SELAIN akan 'Rebut' Separuh Tenaga Kerja di Jepang, Robot Kini Menghadapi Masalah Jenis Kelamin
Saking banyaknya robot yang diproduksi, 10-20 tahun mendatang, separuh dari populasi pekerja di Jepang akan kehilangan pekerjaan.
"Ketika pintu otomatis terbuka, anak-anak menangis saat melihat robot rex Tyrannosaurus. Beberapa bahkan mengatakan mereka lebih suka tinggal di luar hotel, "katanya tertawa.
Selain robot binatang, tentu saja sangat banyak robot manusia yang bekerja. Contohnya adalah robot Erica yang sangat menyerupai manisa.
Erica bisa dipekerjakan sebagai resepsionis di hotel atau rumah sakit atau bahkan sebagai guru bahasa Inggris.
Robot Erica
"Dalam percakapan antara dua manusia, kita mendapatkan banyak informasi dari pandangan, ungkapan atau gerak tubuh seseorang," kata Takashi Minato, seorang programer di Laboratorium Robotika Cerdas di Universitas Osaka, laboratorium robot terkemuka di Jepang.
Menurutnya, robot seperti Erica bisa menjembatani antara manusia dan mesin.
Robot Laki-laki atau Perempuan?
Sementara itu Profesor Tatsuya Nomura dari Jurusan Informatika Media Universitas Ryukoku, Jepang, menganggap, pembuatan robot seperti manusia akan menghadapi masalah lain yakni tentang stereotip gender.
Menurutnya, jenis kelamin robot adalah isu penting dan kontroversial karena berurusan dengan stereotip gender.
Baca: JELANG Sidang Cerai Ahok, Anak Sulungnya Unggah Foto yang Bikin Netter Salah Fokus bahkan Menangis
Baca: BESOK Sidang Perdana Gugatan Cerai Ahok, Hari Ini Adiknya Unggah Status yang Menyentuh di Medsos
Di Jepang, robot yang banyak diproduksi adalah bergender perempuan. Ini karena persepsi sejumlah pekerjaan, misalnya resepsionis harus perempuan.
Padahal pekerjaan itu tidak harus dilakukan wanita.
"Seorang pria juga dapat melakukan tugas resepsionis," katanya.
Stereotip gender ini, tambahnya, dapat menyebabkan masalah di setiap negara.
Membuat robot seperti manusia dapat menjebak pria dan wanita dalam peran stereotip. (*)