Tanjungpinang Terkini

Lis Darmansyah Komentari Sepinya Daya Beli di Tanjungpinang: Tidak Semua Pedagang Mengeluh

Namun banyak juga yang mengakui saat ini penjualan mereka dalam kondisi baik dan justru meningkat.

Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Eko Setiawan
Tribun Batam.id/ Ronnye Lodo Laleng
DAYA BELI LEMAH - Pengunjung saat belanja di salah satu mini market yang ada di Batu 9, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri). 

TRIBUN BATAM.id, TANJUNGPINANG  - Wali Kota Tanjungpinang Lis Darmansyah respon keluhan pedagang soal turunnya daya beli di Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri).

Saat dikonfirmasi Lis menyampaikan dirinya harus melihat data terlebih dahulu.

"Kita tidak secara parsial mengatakan bahwa saat ini toko kelontong di Tanjungpinang sedang sepi pembeli," sebut Lis, Kamis (30/10/2025).

Dia menyampaikan tidak semua pedagang di Tanjungpinang mengeluh sepi. 

Namun banyak juga yang mengakui saat ini penjualan mereka dalam kondisi baik dan justru meningkat. 

Jika hanya beberapa orang lalu dianggap sepi ya itu tidak rasional juga.

"Saat ini ekonomi di Tanjungpinang sudah mulai bergerak jika dibandingkan dengan dua tahun lalu," tegasnya. 

Menurut pengakuan kawan-kawan UMKM mereka saat sudah mulai ada perubahan Jika dibandingkan dengan dua tahun lalu.

"Banyak UMKM Tanjungpinang yang mengaku ada perubahan meski belum 100 persen baik," ujarnya. 

Ke depan Pemerintah Kota Tanjungpinang akan melakukan langkah-langkah baru, untuk mengatasi persoalan ini.

"Kita tetap perhatikan masalah ini. Mohon dukungannya," kata dia.

Untuk diketahui, dunia usaha di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mulai merasakan dampak pelemahan daya beli masyarakat. 

Situasi ini sudah dirasakan pedagang kecil dan menengah sejak beberapa bulan terakhir.

Pemerintah setempat diharapkan bisa mengambil kebijakan konkret untuk mengatasi persoalan ini.

Seorang pedagang Rosalina mengaku penjualan sembako di warung miliknya semakin sulit.

"Daya beli semakin berkurang. Biasa satu bulan saya order barang dua kali, saat ini hanya sekali saja," sebut Rosalina.

Dia menyampaikan, sejumlah item yang memengaruhi penurunan adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau seperti rokok.

"Dulu paling banyak yang beli rokok di warung saya. Sekarang sulit yang belanja, tak tahu kenapa," akunya. 

Keluhan serupa juga disampaikan pedagang toko Kelontong lainnya, Intan.

Dia mengaku turunnya omzet, akibat sepinya pembeli.

Padahal dua bulan lagi, sudah memasuki perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2027.

"Selama 5 tahun saya usaha baru tahun ini anjlok. Biasa menjelang akhir tahun daya beli masyarakat melonjak," akunya. 

Dia membeberkan, sebelumnya dia bisa menghasilkan omzet hingga Rp 2 juta sehari.

Beberapa bulan belakangan ini, omzet paling tinggi Rp 1 juta saja sehari.

Yang paling dirasakan adalah pembeli rokok sangat merosot tajam.

Padahal baginya perokok saat ini tidak berkurang, justru bertambah. 

Dia beranggapan, pedagang baru kaki lima, supermarket, dan tokoh-tokoh baru jadi penyebab sepinya daya beli masyarakat.

"Saat ini pedagang warung kelontong, kedai kopi semakin menjamur di Tanjungpinang," akunya. 

Selain itu, kebiasaan warga Tanjungpinang sering membeli barang justru ke Kota Batam.

"Warga Tanjungpinang yang saya tahu jarang belanja di Tanjungpinang. Mereka lebih senang ke belanja ke Batam, sekalian jalan-jalan di akhir pekan," ujarnya.

Hal lain yang ikut memengaruhi daya beli, adalah sebagian warga Tanjungpinang asli kini sudah banyak yang merantau ke luar Kepri.

"Yang ada saat ini adalah warga Batam yang berkantor di Dompak," katanya.

Mereka lebih suka beli barang di Batam dalam jumlah besar untuk stok selama seminggu di Tanjungpinang.

Kondisi ini terulang kali secara rutin, sehingga daya beli di Tanjungpinang melemah.

Menurutnya, kondisi tersebut seharusnya menjadi perhatian pemerintah, terutama untuk mengerek kembali daya beli masyarakat.

Salah satu caranya ialah dengan menstabilisasi berbagai harga pangan pokok. Misalnya, beras yang sempat mengalami kenaikan meski pemerintah mengklaim stok beras aman.

"Harga-harga sembako harus diawasi dengan baik oleh pemerintah, karena ini juga menjadi dampak penurunan pembeli," ujarnya. (TRIBUNBATAM.id/ Ronnye Lodo Laleng).

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved