Dahsyatnya Letusan Gunung Agung 1963. Saksi Mata : Bumi Hitam Semua Gelap, Hujan Batu Disertai Api
Pada tangal 17 Maret 1963, terjadi letusan paroksima dan awan letusannya mencapai ketinggian lebih kurang 5 kilometer dan gumpalan asap tebal.
Pengayah bertugas untuk mempersiapkan jika ada masyarakat yang bersembayang di Pura Besakih.
Baca: Unggahan di Medsos Dianggap Bahaya, Mulai Hari Ini Jonru Ditahan Polisi
Baca: Bukan Adegan Film, Simak Video Asli Pengangkatan Jenazah 7 Jenderal di Lubang Buaya
Baca: HEBOH! Siswa SMA Melahirkan Sendiri di Sekolah saat Jam Pelajaran. Lantai Banyak Darah Berceceran
"Rumah saya di sana. Lihat kan ada rumah-rumah di lereng Gunung Agung. Itu di sana," katanya sambil menujuk arah Gunung Agung.
Saat status Gunung Agung meningkat, dia dijemput oleh keluarganya untuk tinggal di rumah anaknya yang berjarak 12 kilometer dari puncak Gunung Agung.
Ketika cuaca cerah dan Gunung Agung terlihat jelas seperti pada Jumat (29/9/2017), ia mengajak anak dan cucunya ke pos pemantau dan menceritakan peristiwa yang ia alami pada tahun 1963 lalu.
"Sekarang hanya perlu menunggu dengan sabar. Dulu banyak korban karena tidak ada teknologi seperti sekarang. Tiba-tiba meletus saja. Ada pertanda tapi kita tidak menyadari. Saya bilang ke keluarga dan kerabat ikuti kata petugas. Jangan dilanggar mereka yang lebih tahu ilmunya," kata perempuan yang masih terlihat sehat di usianya yang sudah senja.
Dia juga menyakini jika Gunung Agung akan memberikan kebaikan untuk masyarakat Bali.
"Sekarang kita kasih kesempatan kepada Gunung Agung untuk sendiri. Saya meyakini Ida Sanghyang Widhi Wasa akan melindungi semuanya," pungkasnya. (*)
*Berita ini juga tayang di Tribun Bali dengan judul : Cerita Saksi Mata Letusan Gunung Agung 1963: Sebelum Meletus Ada Suara Seperti Piring Pecah
