Bayi Kembar Siam di Bandung: Kami Tidak Malu, Itu Anak Kami Pemberian Tuhan
Siang itu di ruang Neonatologi, Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, terdengar suara tangis para bayi yang tengah berada dalam perawatan
TRIBUNBATAM.id, BANDUNG - Siang itu di ruang Neonatologi, Rumah Sakit Hasan Sadikin ( RSHS) Bandung, terdengar suara tangis para bayi yang tengah berada dalam perawatan.
Sebagian tertidur dalam tempat tidur kecil di sebuah ruangan khusus.
Di ruang lainnya, tampak sepasang suami istri tengah melihat bayinya yang tengah tertidur lelap dalam sebuah inkubator.
Baca: Terungkap! Inilah 12 Makanan Karbohidrat Wajib Dihindari Ingin Langsing! Nomor 10 Mengejutkan!
Baca: Mengintip Aplikasi Kencan Facebook: Khusus untuk Cinta Serius bukan Sesaat. Bagaimana Kontrolnya?
Baca: BREAKINGNEWS. Dua Siswa Tanjungpinang Raih Nilai Tertinggi UN SMA dan SMK se-Kepri. Ini Namanya
Dua bayi kembar itu berkulit putih bersih. Berbeda dengan bayi lainnya, bayi kembar tersebut mengalami conjoined twin omphalogus yaitu dempet di kedua tubuh bagian bawah.
Bayi kembar siam pasangan Azis (34) dan Dini Pertiwi (34) ini dirawat di RSHS sejak 13 April 2018.
Dari hasil pemeriksaan sementara, bayi kembar siam tersebut memiliki satu alat kelamin laki-laki dan satu anus.
Kelahiran Bayi Azis, ayah bayi tersebut menceritakan proses kelahiran bayi kembar siam itu.
Azis yang berprofesi sebagai pengirim paket di sebuah perusahaan jasa pengiriman di Kota Bandung, setiap hari bekerja banting tulang.
Ia bolak-balik Subang-Bandung setiap hari. Namun pagi itu, Azis mengaku kaget sekaligus senang karena istrinya akan melahirkan anak yang dikandungnya.
Baca: Diduga TKI Ilegal dari Malaysia, Polisi Amankan Sejumlah TKI di Pantai Bale-bale
Baca: Kasus Pencabulan di Tanjungpinang Terungkap Gara-gara Medsos! Begini Kronologinya!
Baca: INI Loh Transkrip Ucapan Presiden Jokowi Soal Racun Kalajengking yang Sedang Viral
"Pas sampai kantor, mertua saya SMS katanya istri saya mau melahirkan," kata Azis.
Bayi Kembar Siam
Mendengar kabar tersebut, Azis memacu motornya kembali ke Subang. Ia kemudian membawa istrinya ke rumah bidan yang tidak jauh dari kediamannya di Jalan Sukarahayu, Karang Anyar, Subang.
"Pas sampai sana (rumah bidan) saya gak curiga apa-apa. Kami masuk bidan pukul 10.00 WIB, lalu menunggu kelahiran sekitar pukul 23.00 WIB," katanya.
Waktu terus berputar, Azis masih menunggu istrinya bersalin. Matahari mulai tenggelam, langit pun berubah gelap dan malam semakin larut.
Kedua anaknya yang ikut ke bidan, saat itu mulai menguap. Ia lalu mengantarkan kedua anaknya ke rumah untuk tidur.
Saat Azis kembali ke rumah bidan tersebut, Azis kaget bukan kepalang. Ia melihat mobil ambulans terparkir di depan rumah bidan.
Ia bergegas masuk dan melihat keluarganya yang tengah bercucuran air mata.
Baca: Akan Jadi Ikon Baru. BP Batam Sebut Kawasan Baloi Kolam Akan Dibangun Gedung-gedung Tinggi
Baca: Ditangkap di Bali, Pejabat Tersohor India yang Bunuh Wartawan Kini Dihukum Seumur Hidup
Baca: Relokasi Harus Tahun Ini. BP Batam Sudah Siapkan SK untuk Kavling Baru Bagi Warga Baloi Kolam
"Pas balik lagi saya kaget kok ada ambulans di sini. Saya masuk pada nangis, saya kaget bukan liat bayi tapi ke istri saya," katanya.
Saat melahirkan, sambung Azis, istrinya belum mengetahui kondisi bayi yang dilahirkannya, karena saat itu kondisinya masih lemah.
Azis pun tidak berani memberitahukan kondisi bayi tersebut kepada istrinya. Ia bingung bagaimana menyampaikannya kepada istrinya.
