HARI ANAK NASIONAL 2018
Hari Anak Nasional 2018 - 10 Permainan yang Tak Ditemukan Anak-anak Zaman Now
Tidak ada salahnya, anak-anak zaman now perlu mengenal permainan anak zaman dulu yang dimainkan orangtua mereka
Sementara di Demak, biasanya gasing dimainkan saat pergantian musim hujan ke musim kemarau.
Masyarakat Bengkulu ramai-ramai memainkan gasing saat perayaan Tahun Baru Islam, 1 Muharram.
Gasing memiliki beragam bentuk, tergantung daerahnya.
Ada yang bulat lonjong, ada yang berbentuk seperti jantung, kerucut, silinder, juga ada yang berbentuk seperti piring terbang.
Gasing terdiri dari bagian kepala, bagian badan dan bagian kaki.
Namun, bentuk, ukuran dan bagian gasing berbeda-beda menurut daerah masing-masing.
Gasing di Ambon memiliki kepala dan leher.
Namun umumnya, gasing di Jakarta dan Jawa Barat hanya memiliki bagian kepala dan paksi yang tampak jelas, terbuat dari paku atau logam.
Cara memainkan gasing, tidaklah sulit.
Gasing di pegang di tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang tali.
Lilitkan tali pada gasing, mulai dari bagian paksi sampai bagian badan gasing.
lilit kuat sambil berputar.
Lempar gasing ke tanah.
Gasing yang dilempar akan berputar untuk beberapa saat hingga interaksi kakinya dengan permukaan tanah membuatnya tegak lalu berputar untuk beberapa waktu.
Lama-lama putaran semakin memelan dan momentum sudut dan efek giroskopik berkurang, hingga akhirnya badan gasing jatuh ke permukaan tanah.
3. Lompat tali
Permainan lompat tali cukup simpel, hanya bermodalkan tali elastis.
Permainan ini paling sedikit membutuhkan tiga orang, dua orang memutar tali dari bawah ke atas.
Satu orang lainnya melakukan lompatan di dalam putaran tali.
Pemain akan dinyatakan gagal dan digantikan oleh pemain lainnya apabila mengenai tali.
Permainan ini cocok untuk melatih ketelitian dan kekompakan serta keseimbangan tubuh anak.
4. Gobak sodor atau hadang
Gobak sodor adalah sebuah permainan tim atau grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 sampai 5 orang.
Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segiempat yang dibagi menjadi 6 bagian.
Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur.
Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal.
Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas.
Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan.
Permainan ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan.
Permainan ini seru melatih ketangkasan, strategi, kecepatan, dan kecerdikan.
5. Engklek
Engklek adalah permainan anak tradisional yang populer khususnya di masyarakat pedesaan.
Permainan ini dapat ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia, baik di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi.
Di setiap daerahnya dikenal dengan nama yang berbeda.
Dikutip dari wikipedia Indonesia, nama permainan ini kerap dikaitkan dengan Belanda dan menyebar ke nusantara pada zaman kolonial.
Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak-anak, dengan dua sampai lima orang peserta.
Di Jawa, permainan ini disebut engklek dan biasanya dimainkan oleh anak-anak perempuan.
Permainan yang serupa dengan peraturan berbeda di Britania Raya disebut dengan hopscotch.
Permainan hopscotch tersebut diduga sangat tua dan dimulai dari zaman Kekaisaran Romawi.
Peserta permainan ini melompat menggunakan satu kaki disetiap petak-petak yang telah digambar sebelumnya di tanah.
Untuk dapat bermain, setiap anak dibekali gacuk sebuah benda kecil yang bisa terbuat dari apa saja seperti batu, kayu dan lainnya.
Gacuk atau Kreweng ini ditempatkan di salah satu petak yang tergambar di tanah dengan cara dilempar, petak yang ada gacuknya tidak boleh diinjak / ditempati oleh setiap pemain, jadi para pemain harus melompat ke petak berikutnya dengan satu kaki mengelilingi petak-petak yang ada.
Pemain yang telah menyelesaikan satu putaran terlebih dahulu, berhak memilih sebuah petak untuk dijadikan "sawah" mereka, yang artinya di petak tersebut pemain yang bersangkutan dapat menginjak petak itu dengan kedua kaki, sementara pemain lain tidak boleh menginjak petak itu selama permainan.
Peserta yang memiliki kotak paling banyak adalah yang akan memenangkan permainan ini.
6. Gundu
Kelereng atau Gundu permainan untuk mendapatkan klereng atau gundu lawan.
