Pemilik Toko Kelontong di Tanjungpinang Terpukul Pelemahan Daya Beli: Rokok Paling Terasa

Pemerintah setempat diharapkan bisa mengambil kebijakan konkret untuk mengatasi persoalan ini.

|
Penulis: ronnye lodo laleng | Editor: Dewi Haryati
Tribun Batam.id/ Ronnye Lodo Laleng
DAYA BELI LEMAH - Pengunjung saat belanja di salah satu mini market yang ada di Batu 9, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri). Pemilik toko kelontong keluhkan pelemahan daya beli masyarakat, khususnya untuk rokok, ditambah lagi dengan hadirnya toko-toko baru di Tanjungpinang 

Ringkasan Berita:
  • Pemilik toko kelontong di Tanjungpinang keluhkan daya beli masyarakat turun
  • Penurunan daya beli yang paling terdampak untuk produk rokok
  • Kehadiran supermaket, toko-toko baru ikut jadi faktor
  • Biasanya pedagang bisa dapat omzet Rp2 juta sehari, sekarang turun jadi Rp1 juta


TANJUNGPINANG, TRIBUNBATAM.id
- Dunia usaha di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mulai merasakan dampak pelemahan daya beli masyarakat.

Situasi ini sudah dirasakan pedagang kecil dan menengah sejak beberapa bulan terakhir.

Pemerintah setempat diharapkan bisa mengambil kebijakan konkret untuk mengatasi persoalan ini.

Seorang pedagang, Rosalina mengaku penjualan sembako di warung miliknya semakin sulit.

"Daya beli semakin berkurang. Biasa satu bulan saya order barang dua kali, saat ini hanya sekali saja," ujar Rosalina, Kamis (30/10/2025).

Ia menyampaikan, sejumlah item yang mempengaruhi penurunan itu yakni kelompok makanan, minuman, dan tembakau seperti rokok.

"Dulu paling banyak yang beli rokok di warung saya. Sekarang sulit yang belanja, tak tahu kenapa," ujarnya.

Keluhan serupa juga disampaikan pedagang toko kelontong lainnya, Intan.

Ia mengakui omzetnya turun, akibat sepinya pembeli.

Padahal dua bulan lagi, sudah memasuki perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2027.

"Selama 5 tahun saya usaha baru tahun ini anjlok. Biasa menjelang akhir tahun daya beli masyarakat melonjak," tuturnya.

Intan menyebut, sebelumnya ia bisa menghasilkan omzet hingga Rp2 juta sehari.

Beberapa bulan belakangan ini, omzet paling tinggi Rp1 juta saja sehari.

Yang paling dirasakan, yakni pembeli rokok menurun tajam.

Padahal menurutnya jumlah perokok saat ini tidak berkurang, justru bertambah. 

Sumber: Tribun Batam
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved