Mungkin Ada yang Belum Tahu. Inilah Sosok 7 Pahlawan Revolusi. Korban G30S/PKI di Lubang Buaya
Enam jenazah jenderal dan satu perwira TNI AD dikubur dalam sebuah sumur tua nan sempit, berdiameter 75 senti meter dengan kedalaman 12 meter
Ia juga dikubur di sumur Lubang Buaya.

3. Letjen M T Haryono
Jenderal bintang tiga kelahiran Surabaya, 20 Januari 1924, ini sebelumnya memperoleh pendidikan di ELS (setingkat Sekolah Dasar) kemudian diteruskan ke HBS (setingkat Sekolah Menengah Umum).
Jenderal bintang tiga ini dikenal sangat cerdas dan menguasai tiga bahasa asing yakni Belanda, Inggris serta Jerman.
Dia ditembak mati, diseret melalui kebun, dan tubuhnya dibawa ke salah satu truk yang menunggu. Tubuhnya dimasukkan ke dalam truk dan dibawa ke Lubang Buaya. Jenazahnya disembunyikan di sumur bekas bersama dengan mayat para jenderal dibunuh lainnya.

4. Letjen Siswondo Parman
Pria kelahiran Wonosobo tanggal 4 Agustus 1918 ini merupakan tentara intelejen yang tahu bagaimana gerak-gerik PKI. Ia juga menolak usul D. N. Aidit tentang pembentukan Angkatan Kelima.
Parman sempat belajar di Sekolah Tinggi Kedokteran, tetapi urung mendapatkan gelar dokter karena Jepang telah berkuasa.
Parman adalah salah satu dari enam jenderal yang dibunuh anggota Gerakan 30 September. Dia telah diperingatkan beberapa hari sebelum kemungkinan gerakan komunis. Pada malam 30 September-1 Oktober, tidak ada penjaga yang mengawasi rumah rumah Parman di Jalan Syamsurizal no.32
Malam itu, bersama dengan tentara lain yang telah ditangkap hidup-hidup, Parman ditembak mati dan tubuhnya dibuang di sebuah sumur bekas yang dikenal dengan Lubang Buaya.

5. Mayjen D. I. Pandjaitan
Panjaitan lahir di Balige, Tapanuli, 19 Juni 1925. Pendidikan formal diawali dari Sekolah Dasar, kemudian masuk Sekolah Menengah Pertama, dan terakhir di Sekolah Menengah Atas. Ketika ia tamat Sekolah Menengah Atas, Indonesia sedang dalam pendudukan Jepang. Sehingga ketika masuk menjadi anggota militer ia harus mengikuti latihan Gyugun. Selesai latihan, ia ditugaskan sebagai anggota Gyugun di Pekanbaru, Riau hingga Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.
Ketika Indonesia sudah meraih kemerdekaan, ia bersama para pemuda lainnya membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR).
Karirnya terus naik, mulai dari komandan batalyon, lalu menjadi Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi, hingga menjadi Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat.
Mayjen D. I. Pandjaitan juga menjadi sasaran penculikan dalam G30S/PKI dan mayatnya ditemukan di lubang buaya.
