1 MUHARRAM
Sama-sama Rayakan Tahun Baru Besok. Inilah Beda Penanggalan Jawa dengan Islam
Berbarengan dengan Tahun Baru Islam, masyarakat Jawa juga merayakan tahun baru. Tahun Baru Jawa 1 Sura juga jatuh pada tanggal 1 Muharram
Aturan lain khas Jawa adalah siklus delapan tahunan (windu).
Nama tahun dalam satu siklus windu berdasarkan pada huruf Arab (Hijaiah) dengan penyebutan lidah Jawa.
Penyebutan tahun dalam windu sering kali bersamaan dengan penyebutan tahun Jawa, seperti tahun Alip 1555 Jawa atau 1555 (Alip).
Sehingga langsung diketahui posisi tahunnya pada siklus windu.
Aturan Penggiat edukasi astronomi sekaligus pengelola Imah Noong, Lembang, Jawa Barat, Hendro Setyanto, mengatakan, kalender Jawa adalah kalender matematis, sama seperti kalender Masehi.
Aturannya didasarkan pada perhitungan matematika dari fenomena astronomi.
Sementara kalender Hijriah adalah kalender astronomis yang ditentukan peristiwa astronomi meskipun dapat dimatematikakan.
”Sifatnya yang matematis membuat penanggalan Jawa tidak mengalami sengketa seperti dalam penentuan awal bulan kalender Hijriah,” katanya.
Satu tahun kalender Jawa terdiri atas 354 hari untuk tahun basit (pendek) dan 355 hari untuk tahun kabisat (panjang).
Pada satu siklus windu terdapat lima tahun basit dan tiga tahun kabisat, yaitu tahun Ehe (2), Dal (5), dan Jimakir (8).
Adapun jumlah hari setiap bulan diatur 30 hari untuk bulan ganjil (Sura, Mulud, dan lainnya) dan 29 hari untuk bulan genap (Sapar, Bakdamulud, dan lainnya).
Khusus tahun kabisat, bulan Besar (12) yang berumur 29 hari diganti 30 hari.
Melalui aturan itu, panjang tahun rata-rata kalender Jawa adalah 354 3/8 hari.
Sementara itu, panjang tahun rata-rata kalender Hijriah sebagai acuan kalender Jawa adalah 354 11/30 hari atau ada 11 tahun kabisat dalam 30 tahun.
Akibatnya, dalam 120 tahun, kalender Jawa akan kelebihan satu hari dibandingkan kalender Hijriah.