TSUNAMI PALU DAN DONGGALA

Ibu Tak Tahu Rachel di Mana, Selamat Ulang Tahun, Nak, Kisah Pilu Henita Pangke dari Palu

Ya, kemarin, 13 November 2018, adalah hari ulang tahun putri sulungnya, Rachel Arnee Putri. Rachel menginjak usia 21 tahun

Editor: Mairi Nandarson
handout
Rachel Arnee Putri (21) dan Aldo Ramadhan (18), buah hati Henita Pangkey (40), yang belum juga ditemukan sejak bencana likuefaksi, gempa dan tsunami melanda Sulawesi Tengah, pada 28 September 2018. 

TRIBUNBATAM.id, PALU -   “Selamat ulang tahun, Nak... Ibu tidak tahu Rachel di mana sekarang. Semua doa terbaik buatmu anakku sayang. Semoga kau dan adikmu baik-baik saja...”

Lirih doa itu diucapkan Henita Pangke (40).

Ya, kemarin, 13 November 2018, adalah hari ulang tahun putri sulungnya, Rachel Arnee Putri. Rachel menginjak usia 21 tahun.

Baca: 4.302 Pelamar CPNS Batam Ikut Tes SKD Cuma 154 Lolos Passing Grade, Apa Rencana Pemko?

Baca: MotoGP Valencia - Marc Marquez Masih Ambisi Menang Demi Satu Gelar Lagi

Baca: Rusia Bersiap Aktifkan Avangard, Rudal Kiamat, Daya Ledaknya 100 Kali Lipat dari Bom Hiroshima

Baca: Klarifikasi Wali Kota Syahrul Soal Anaknya Ikut Kunjungan Kerja ke Dubai: Pakai Uang Pribadi

Hanya doa yang bisa dipanjatkan Henita untuk Rachel yang hingga kini belum diketahui keberadaannya bersama adiknya, Aldo Ramadhan, pascabencana gempa, tsunami, dan likuefaksi yang melanda Kota Palu, Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi, pada 28 September 2018 lalu.

Sebagai seorang ibu, Henita sangat menyesal karena saat bencana terjadi, dia tak bersama suami dan anak-anaknya.

Namun, dia tetap tabah dan ikhlas menjalani kehidupan ini.

Saat bencana alam melanda, Henita tengah melakukan perjalanan ke Batam, Kepulauan Riau, untuk menghadiri sebuah kegiatan.

Dari Palu, dia berangkat ke Bandara Mutiara Sis Aljufri menuju Batam dan transit di Jakarta, Jumat (28/9/2018) pagi.

Saat transit di Jakarta, Henita sempat kontak via video call dengan suaminya, Muhammad Akbar.

Dalam obrolan singkat itu, sang suami berencana pergi ke acara Festival Palu Nomoni setelah maghrib.

Singkat cerita, setelah lama transit di Jakarta, pesawat yang ditumpangi Henita mendarat sekitar pukul 17.00 Wita. Turun dari pesawat, dia langsung mengaktifkan telepon seluler.

Saat teleponnya aktif, sebuah pesan singkat masuk yang menginformasikan bahwa telah terjadi gempa dan tsunami di Palu.

“Pikiran saya, ah kalau terjadi tsunami, tidak mungkin sampai Petobo karena di ketinggian. Saya coba hubungi suami dan anak saya tapi semua tidak aktif. Tapi saya sempat berkomunikasi dengan Bunga, anak saya yang ketiga yang saat itu ada di sekolahnya. Saat itu, belum ada rasa cemas sama sekali. Akhirnya saya tahu kabar anak saya yang ketiga. Hanya suami dan tiga anakku yang belum berkabar,” tuturnya.

Henita galau dan coba menghubungi rekan-rekannya di Palu.

Sekitar pukul 23.00 Wita, ada temannya yang menginformasikan bahwa Petobo tidak bisa dimasuki karena terjadi longsor.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved