1 MUHARRAM
Sama-sama Rayakan Tahun Baru Besok. Inilah Beda Penanggalan Jawa dengan Islam
Berbarengan dengan Tahun Baru Islam, masyarakat Jawa juga merayakan tahun baru. Tahun Baru Jawa 1 Sura juga jatuh pada tanggal 1 Muharram
Yakni, dengan mengambil nama bulan dan jumlah hari dalam setahun dari kalender Hijriah.
Namun, angka tahun Saka dipertahankan.
Alhasil, tahun pertama kalender Jawa adalah 1 Sura 1555 Jawa, bukan 1 Sura 1 Jawa.
Meski demikian, sistem kalender Hijriah tak diserap mentah-mentah oleh kalender Jawa.
Ada sejumlah istilah dan aturan yang disesuaikan dengan kondisi dan budaya Jawa.
Seperti nama bulan kalender Hijriah yang disesuaikan dengan pengucapan/lidah Jawa atau kegiatan keagamaan masyarakat Islam Jawa yang terjadi bulan itu.
Jadilah Sapar menggantikan Safar atau Besar menggantikan Zulhijah.
Selain konsep bulan, nama hari pada kalender Hijriah juga diadopsi ke dalam kalender Jawa.
Lahirlah nama hari Akad/Ngaat, Senen, dan lain-lain mengganti nama hari yang berbau Arab seperti Ahad, Itsnain, dan seterusnya.
Hal ini juga mengganti nama hari dalam kalender Saka, seperti Radite/Raditya, Soma, dan seterusnya.
Kalender Jawa mengenal konsep tujuh hari yang dinamai saptawara atau siklus mingguan (minggon).
Serta sistem pancawara (lima hari), yang dikenal dengan hari pasaran Pahing, Pon, Wage, Kliwon, dan Legi.
Konsep pancawara khas Jawa tidak ada baik dalam kalender Hijriah, Saka, maupun Masehi.
Konsep hari pasaran lebih tua dibandingkan saptawara.
Tidak seperti penamaan hari tujuh dalam kalender Masehi yang berasal dari nama benda langit atau dalam kalender Hijriah yang artinya urutan hari, nama hari pasaran kalender Jawa berasal dari cerita mitologi tentang Resi Raddhi dan Empu Sengkala yang menciptakan pancawara.