Kalah Telak 128-9 di PBB, Trump Mengancam. Presiden Erdogan Mencibir dengan Kata-kata Menohok
Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan melakukan apa saja untuk memaksakan keinginannya agar Yerusalem menjadi ibukota Israel.
TRIBUNBATAM.id, NEW YORK - Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan melakukan apa saja untuk memaksakan keinginannya agar Yerusalem menjadi ibukota Israel.
Setelah memveto sidang Dewan Keamanan PBB, sejumlah negara membawa masalah itu ke sidang majelis umum PBB, Kamis (21/12/2017).
Hasilnya, Donald Trump dipermalukan karena hanya sembilan negara yang mendukung ambisinya tersebut.
Baca: Walau Donald Trump Mengancam, PBB Tetap Menentang Keputusan AS Soal Yerusalem
Baca: 128 Negara Tentang keputusan Trump soal Yerusalem, Nikki Haley: Kedutaan Besar akan Tetap Pindah
Baca: Kepergok Pegang Gelas Kayak Anak Kecil Saat Pidato Yerusalem, Donald Trump Dituding Berpenyakit Ini
Baca: Setelah Pidato Blunder Soal Yerusalem, Kim Jong-un Punya Julukan Baru untuk Donald Trump
Baca: TERUNGKAP! Inilah Sosok di Balik Dukungan Donald Trump Terkait Yerusalem. Gedung Putih Panik!
Dukungan itu pun hanya dari negara-negara “kecil”, seperti Guatemala, Honduras, Micronesia, Marshall Island, Togo, Nauru, Palau, dan tentunya Israel dan Amerika Serikat sendiri.
Sementara itu, 128 negara menolak dan 33 abstain, termasuk Filipina.
Merskipun kalah, namun Trump yang diduga mengeluarkan dukungan “gila” itu atas bisikan menantu Yahudinya, Jared Khusner, presiden kontroversial ini tetap ngotot.
Diduga, desakan ini untuk kepentingan bisnis propertinya di Yerusalem yang hingga saat ini menjadi wilayah wisata agama yang paling populer di dunia.
Menjelang sidang, Trump sudah mengeluarkan ancaman akan menghentikan bantuan bagi negara-negara yang menentangnya.
Duta besar AS untuk PBB, Nikki Haley menyiratkan ancaman Trump bahwa AS akan “menyimpan nama” negara-negara tersebut.
Nikki bahkan sudah mengirim surat peringatan itu ke 180 negara peserta PBB sebagai upaya terakhir lobi mereka untuk itu.
Namun ancaman itu tidak mempan karena mayoritas anggota PBB tetap dengan resolusi PBB tahun 1967 yang menetapkan Yerusalem sebagai kota suci tiga agama yang harus dihormati.
Bahkan, negara penerima bantuan utama AS, termasuk Afghanistan, Mesir, Yordania, Pakistan, Nigeria, Ethiopia, Tanzania dan Afrika Selatan jusatru menentang AS.
“Amerika Serikat akan ingat hari ini,” kata Nikki Haley mengatakan kepada majelis setelah pemungutan suara. “Amerika akan menempatkan kedutaan di Yerusalem. Tidak ada suara di PBB yang akan membuat perbedaan dalam hal itu.”
“Tapi suara ini akan membuat perbedaan bagaimana orang Amerika melihat PBB dan bagaimana kita memandang negara-negara yang tidak menghormati kita di PBB, " katanya.
Resolusi Majelis Umum PBB memang tidak mengikat, namun memiliki bobot politik yang kuat.
Di Washington, Trump memperingatkan bahwa ia akan sangat memperhatikan bagaimana negara-negara memilih dan mengindikasikan akan ada pembalasan bagi negara-negara yang menentangnya.
"Mereka mengambil ratusan juta dolar bahkan miliaran dolar dan kemudian mereka memberikan suara menentang kita," kata Trump di Gedung Putih.
“Well, kita melihat suara itu. Biarkan mereka memilih melawan kita. Kita akan menghemat banyak. Kami tidak peduli.,” katanya.
Atas sikap Donald Trump tersebut, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan paling lantang dan mencibir Amerika Serikat.
Sebelum sidang, Erdogan meminta anggota agar tidak terpengaruh oleh peringatan Trump dan mengatakan dalam pidato di televisi: "Saya memanggil seluruh dunia: tidak pernah menjual kehendak demokratis Anda dengan imbalan uang kecil."
“Bagaimana mereka memanggil Amerika? Tempat lahirnya demokrasi. Tempat lahir demokrasi berusaha memaksakan kemauan di dunia dan berusaha membelinya dengan dolar?" katanya.
Erdogan menyindir Trump dengan sangat keras bahwa dunia telah memberikan pelajaran yang sangat bagus kepada Amerika Serikat tentang demokrasi.
"Tuan Trump, Anda tidak bisa membeli dengan dolar kehendak demokratis kami. Keputusan kami sudah jelas, " katanya.
Dunia mengkhawatirkan sikap memaksa Donald Trump ini akan semakin mempersulit jalan damai antara Palestina dan Isreal yang sudah berlangsung lebih dari 50 tahun.
Pernyataan Trump tentang Yerusalem, beberapa waktu lalu, bahkan memicu bentrok di sejumlah perbatasan ke dua negara, seperti Gaza, Tepi Barat dan yerusalem sendiri.
Yerusalem saat ini terbagi atas empat bagian dan menjadi kota suci tiga agama, empat aliran.
Pertama adalah Yahudi, kemudian dua aliran Katholik, yakni Katholik Armenia dan Ortodoks, serta Islam.
Bahkan, Yerusalem timur yang disebut Baitul Maqdis, sudah dijadikan sebagai ibukota Palestina sejak dulu.