Permainannya bisa dalam bentuk apa saja, saling mengenai gundu atau masuk-keluar klereng atau gundu ke dalam lubang.
Pemenang akan ditentukan oleh banyaknya gundu atau klereng yang berhasil dikenai.
Kelereng kadang-kadang dikoleksi, untuk tujuan nostalgia karena corak warnanya.
7. Meriam bambu
Meriam bambu merupakan salah satu permainan tradisional Melayu khas cukup populer serta dikenal di berbagai daerah – daerah melayu, bahkan hampir di seluruh wilayah Nusantara pada umumnya.
Selain disebut dengan istilah Meriam Bambu, di berbagai daerah permainan ini dikenal juga dengan nama bedil bambu, mercon bumbung, long bumbung, dan seterusnya.
Permainan bedil bambu ini biasanya dimainkan oleh anak – anak laki-laki dalam rangka memeriahkan bulan puasa menjelang hari raya, dan peringatan hari besar agama maupun adat.
Setelah Meriam Bambu selesai dibuat, maka sudah siap untuk dibunyikan.
Bahan bakar yang digunakan bisa berupa minyak tanah atau karbit yang dicampuri air dengan takaran tertentu.
Jika memakai air karbit, bisa pula ditambahkan sedikit garam untuk memperbesar suara dentuman.
Cara mendentumkan Meriam bambu adalah dengan menuangi minyak tanah atau air karbit ke dalam lubang tempat penyulutan.
Kemudian, seutas kayu yang sudah dililit dengan kain dan dicelupkan ke minyak tanah lalu diberi api, digunakan sebagai alat penyulut.
Sebaiknya berhati hati dalam melakukan permainan ini untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan Untuk memainkan Meriam bambu sebenarnya tidak memerlukan keahlian khusus, namun disarankan agar berhati-hati Karena bisa membahayakan.
Jika tidak cermat dan waspada ketika menyulut, percikan api yang ditimbulkan bisa mengenai wajah.
Oleh Karena itu, bagi anak-anak yang belum cukup umur disarankan untuk tidak menyulut Meriam Bambu ini.
Namun demikian, untuk para remaja dan kaum lelaki dewasa juga diharapkan tetap berhati-hati ketika menyulut Meriam bambu.
8. Ular naga
Permainan ular Naga adalah permainan grup atau tim.
Permainan ini bisa dilakukan sampai 10 orang, karena semakin ramai akan semakin seru.
Dua pemain membentuk gerbang dengan kedua tangannya saling berpegangan di atas kepala.
Sisa pemain lainnya akan melewati gerbang tangan itu sambil menyanyikan lagu.
Ketika lagu berhenti atau selesai dinyanyikan, gerbang tangan akan turun dan menangkap pemain di bawahnya.
Bagi pemain yang tertangkap kemudian akan diminta untuk memilih bergabung kepada salah satu dari dua pemain yang menangkapnya sehingga akan membentuk deretan panjang.
Deretan panjang itu yang kemudian menginspirasi pemberian nama permainan itu dengan Ular Naga.
Setelah ular naganya terbentuk, permainan akan dilanjutkan dengan saling menangkap pemain paling belakang.
Bagi pemain yang tertangkap, maka akan pindah menjadi pemain kelompok yang menangkapnya.
Permainan ini seru karena setiap kelompok akan berusaha menghindarkan pemain di belakangnya dari kejaran lawan.
Permainan ini baik untuk melatih kekompakan tim.
9. Bongkar-pasang boneka kertas
Boneka kertas atau di Indonesia lebih populer dengan istilah bongkar pasang (BP) adalah figur yang terbuat dari kertas, dengan pakaian terpisah.
Sesuai dengan namanya, permainan ini lebih cenderung dimainkan anak-anak perempuan.
10. Ketapel
Ketapel adalah permainan bidik target.
Ketapel terbuat dari kayu yang memiliki cabang dua menyerupai huruf "Y".
Pada kedua ujungnya dipasangi tali dari karet, biasanya dari ban dalam sepeda yang sudah dibentuk memanjang berukuran sedang.
Bagian ujung tali akan disatukan oleh selembar kain.
Kain ini berfungsi sebagai penampung anak ketapel seperti batu kecil.
Batu kecil itu nantinya digunakan untuk membidik target.
Itulah 10 bentuk permainan tradisional yang biasa dimainkan masa tahun 80-an hingga 90-an.
Sebagian permainan masih ada dijumpai masa sekarang seperti ketapel, lompat tali dan gasing walau jumlahnya tidak banyak. (yah)