"Pas kelahiran, istri saya gak tau, pas lahiran itu darahnya tinggi, takutnya kalau di kasih tahu syok. Kasihan sudah hamil lama, nyeri, mau bohong pasti ketahuan, mau terus terang istri syok. Takut kaget lihat anaknya seperti itu," katanya.
Akhirnya dengan bantuan sang mertua, Dini mengetahui kondisi bayinya. "Saat pertama tahu, istri saya sedih, saya juga lihat dari mukanya stress," katanya.

Bayi kembar siam tengah berada dalam sebuah kapsul untuk mendapatkan perawatan dari RSHS Bandung. Bayi ini dempet di bagian bawah dan hanya memiliki satu kelamin dan anus. (Foto Humas RSHS Bandung)
Hasil USG Pada saat istrinya mengandung, pasangan suami istri ini tidak mencurigai bahwa bayinya itu adalah kembar siam.
Bahkan saat di USG kehamilan, muncul prediksi bahwa bayi yang dikandung berjenis kelamin perempuan.
Itulah mengapa, ia dan istrinya menyiapkan nama perempuan untuk si bayi.
"Saya sudah siapain nama perempuan yakni Aklima Nur Sabiya. Tadinya pengen nama itu kalau perempuan. Tapi tidak tahunya yang lahir bayi jenis kelamin laki-laki kembar siam," katanya.
Saat mengetahui bayi mengalami bayi berat lahir rendah (BBLR), Azis membawa bayinya ke RSUD Subang.
Namun karena respons rumah sakit kurang memuaskan, ia membawa bayi kembar siamnya ke RSHS Bandung.
"RSUD sana (Subang) tidak disambut baik, malah didebat. Di sana administrasi dulu bukan penanganan dulu. Makanya saya inisiatif sama bidan bawa langsung ke RSHS Bandung," katanya.
Kini bayi kembar siam yang lahir 12 April 2018 itu dalam perawatan tim dokter RSHS Bandung.
Bayi tersebut masih dalam pemberian nutrisi. Kondisinya kini semakin membaik, berat tubuhnya pun terus bertambah.
"Alhamdulilah kini bayi sudah sehat malah kemarin infus dan alat bantu pernapasan sudah dicabut. Seminggu atau dua minggu lagi mungkin bisa pulang. Ini juga sambil nunggu inkubator dari RSHS selesai," ucapnya.
Begitupun kondisi Dini, istrinya Azis, kini sudah membaik dan mengetahui serta menerima dengan ikhlas bayi yang dilahirkannya tersebut.
Seperti ibu lainnya, kini Dini sudah dapat memberikan ASI kepada anak ke-3 sekaligus anak ke-4 nya itu.
"Istri saya alhamdulillah sudah baikan. Sebelumnya sempet air susunya kurang, mungkin stres. Tadi istri sudah ngobrol sama psikolog, alhamdulilah membaik. Pihak RSHS juga Jumat nanti bakal ngasih penyuluhan gimana cara rawat bayi kami di rumah," jelasnya.
Azis pun kini sudah memberi nama bayi kembarnya, yakni Muhammad Nur Hidayah, dan Nur Syafaat.
"Nama bayi saya Muhammad Nur Hidayah dan Nur Syafaat. Nama itu dadakan saya berikan karena untuk persyaratan membuat KK (kartu keluarga) di catatan sipil. Dengan nama itu semoga menjadi hidayah dan syafaat bagi kami, mungkin ini ladang ibadah buat kami," katanya.
"Intinya, bagaimanapun kondisinya, kami tidak akan malu, itu anak kami pemberian Tuhan," imbuhnya.
Operasi Ditunda Tim Dokter RSHS Bandung menunda operasi pemisahan bayi kembar siam hingga usianya menginjak 3-4 bulan.
Hal itu untuk melihat dengan jelas organ dalam bayi, untuk menuntaskan proses pencitraan.
Nantinya, sambil menunggu tumbuh kembang anak, bayi kembar siam itu akan diperkenankan pulang ke rumahnya untuk rawat jalan.
Selain itu, tim dokter mengembalikan keputusan operasi pemisahan kepada orangtua.
Sebab ada beberapa konsekuensi yang harus dihadapi bayi ketika dilakukan pemisahan, mengingat bayi kembar siam ini memiliki satu anus dan satu alat kelamin laki-laki.
Meski begitu, Azis mempercayakan hal tersebut kepada tim dokter. Ia berharap apa yang dilakukan tim dokter merupakan yang terbaik bagi anak-anaknya.
"Penanganan bayi, saya percayakan kepada tim dokter dan semoga yang terbaik untuk bayi. Saya percaya penuh pada dokter, asalkan terbaik untuk anak saya," katanya.(*)