Sri Mulyani Sebut Angka Kemiskinan di Bawah 10 Persen. Benarkah Pertama dalam Sejarah Indonesia?
"The first time in the historic of Indonesia, tingkat kemiskinan di bawah 10 persen," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani
TRIBUNBATAM.id, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku senang setelah mendengar angka kemiskinan Indonesia mengalami penurunan.
Menurut dia, penurunan angka kemiskinan tersebut merupakan sejarah bagi bangsa Indonesia.
Sebab, di tahun-tahun sebelumnya angka kemiskinan Indonesia tak pernah di bawah 10 persen.
Baca: Konfrensi Pers Pertama Cristiano Ronaldo sebagai Pemain Juventus
Baca: Berkat Kredit Macet, Kasus Penyelundupan Mobil ke Timor Leste Terungkap. Begini Modusnya!
Baca: Prancis Juara Dunia, Perusahaan Asal China Merugi Rp 107 Miliar. Ini Pemicunya
"Hari ini BPS mengumumkan tingkat kemiskinan kita 9,82 persen. The first time in the historic of Indonesia tingkat kemiskinan di bawah 10 persen," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Senin (16/7/2018) malam.
Sri Mulyani menambahkan, fenomena ini belum pernah terjadi sebelum di era kepemimpinan Presiden Jokowi.
"Dulu Pak Harto 11 persen mendekati 10 persen. Lalu terjadi krisis naik jadi 24 persen. Kemudian sampai presiden Pak Yudhoyono di mana saya jadi menteri keuangan juga menurun pada level mendekati 11 persen juga," ucap dia.
Menurut Sri Mulyani, pemerintah akan terus berusaha menekan angka kemiskinan di Indonesia.
Baca: Cristiano Ronaldo Mulai Diperkenalkan ke Pemain Juventus
Baca: Selain Soerya Respationo, Inilah Dua Kader Senior PDIP di Kepri yang Tidak Daftar Caleg
Baca: Rahasia Seru Nge-Jam Bareng Teman. Simak Tipsnya!
"Jadi kita tidak berhenti di situ, ingin menurunkan (kemiskinan) lebih lanjut. Masalah pemerataan juga lebih bagus. Trennya menurun jadi 0,389. Sudah dibawah 0,39 atau 0,4 sebelumnya. Jadi Indonesia sudah menuju ke arah yang benar dan akan terus menerus memperbaiki," kata Sri Mulyani.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami titik terendah dalam hal persentase kemiskinan sejak tahun 1999, yakni sebesar 9,82 persen pada Maret 2018.
Dengan persentase kemiskinan 9,82 persen, jumlah penduduk miskin atau yang pengeluaran per kapita tiap bulan di bawah garis kemiskinan mencapai 25,95 juta orang.
"Maret 2018 untuk pertama kalinya persentase penduduk miskin berada di dalam 1 digit. Kalau dilihat sebelumnya, biasanya 2 digit, jadi ini memang pertama kali dan terendah," kata Kepala BPS Suhariyanto saat menggelar konferensi pers di kantornya, Senin (16/7/2018).
Data BPS
Sebelumnya Badan Pusat Statistik ( BPS) menyampaikan bahwa, Indonesia tercatat pernah mengalami titik terendah dalam hal persentase kemiskinan sejak tahun 1999, yakni sebesar 9,82 persen pada Maret 2018.
Dengan persentase kemiskinan 9,82 persen, jumlah penduduk miskin atau yang pengeluaran per kapita tiap bulan di bawah garis kemiskinan mencapai 25,95 juta orang.
"Maret 2018 untuk pertama kalinya persentase penduduk miskin berada di dalam 1 digit. Kalau dilihat sebelumnya, biasanya 2 digit, jadi ini memang pertama kali dan terendah," kata Kepala BPS Suhariyanto saat menggelar konferensi pers di kantornya, Senin (16/7/2018).
Jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu September 2017, persentase kemiskinan tercatat sebesar 10,12 persen atau setara dengan 26,58 juta orang penduduk miskin di Indonesia.
Bila dirinci lagi, terdapat penurunan persentase penduduk miskin baik di perkotaan maupun di perdesaan.
Persentase penduduk miskin di perkotaan per Maret 2018 sebesar 7,02 persen, turun dibandingkan September 2017 sebesar 7,26 persen.
Sama halnya dengan di perdesaan, di mana persentasenya pada Maret 2018 sebesar 13,20 persen, turun dari posisi September 2017 sebesar 13,47 persen.
Suhariyanto mengungkapkan, sejumlah faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan dari September 2017 hingga Maret 2018 adalah inflasi umum dalam periode itu sebesar 1,92 persen serta rata-rata pengeluaran per kapita tiap bulan untuk rumah tangga di 40 persen lapisan terbawah yang tumbuh 3,06 persen.
Faktor lain yaitu bantuan sosial tunai dari pemerintah yang tumbuh 87,6 persen pada kuartal I 2018 atau lebih tinggi dibanding kuartal I 2017 yang hanya tumbuh 3,39 persen.
Selain itu, juga dari program beras sejahtera ( rastra) dan bantuan pangan non-tunai kuartal I yang tersalurkan sesuai jadwal.
"Lalu karena nilai tukar petani Maret 2018 di atas angka 100, yaitu 101,94, dan kenaikan harga beras sebesar 8,57 persen pada September 2017 sampai Maret 2018 yang disinyalir mengakibatkan penurunan kemiskinan jadi tidak secepat periode Maret 2017 sampai September 2017," kata dia.
Kemiskinan tertinggi Jika ditarik mundur, pada 1999 Indonesia mencatat persentase kemiskinan paling tinggi, sebesar 23,43 persen atau setara dengan 47,97 juta penduduk miskin. Angka kemiskinan pada tahun-tahun berikutnya secara bertahap menurun meski sempat beberapa kali naik pada periode tertentu.
"Tetapi, menurut saya, kita masih punya banyak PR, bagaimana supaya kebijakan-kebijakannya lebih tepat sasaran sehingga penurunan kemiskinannya menjadi lebih tepat," ujar Suhariyanto.(*)