Koalisi AS Kubur 220 Warga Sipil di Mosul. Bantuan Datang Setelah Jerit Minta Tolong Hening
Menurut warga, awalnya mereka masih mendengar jeritan anak-anak dan wanita di dalam reruntuhan. Saat bantuan datang, semuanya sudah terlambat.
BATAM.TRIBUNNEWS.COM, MOSUL - Koalisi Amerika Serikat membombardir Mosul barat, Irak, melalui serangan udara bertubi-tubi, sejak 17 Maret lalu hingga Kamis (24/3/2017).
Namun, penyerangan itu ternyata seperti pembumihangusan sebuah pemukiman.
Lebih dari 200 penduduk setempat tewas, termasuk wanita dan anak-anak.
Koalisi AS kemudian mengeluarkan pernyataan, Sabtu (25/3/2017), bahwa mereka membombardir basis ISIS atas permintaan pasukan Irak.
Mereka menyebutkan bahwa militan ISIS bersembunyi di ruang bawah tanah.
Namun pasukan khusus Irak membantah pernyataan itu.
Jumlah korban diperkirakan mencapai 220 orang kendati belum ada konfirmasi resmi terkait hal ini.
Asap mengepul dari sebuah lingkungan di Mosul barat dalam rangkaian serangan merebut kembali kota itu dari ISIS.
Mayjen Maan al-Saadi, komandan pasukan khusus Irak mengatakan bahwa kematian warga sipil adalah akibat dari serangan udara pasukan koalisi.
Pihaknya membantah telah meminta AS melakukan serangan udara.
Mereka hanya meminta serangan terhadap penembak jitu ISIS yang bersembunyi di atap tiga rumah di lingkungan yang disebut Mosul Jidideh.
Namun yang terjadi, burung besi AS melakukan serangan besar-besaran sehingga tiga bangunan runtuh dan menimbun lebih dari 200 orang di dalamnya..
Insiden itu menimbulkan pertanyaan baru tentang peraturan keterlibatan koalisi AS dalam perang saudara di Suriah dan Irak.
Guardian melaporkan, para tetangga dari tiga rumah itu berusaha mengais-ngais puing bangunan, mencoba menyelamatkan korban.
Menurut warga, awalnya mereka masih mendengar jeritan anak-anak dan wanita di dalam reruntuhan.
