Polda Kepri Telisik PT San Hai di Batam soal Izin hingga TKA asal Tiongkok
Polda Kepri ikut menyelidiki mengenai penyegelan PT San Hai oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam.
Penulis: Endra Kaputra | Editor: Agus Tri Harsanto
TRIBUNBATAM.id - Polda Kepri ikut menyelidiki mengenai penyegelan PT San Hai oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam.
Hal itu disampaikan Direskrimsus melalui, Kasubdit lV Kompol Juleigtin Siahaan. Ia mengatakan, DLH sudah menyampaikan atas temuan tersebut.
"Tadi kita sudah koordinasi dengan pihak DLH, dan rencananya senin ini akan datang ke Polda," sebutnya, Jumat (8/3/2019).
Hal ini pun juga menyangkut soal temuan Tenaga Kerja Asing (TKA) yang bekerja di perusahaan tersebut.
Sebelumnya diberitakan, pada Rabu (6/3/2019) sekitar pukul 14.00 Wib, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam, lakukan penyegelan PT San Hai yang beroperasi di Tanjunguncang.
PT San Hai selama ini tidak memasang papan plang nama dan diduga tidak mengantongi izin.
• Temukan 200 Ton Limbah Plastik, Kadis LH Batam Segel PT San Hai karena Tak Punya Izin
• BREAKINGNEWS - Petugas Imigrasi Batam Sidak PT San Hai Batam, Pekerja Asing Dikabarkan Kabur
"Setelah kita dapat laporan dari mawan kawan media, kita langsung melakukan survei, di sana kita melihat perusahaan yang bergerak di bidang peleburan plastik tersebut tidak bisa menunjukkan izin," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Batam Herman Rozi, Jumat (8/3/2019).
Dia mengatakan PT San Hai tidak memiliki izin lingkungan dan dokumen lingkungan, serta pengolahan limbahnya.
"Di lokasi kita juga temukan barang bukti plastik bekas yang sudah dipadatkan sekitar 200 ton, yang akan di daur ulang," kata Herman.
Tinggal di Perusahaan
TKA yang bekerja di PT San Hai Tanjunguncang, selama ini tinggal di dalam perusahaan.
Mereka biasanya keluar saat hari minggu belanja ke pasar kaget yang ada di depan PT ASL Tanjunguncang.
"Biasanya mereka keluar pas hari minggu, mereka bekerja ke Pasar kaget, kadang datang juga ke Warung beli rokok,"kata Riski, pemilik warung yang ada diseberang jalan, pintu masuk kawasan Pt Putra Perkasa Harapan Jaya.
Riski mengatakan para pekerja TKA tersebut tidak tahu sama sekali bahasa indonesia.
"Bahkan bahasa Inggris pun, mereka tidak tahu," kata Riski.
• 7 Fakta Zul Zivilia Bandar Narkoba. Dari Barang Bukti Sabu 50 Kilo, Dibekuk Mantan Kapolres Karimun
• Hari Ini Masuk Bulan Rajab, Ini Keistimewaan & Amalan yang Bisa Dilakukan Menurut Ustaz Abdul Somad
Biasanya TKA itu datang ke Warung untuk beli rokok.
"Jadi kalau mereka beli rokok mereka tunjuk aja rokok apa yang mau dibeli, terus saat bayar kita tunjukkan saja kalkulator, lalu mereka bayar," kata Riski.
Melda warga lainnya mengatakan dirinya sering bertemu sama orang TKA teraebut di pasar kaget.
"Kan setiap hari minggu ada pasar kaget di depan Pt ASL, jadi mereka jalan kaki belanja kesana,"kata Melda.
Dia mengatakan saat pembayaran, pedagang bisanya menunjukkan harganya lewat kalkulator. "Mereka tidak ngomong, paling mereka menunjuk saja terus bayar," kata Melda.
Melda menceritakan Pt San Hai baru mulai beroperasi pada bulan Oktober 2018 lalu.
"Awalnya pekerjanya hanya cowok, tapi semakin lama semakin banyak dan lebih banyak cewek,"katanya.
Dia juga mengatakan pekerja cewek tersebut rata rata sudah paru baya.
"Tidak ada yang mudalah, kelihatannya sudah ibu ibu semua," kata Melda.
Di tempat terpisah Mahmud ketua Rt Kampung Planduk, mengatakan di dalam Pt San Hai ada sekitar 20 TKA, dan dan sisanya pekerja lokal.
"Kalau untuk pekerja lokas ada sekitar 45 orang dari warga kita sendiri ada enam orang ibu ibu yang kerja disana,"kata Mahmud.
Dia juga mengatakan awalnya di PT tersebut semuanya orang Asing, namun setelah warga sekitar melakukan demo, baru warga mereka di akomodir dan diterima di Pt tersebut.
"Kita demo dulu, baru warga kita di terima dan beberapa orang asing itu dipulangkan, dulu sudah pernah kita lapor ke Disnaker dan juga imigrasi, makanya sebagian warga asing itu dipulangkan, namun ada yang datang lagi," kata Mahmud.
Di tempat terpisah Daniel pihak PT San Hai, yang dikonfirmasi Tribun Batam, mengatakan PT San Hai mempekerjakan sebanyak 65 orang dan lebih banyak ibu-ibu.
"Pekerja kita rata rata ibu ibu paru baya, dan banyak juga janda. Maka pusing saya," kata Daniel.
Dia mengatakan dirinya sendiri baru bekerja di perusahaan tersebut sebagai HRD.
"Ini kita sedang melakukan pembenahan, tapi ya itulah pusing saya," kata Daniel.(*)