Presiden Mongolia Desak Mahathir Buka Kembali Kasus Pembunuhan Model Cantik Altantuya
Altantuya diduga dibunuh karena terkait pembelian dua kapal selam Scorpena dari raksasa pembuat kapal Perancis DCNS pada tahun 2002.
TRIBUNBATAM.id, ULANBAATAR - Presiden Mongolia mendesak Perdana Menteri Malaysia yang baru, Mahathir Mohamad, untuk membuka kembali penyelidikan kasus pembunuhan warganya di Kuala Lumpur, Malaysia, tahun 2006.
Hal itu disampaikan Presiden Battulga Khaltmaa saat memberi ucapan selamat atas terpilihnya Mahathir menjadi PM menggantikan Najib Razak yang terguling pada Pemilu Tabu pekan lalu.
Dalam surat resmi pemerintah Mongolia yang dipublikasikan, Battulga memminta Mahathir membuka kembali penyelidikan pembunuhan model cantik asal negara itu, Altantuya Shaariibuu (28).
Kasus pembunuhan Altantuya msempat menimbulkan ketegangan ke dua negara karena kasus tersebut masih menyisakan misteri.
"Sebagai Presiden Mongolia, saya menaruh perhatian khusus pada kejahatan yang parah, bahwa pada 18 Oktober 2006, seorang warga Mongolia dan ibu dua anak, Altantuya Shaariibu , dibunuh di Malaysia," katanya.
Baca: Rezim Najib Razak Terguling, Kasus Pembunuhan Model Cantik Mongolia Dibuka Lagi?
Baca: Anwar Ibrahim Soal Najib Razak: Dia Pasti Dihukum, Sulit Bagi Dia Menghindari Penjara
Baca: Konsultan Media Najib Razak, Dikontrak Rp 5,8 Triliun 6 Bulan, Gaji Model FHM Sebagai Resepsionis
Baca: ALAMAK! Saat Geledah Apertemen Milik Anak Najib Razak, Polisi Minta Makan dan Bawa Kasur Bayi
Altantuya dibunuh secara sadis di dekat sebuah hutan dekat bendungan di pinggiran Kuala Lumpur karena diledakkan dengan bahan peledak kelas militer.
Pada tahun 2009, dua mantan petugas polisi dijatuhi hukuman mati atas kejahatan tersebut, namun dibebaskan empat tahun kemudian dalam sidang banding.
Tahun 2015, mahakamah agung Malaysia kembali menguatkan vonis mati terhadap polisi, namun satu terdakwa melarikan diri ke Australia dan satu orang lainnya masih ditahan di pejara dan belum dieksekusi.
Kasus itu menimbulkan spekulasi karena diduga terkait dengan PM Najib Razak dan penasihatnya, Abdul Razak Baginda.
Razak Baginda yang disebut-sebut sebagai selingkuhan Altantuya juga menjadi terdakwa dalam kasus itu, namun dibebaskan dari dakwaan.
Tetapi laporan-laporan telah menuduh bahwa para perwira bertugas sebagai pengawal Najib Razak yang saat itu wakil perdana menteri, terlibat dalam rekayasa tingkat tinggi.
Altantuya diduga dibunuh karena terkait pembelian dua kapal selam Scorpena dari raksasa pembuat kapal Perancis DCNS pada tahun 2002.
Najib diduga menerima fee 1,4 juta dolar AS dalam pembelian itu.
Dari nota kesaksian seorang detektif swasta yang disewa oleh Razak Baginda, Altantuya diketahui meminta fee yang menjadi bagiannya sebesar 500 ribu dolar.