GAS 3 KG DI BATAM

Warga Bengkong Kesulitan Dapat Gas Elpiji 3 Kg, Ini Respons Pertamina dan Disperindag

Sudah dua pekan, warga di Kecamatan Bengkong Batam mengeluhkan sulitnya mendapat gas elpiji 3 kg untuk digunakan memasak.

Penulis: Beres Lumbantobing | Editor: Dewi Haryati
Beres/TribunBatam
PANGKALAN GAS - Potret salah satu pangkalan gas elpiji 3 KG di wilayah Bengkong Batam, menempelkan kertas bertuliskan gas kosong, Sabtu (11/10/2025). 

BATAM, TRIBUNBATAM.id - Sudah dua pekan, warga di Kecamatan Bengkong, Kota Batam, mengeluhkan sulitnya mendapat gas elpiji 3 kg untuk memasak.  

Emak-emak mengaku kelimpungan, gas sulit didapat, aktivitas memasak pun terancam. Kesulitan mendapatkan gas melon itu tak hanya di pangkalan, namun juga di warung kelontong komplek-komplek perumahan.

Tak heran, banyak ditemui warga menenteng gas elpiji 3 kg keliling komplek hingga jalan raya. Pemandangan mewarnai aktivitas itu.

"Ada? Sudah datang gasnya?," ujar pengendara sembari menenteng tabung gas 3 kg kosong, menghampiri setiap pangkalan gas dan warung kelontong di wilayah Bengkong, Sabtu (11/10/2025).

Namun pertanyaan itu kerap dijawab 'kosong, belum masuk' oleh pemilik pangkalan. 

Beberapa pangkalan bahkan menuliskan kalimat besar bertuliskan 'Gas Kosong' untuk memberi jawaban. 

"Daerah sini, agak sulit cari gas 3 kg. Asal kita datang ke pangkalan gasnya kosong, hampir semua pangkalan yang ada bilang begitu,” ujar Ati, warga Bengkong Palapa.

Demi mendapatkan gas elpiji 3 kg, Ati pun mengaku mencarinya hingga ke Batu Ampar Batam. Jika merasa kejauhan, Ati terkadang membeli gas elpiji di kios warung kelontong yang harganya di atas HET (Harga Eceran Tertinggi).

“Kebetulan ada kawan yang punya pangkalan dekat Melcem. Kita pesan itu, nanti kalau ada gas sisakan buat saya. Tapi kalau gak ada, kadang beli yang di kios juga, cuma harganya di atas HET, minggu lalu beli Rp25 ribu hingga Rp30 ribu,” ungkap Ati. 

Tak hanya Ati, hal serupa juga dirasakan Nuriana. Warga Kampung Tua Bengkong ini mengaku sampai beli gas non subsidi atau gas pink demi bisa memasak. 

Baginya tak ada pilihan setelah berkeliling jauh.

"Sudah bolak-balik keliling cari tapi tak dapat. Gak mungkin rumah gak masak, terpaksa beli gas yang pink walau uang pas-pasan," ungkapnya. 

Informasi di lapangan yang disesalkan warga, beberapa pangkalan menyembunyikan gas melon 3 kg. Pangkalan hanya menjual kepada kerabat dan kenalan. 

Ditemui Tribunbatam.id di kawasan Bengkong, lebih dari tujuh pangkalan gas elpiji 3 kg mengaku gas kosong. 

Alasannya bervariasi. Ada yang mengaku gasnya terlambat masuk. Ada pula yang baru masuk langsung habis. 

“Ada keterlambatan pendistribusian gas dari agen ke pangkalan. Kami yang jadwalnya Rabu diundur, malah masuknya Sabtu,” ujar Dopat, pemilik pangkalan gas elpiji di Bengkong Palapa.

Ia mengatakan, akibat adanya keterlambatan pendistribusian itu, maka banyak warga yang setiap kali hendak membeli gas harus pulang dengan tangan kosong. 

Tidak hanya dia, pangkalan lainnya mengungkap hal serupa. Selain terlambat ketika gas masuk, hanya dalam hitungan jam gas sudah habis. 

"Gas baru datang, paling dua jam sudah habis. Kalau sudah habis, kami menunggulah seminggu lagi karena jadwal kami sekali seminggu," ujar pemilik pangkalan gas tepat di depan Kantor Lurah Tanjung Buntung. 

Terpisah, Kepala Pertamina Batam, Galuh Anjasmara mengatakan, gas elpiji 3 kg bukan mengalami kelangkaan, melainkan ada kenaikan permintaan di lapangan. 

"Saat ini memang penyerapan kondisinya sedang tinggi, namun untuk distribusi sudah kami lakukan penambahan penyaluran. Untuk ketersediaan akan segera kembali normal," ujar Galuh. 

Diakuinya, beberapa waktu terakhir permintaan gas elpiji di Batam terbilang tinggi. Hal itu merupakan serapan dari tingginya UMKM. Namun ia memastikan suplai ketersediaan akan segera kembali normal. 

Sementara Kabid Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Batam, Januar Arkana mengatakan, tidak ada kendala dalam pendistribusian gas di lapangan saat ini. 

"Untuk pekan ini sudah berjalan lancar, tidak ada kendala. Namun untuk memastikan, kami akan turun cek dan sidak beberapa wilayah untuk melakukan pengawasan," ujarnya. 

Adanya kendala pasokan yang terjadi, kata dia, hal itu imbas dari peristiwa beberapa waktu yang sempat terjadi keterlambatan pendistribusian gas dari Pertamina ke Pangkalan. 

"Itu sudah beberapa waktu lalu, ada keterlambatan distribusi. Karena kalau sekali ada keterlambatan, dampaknya langsung ke pangkalan. Tapi ini sudah kembali normal," ungkapnya. 

Merespons tingginya serapan gas elpiji yang digunakan dapur BGN (Badan Gizi Nasional), Januar enggan berkomentar lebih jauh. 

"Saya belum tahu teknisnya, coba saya pelajari dulu," katanya singkat. 

Sebelumnya beredar kabar, banyak warga mengeluhkan gas elpiji 3 kg justru digunakan dapur MBG (Makan Bergizi Gratis) untuk memasak.

Warga menilai peruntukan gas untuk orang miskin itu tak tepat sasaran, apalagi program MBG telah mendapat alokasi dari APBN. 

Penelusuran Tribunbatam.id, beberapa dapur MBG di wilayah Bengkong masih menggunakan gas elpiji 3 kg

"Kami sehari itu bisa pakai 4 tabung sehari, kadang lebih, tergantung jenis menu yang dimasak. Namun kalau gas agak sulit, kami pakai yang 20 kg," ujar seorang Kepala SPPG yang namanya enggan disebutkan. 

(TRIBUNBATAM.id/bereslumbantobing)

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved