum digali. Sudah katanya. Anak saya baru sampai. Masa kubur galinya udah siap.

Saya curiga juga. Ya, itu sajalah yang saya tahu, kan. 

Tribun Batam : Itu berarti tadi Bu Elvi yang menggali atau ada saran lain dari warga gitu, Pak? 

Amir : Dari Ustadz, Ustadz itu, Pak Desiwo, Ustaz Pak Desiwo, kan? Dari itu lah. 

Tapi orang itu ngomong berdua, kan. Tapi selesai orang itu ngomong berdua, peraturan Batam nggak boleh besok dikebumikan, harus malamnya juga. 

Maksud saya kok jam 1 malam. Ini jenazah baru sampai, gali kuburan sudah siap semua. 

Macam sudah di-setting, kan. 

Tribun Batam : Berarti yang menampingi sampai Graha Hermine, Ibu? Ibunya. Boleh cerita sedikit, Bu, pas Ibu tahunya itu kapan, jam berapa?

Migu Sedu : Waktu itu aku, pukul 5 sore aku pulang. Aku tanya lakiku. Aku bilang, mana si Patieh Bang? 

Tadi bilang antar tempat adik, bilang sama Elvi, sama keponakanku, Aku bilang, nggak ada.