Trenyuh! Pak Sadiyo Mengelus Kepalanya Tanda Perpisahan, Kisah Kuda Andong Tewas Ini Menguras Emosi
Kisah kematian kuda andong Pak Sadiyo ini benar-benar menguras emosi. Begini kejadiannya
BATAM. TRIBUNNEWS.COM-Beberapa hari ini viral di Facebook, insiden kuda mati mengenaskan di Yogyakarta.
Dikisahkan oleh seorang netizen di grup Facebook, Info Cegatan Jogja (ICJ), inisiden maut tersebut berawal dari klakson bus.
Menurut kesaksian beberapa netizen, kuda tersebut awalnya hendak mengantar tamu menikmati suasana Jogja di malam hari bertepatan hari libur nasional.
Ketika akan mengantarkan tamu ke toko bakpia, tak dinyana sebuah bus ingin mendahului andong kemudian membunyikan klakson keras.
Si kuda merasa kaget, ia pun mengamuk kemudian terlepas dari jeratan dan berlari kencang.
Tak lama kemudian ia menabrak konter handphone dan warung kaki lima hingga terluka parah.
Kuda tersebut bahkan sempat berlari hingga 1 km meski darah mengucur keras dari tubuhnya.
Naas, kuda tersebut kemudian meregang nyawa dengan kisah yang menguras emosi banyak orang.
Ceritanya kemudian menjadi viral setelah diunggah oleh Riana Dewie, melalui milis Kompasiana.
Berikut kisahnya:
"Kisah Kuda Ngamuk hingga Meninggal Gara-gara Klakson Bus
Semalam (12/12/16), sebuah andong (dokar) di Jogja sedang mengantar tamu untuk menikmati suasana Jogja di malam hari. Semula berjalan biasa saja. Siapa sangka, pada saat pak kusir hendak mengantarkan tamu ke pusat toko Bakpia, sebuah insiden terjadi.
Sebuah bus yang saat itu hendak mendahului andong, membunyikan klakson keras hingga membuat si kuda merasa ketakutan (kaget) dan parahnya ia terlepas dari jeratan (tali) andong. Kuda pun kalap, berlari tanpa arah dengan kecepatan tinggi dari arah Ngabean menuju Ngampilan.
Terhenti di suatu tempat, sebuah warung makan kaki lima dan konter HP ternyata sudah porak-poranda, pun darah merah dari tubuh kuda mengalir dengan derasnya. Saat itu saya sedang berjalan-jalan di Malioboro untuk menghilangkan suntuk. Melihat postingan dari grup terbuka di Jogja, ICJ (Info Cegatan Jogja), saya sontak mengelus dada. Yang saya lihat saat itu hanya foto, yaitu kondisi etalase konter HP pecah, warung makan berantakan hingga bagian kaki kuda berwarna merah karena darah mengucur dengan derasnya. Peristiwa naas itu terjadi sekitar jam 21.00 WIB.
Saat saya menuju ke rumah, di daerah jl. Wates km. 2, tepat di depan kantor Kelurahan Ngestiharjo, Bantul, tak jauh dari batas kota Jogja-Bantul, saya melihat kerumunan orang di sana. Ternyata itu adalah kuda yang tadi diberitakan. Yang saya heran, siapa yang membawa kuda sampai ke sini ya? Perasaan posisi terakhirnya ada di Ngampilan, tapi kok tiba-tiba di jalan Wates.
Ternyata, setelah saya tanya di kerumunan orang yang menyaksikan kronologisnya sejak awal, kuda yang terluka parah ini sengaja digiring pulang ke daerah Mejing, dengan dituntun beberapa orang, termasuk pak kusir.
Ya ampun, kuda yang tubuhnya sudah kehabisan darah banyak ini masih kuat berjalan hingga 1 km? Luar biasa memang. Ibarat orang kecelakaan, berdarah-darah, tapi dia masih dipaksa jalan dalam kondisi lemah.
Bagaimana perasaannya? Saya hanya prihatin, sangat prihatin. Dalam kondisi seperti itu, kenapa makhluk Tuhan yang satu ini tak ada yang menolong? Menolong secara manusiawi. Perlakuan yang baik karena bagaimanapun dia masih hidup, dia punya nafas, sehari-hari juga bekerja keras membantu mencari rezeki untuk tuannya bahkan membahagiakan banyak orang melalui andong yang dia tarik.
Tapi kenapa saat kondisi tubuh terluka parah dan tak berdaya, tak ada seorangpun yang ingin mengobati sakitnya? Membalut lukanya. Kenapa.....? :(
Dalam kerumunan tersebut, saya memberanikan diri untuk melihat kondisi kuda. Sangat mengenaskan. Di tempat itulah, ia menyerah berjalan, menyerah berjuang karena kehabisan darah.
