PROGRAM MBG

Dapur MBG Terpaksa Ditutup Setelah 115 Orang Keracunan Massal Usai Santap Makanan di Sekolah

Terbaru,  Sebanyak 115 siswa dari berbagai jenjang pendidikan mulai TK, SD, hingga SMA di Kecamatan Karanglewas,

Editor: Eko Setiawan
rahmat kurniawan/tribun jabar
GELOMBANG 2 KERACUNAN - Kondisi siswa yang mengalami keracunan MBG saat dirawat di GOR Kecamatan Cipongkor, Bandung Barat, Rabu 24 September 2025./Rahmat Kurniawan. Wakil Kepala BGN Nanik S. Deyang mengungkap, keracunan massal MBG di Bandung Barat salah satunya disebabkan karena adanya SOP yang tidak dijalankan 

TRIBUNBATAM.id, BANYUMAS - Sejumlah kasus keracunan di Indonesia menjadi perhatian khusus oleh Badan Gizi Nasional.

Terbaru,  Sebanyak 115 siswa dari berbagai jenjang pendidikan mulai TK, SD, hingga SMA di Kecamatan Karanglewas, Banyumas, Jawa Tengah mengalami keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG).

Insiden keracunan MBG dilaporkan sejumlah sekolah secara bertahap mulai Selasa (23/9/2025) hingga Jumat (26/9/2025).

Program MBG adalah inisiatif pemerintah Indonesia yang bertujuan menyediakan makanan bergizi secara gratis kepada kelompok masyarakat rentan, terutama anak-anak dan ibu hamil.

Dinas Pendidikan Banyumas menemukan ada sekolah yang tidak melapor terkait keracunan MBG karena terikat perjanjian dengan Sentra Produksi Pangan Gizi (SPPG).

SPPG yaitu dapur atau unit produksi makanan yang ditunjuk untuk menyiapkan dan mendistribusikan makanan bergizi dalam program.

Kepala Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan (Dindik) Banyumas, Taryono, menyatakan operasional SPPG Karanglewas Kidul yang melayani sekitar 3.000 porsi makanan dihentikan sementara.

"Ini jumlahnya sekitar 115 lebih yang dilaporkan siswa alami mual-muntah. Termasuk dari TK ada 30-an dan SD N Kediri ada juga datanya sekitar 20 dan 30 orang."

"Belum sekolah lain yang belum melaporkan," paparnya, dikutip dari TribunJateng.com.

Pihaknya akan berkoordinasi dengan Balai Gizi Nasional (BGN) Banyumas agar SPPG Karanglewas Kidul dievaluasi.

"Mulai Senin akan dilakukan evaluasi. Termasuk dilaporkan ke BGN regional Jawa Tengah," imbuhnya.

Menurutnya, jumlah siswa yang mengalami keracunan dapat bertambah karena sekolah MI berada di bawah kewenangan Kemenag.

Sejumlah sekolah memilih menolak program MBG karena siswanya belum pulih.

"Yang menyatakan menolak langsung dikirim MBG ya dari SDN Pangebatan karena masih ada sebagian besar murid yang belum masuk sekolah dari kejadian kemarin."

"Kondisinya dari rumah sudah dipantau dari orangtua, katanya sudah membaik, tapi memang masih ada yang pusing jadi tidak bisa masuk sekolah," jelasnya.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved