Historia
Mengejutkan! Anthony Fokker, Pembuat Pesawat Andalan Jerman di Perang Dunia I Lahirnya di Blitar!
Mengejutkan! Anthony Fokker, Pembuat Pesawat Andalan Jerman di Perang Dunia I Lahirnya di Blitar!
Warga Jerman
Pada tahun 1912, Fokker kembali ke Jerman dan menetap di Johannistal, Berlin dan kemudian mendirikan pabrik pesawat terbang, Fokker Aeroplanbau. Ketika pabriknya terus berkembang dan memproduksi berbagai tipe pesawat, Fokker memindahkan pabriknya ke kawasan Schwerin dan mengubah nama pabriknya menjadi Fokker Werke GmbH.
Salah satu pesawat berbahan kayu yang dirancang Fokker dan secara teknis terinspirasi pesawat produksi Perancis, Morane Sauliner, selanjutnya menjadi pesawat tempur andalan Jerman. Atas lisensi dari pabrik pesawat Perancis, Le Rhone, Fokker bahkan berhasil mengembangkan beragam pesawat tipe baru dan memiliki kualitas lebih baik dibandingkan pesawat asli yang ditirunya.
Sebagai perancang pesawat terbaik di Jerman dan masih berkewarganegaraan Belanda, pada awalnya Fokker tetap dianggap orang asing yang tidak perlu dikagumi. Rancangan Fokker kadang masih dianggap kelas dua oleh para perancang asli Jerman.
Salah satu rancangan Fokker yang mumpuni adalah sistem rotary engine yang secara kemampuan (power) dan kualitas lebih unggul dibandingkan sistem rotary engine buatan perancang Jerman.
Meskipun mendapat perlakuan diskriminatif, Fokker memilih mengalah. Karena selama tinggal di Jerman dirinya sudah maklum terhadap warga Jerman (ras Germania) yang selalu merasa lebih unggul dibandingkan bangsa lainnya.
Namun ketika militer Jerman mulai memikirkan pentingnya pesawat dalam pertempuran, Fokker diterima sebagai warga Jerman (1914) dengan syarat pesawat hasil rancangannya harus bermanfaat bagi militer Jerman.
Seiring dengan pecahnya PD I produksi pesawat rancangan Fokker yang digunakan untuk bertempur makin beragam. Seperti pesawat tempur, Fokker E I yang sengaja dirancang Fokker untuk kepentingan militer Jerman, langsung membuat militer Jerman tertarik karena
sistem penembakkan senapan mesinnya sudah bisa sinkron dengan putaran baling-baling pesawat. Meskipun pembuatan Fokker E I merupakan pengembangan Morane Sauliner berkat mesin rancangan terbaru, pada PD I yang berlangsung Juli 1915, Fokker E I yang mendapat julukan Fokker Fodder merajai medan pertempuran udara di kawasan Eropa Barat hingga satu tahun.
Sistem penembakan senapan mesin yang pelurunya melintas di antara putaran baling-baling sebenarnya bukan murni rancangan Fokker sendiri. Melainkan pengembangan dari pesawat sitaan Perancis yang berhasil ditembak jatuh dan disita militer Jerman.
Pilot Perancis yang tertawan, Roland Garros yang tertembak jatuh pada April 1915, kebetulan merupakan salah satu perancang alat penembakkan (synchronization device) itu dan memberikan banyak masukan kepada teknisi Jerman saat ditawan. Fokker termasuk teknisi yang paling dominan dalam pengembangansynchronization device itu dan bisa merampungkan karyanya dalam waktu 48 jam.
Memasuki 1916 pertempuran udara di atas Eropa makin mematikan berkat hadirnya pesawat biplane tipe baru Fokker D II dan D III, yang memiliki kemampuan lebih cepat (150 kilometer per jam) dan bersenjata senapan mesin tunggal IMG 08 kaliber 7,92 mm.
Tapi keunggulan Fokker D II dan DIII ternyata tersaingi oleh pesaingnya, pesawat tempur biplane Albatros DI dan DII yang menggunakan mesin lebih kuat, Mercedes. Karena kalah performa, Fokker D II dan DIII oleh militer Jerman kemudian ditawarkan kepada Belanda yang selama PD I menyatakan diri sebagai negara netral.
Akibat penurunan kemampuan mesin Fokker itu, bahkan setelah mesin Mercedes dipasang menjadikan tahun 1916 merupakan masa suram bagi Fokker. Lembaga pengawas penerbangan militer Jerman, Inspektion der Fliegertruppen (Idflieg) bahkan memerintahkan agar
Fokker bekerja sama dengan industri penerbangan lainnya untuk meningkatkan mutu. Apalagi pada tahun yang sama kepala perancang Fokker, Martin Kreuzer tewas akibat kecelakaan pesawat. Peran Martin kemudian digantikan oleh Franz Moser yang kelak sukses merancang pesawat Fokker, Dr 1 triplane, D VII biplane, dan D VIII monoplane.