Pasukan Khusus yang Pernah Dipimpin Duet Luhut-Prabowo Bergerak Memburu Teroris

Komandan pertama Mayor Infanteri Luhut Binsar Pandjaitan didampingi wakil komandan Kapten Infanteri Prabowo Subianto

Istimewa/Tata Sembiring
Satuan 81 Kopassus 

 Operasi tersebut di bawah komando mantan Pangab Benny Moerdani yang kala itu menjabat sebagai Kepala Badan Intelejen Strategis (BAIS) ABRI.

"Itu cikal bakal dibentuknya Sat 81. Dengan itu Pak Benny mendorong terbentuknya Gultor Kopassus. Dengan semangat untuk menjaga keutuhan NKRI, terutama dari aksi-aksi teroris," ungkap Komandan Sat-81 Kopassus Kolonel Inf Thevi Zebua saat berbincang dengan detikcom di Mako Kopassus, Cijantung, Jaktim, Sabtu (28/3/2015).

Dikutip dari buku Iwan Santosa dan E.A Natanegara yang berjudul 'Kopassus untuk Indonesia', dijelaskan keberadaan satuan di TNI dalam penanggulangan teror tidak terlepas dari sejarah keberhasilan Kopassus pada Operasi Woyla.

"Terinspirasi dari peristiwa tersebut dan melihat perkembangan situasi serta mengantisipasi maraknya tindakan pembajakan pesawat terbang era 1970/80-an, Kepala BAIS ABRI menetapkan lahirnya sebuah kesatuan baru setingkat detasemen di lingkungan Kopassandha," demikian penjelasan Iwan dan Natanegara dalam bukunya.

Komandan pertama Mayor Infanteri Luhut Binsar Pandjaitan didampingi wakil komandan Kapten Infanteri Prabowo Subianto. Saat itu, Prabowo menantu Presiden Soeharto.

Luhut dan Prabowo kemudian dikirim mengambil spesialisasi penanggulangan teror ke GSG-9 (Grenzschutzgruppe-9) Jerman, dan sekembalinya ke Indonesia dipercaya menyeleksi dan melatih para prajurit Kopassandha yang ditunjuk ke Den-81. Luhut memimpin Den-81 selama 8 tahun, 1982 sampai dengan 1990, hingga pangkatnya Kolonel.

Luhut lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) 1970 masuk ke Kopassus sejak 1971. Sementara Prabowo lulusan Akabari 1974 baru masuk Kopassus pada 1976.

Luhut kini menjabat Menteri Koordinator Kemaritiman, sementara Prabowo sebagai Ketua Umum Partai Gerindra dan calon presiden.

HILANGKAN NAMA GULTOR

Tahukah Anda saat ini Sat-81 tidak lagi menggunakan nama Penanggulangan Teror atau Gultor di belakang namanya? Seorang perwira menengah di Sat-81 menceritakan alasan penghapusan "brand" Gultor ini secara khusus kepada Angkasa dan Commando.

Tanpa menyebut tanggal pasti, ia menyebutkan bahwa nama Gultor di Kopassus sudah dihilangkan sejak beberapa tahun yang lalu. Sehingga saat ini nama resminya adalah Sat-81 Kopassus.

"Alasannya, sejak terjadinya serangan bom 2001 (teror gedung WTC di Amerika Serikat), pola teror sudah berubah sama sekali. Perubahan ini tentu merubah seluruh kemampuan kami," ungkapnya.

Sejak saat itu, anggota Sat-81 dilatih ulang dan diberi kemampuan lebih banyak, tidak hanya sekadar penanggulangan teror.

"Saya tidak bisa sebut apa kemampuan lain yang kami latihkan. Tapi yang jelas, kami sekarang tidak hanya spesialisasi di kasus penanggulangan teror, tapi juga di beberapa hal lain," katanya, disadur Tribun-Medan.com dari BangkaPos.com.

Kasus-kasus terorisme saat ini jelas jauh berbeda dengan aksi teror di dekade 80 dan 90-an. Detasemen 8/Gultor pun seiring perkembangan organisasi berubah nama pada tahun 1996 menjadi Grup 5 Antiteror. Kemudian pada tahun 2002, namanya berubah lagi menjadi Satuan-81 Kopassus sampai sekarang.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved