GUNUNG MELETUS
Ini 5 Gunung Api yang Meletus Beruntun di Tahun 2018, Dua Setelah Gempa dan Tsunami di Palu
Pascagempa dan tsunami Palu dan Donggala, Sulawesi Tenah pada Jumat lalu Jumat (28/9/2018), dua gunung berapi di Indonesia meletus.
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Lampung, meletus sebanyak 56 kali dalam sehari, Rabu (11/7/2018).
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan, Gunung Anak Krakatau meletus pada Rabu dengan tinggi kolom abu bervarasi 200 meter hingga 1.000 meter di atas puncak kawah.
Dalam rilis yang diterima dari Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (12/7/2018), letusan puluhan kali itu dilaporkan terjadi dengan amplitudo 25-53 mm dan durasi letusan 20-100 detik. Letusan disertai lontaran abu vulkanik, pasir dan suara dentuman.
Pada malam hari, letusan teramati berupa sinar api dan guguran lava pijar. Ada sekitar 141 embusan dengan durasi 20-172 detik.
Sehari sebelumnya, Selasa (10/7/2018), Gunung Anak Krakatau meletus sebanyak 99 kali kejadian dengan amplitudo 18-54 mm dan durasi letusan 20-102 detik. Hembusan tercatat 197 kali dengan durasi 16-93 detik.
Letusan disertai suara dentuman sebanyak 10 kali yang menyebabkan kaca pos pengamatan gunung bergetar.
Banyaknya letusan Gunung Anak Krakatau ini sudah berlangsung sejak tanggal 18 Juni 2018 karena peningkatan aktivitas vulkanik.
"Ada pergerakan magma ke luar permukaan sehingga terjadi letusan. Namun demikian status Gunung Anak Krakatau tetap Waspada (level 2). Tidak ada peningkatan status gunung," demikian tulis Sutopo.
Status Waspada telah ditetapkan sejak 26 Januari 2012 dan masih berlangsung hingga sekarang.
Status Waspada berarti bahwa aktivitas vulkanik di atas normal sehingga terjadinya letusan dapat terjadi kapan saja.
Namun, letusan tidak membahayakan selama masyarakat tidak melakukan aktivitasnya di dalam radius 1 km dan tidak membahayakan penerbangan pesawat terbang juga jalur pelayaran di Selat Sunda.
Masyarakat diimbau tetap tenang karena para petugas dari BPBD Provinsi Banten, BPBD Provinsi Lampung, PVMBG dan BKSDA sudah mempersiapkan langkah antisipasi.
"Yang penting masyarakat mematuhi rekomendasi tidak melakukan aktivitas di dalam radius 1 km dari puncak kawah. Di luar itu aman. Justru dapat menikmati fenomena erupsi Gunung Anak Krakatau dari tempat aman," tulis Sutopo.
4. Meletus Pertama pada 1808, Ini Catatan Letusan Gunung Agung.
Gunung Agung kembali meletus (Bangkapos)
Gunung Agung kembali meletus pada Selasa (3/7/2018) pagi. Sebelumnya, pada Senin (2/7/2018) kemarin, gunung ini juga meletus dengan mengeluarkan lontaran lava pijar sejauh 2 kilometer.
Aktivitas Gunung Agung dalam setahun terbilang aktif, dengan beberapa kali mengeluarkan letusan.
Ditilik dari sejarahnya, Gunung Agung pertama kali meletus pada 1808. Ini sekelumit ceritanya...
Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di Pulau Bali dengan ketinggian 3.031 mdpl, yang terletak di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali.
Gunung Agung mempunyai kawah yang besar dan dalam.
Selain itu, bentuknya yang mengerucut terdiri atas lava dan abu vulkanik. Oleh karena itu, dikategorikan sebagai gunung berapi tipe stratavolkano.
Asap dan uap air kadang dikeluarkan oleh tipe gunung seperti ini.
Gunung Agung pertama kali meletus pada 1808. Saat itu, Gunung Agung mengeluarkan abu dan batu dengan jumlah yang banyak ke luar.
Letusan selanjutnya terjadi 13 tahun kemudian, yaitu tahun 1821. Letusan kedua ini dikategorikan normal dan jangkauan letusan tak seluas pada 1808.
Setelah letusan itu, aktivitas Gunung Agung kembali normal.
5. Setelah 2 Bulan Erupsi Kecil, Gunung Sinabung Kembali Meletus
Sejumlah pekerja melakukan pengerjaan menanam bibit kentang saat terjadinya luncuran awan panas dari kawah Gunung Sinabung di Desa Tiga Kicat, Jumat (3/4/2015) (Tribun Medan / Dedi Sinuhaji)
Hampir dua bulan terakhir, aktivitas Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara hanya erupsi kecil saja.
Namun Jumat (6/4/2018) petang, gunung api ini kembali meletus dengan tinggi kolom abu lebih dari 5.000 meter.
Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) dan Pos Pengamatan Gunungapi Sinabung melaporkan, terjadi luncuran awan panas sejauh 3.500 meter ke arah ke tenggara dan selatan.
"Terekam di seismik gempa erupsi terjadi mulai pukul 16:07 sampai 18:00 WIB, dan masih berlanjut. Kesimpulannya, tingkat aktivitas Gunung Sinabung masih di level IV atau Awas," kata Kepala Pemantau Gunung Api (PGA) Sinabung, Armen Putra, Jumat (6/4/2018).
Armen kembali mengingatkan agar masyarakat dan pengunjung tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.
"Kepada masyarakat yang bermukim di dekat sungai-sungai yang berhulu dari gunung supaya waspada terhadap potensi bahaya lahar," tambahnya.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menambahkan, letusan melontarkan abu vulkanik dan material piroklastik dengan tekanan kuat berwarna abu-abu gelap disertai awan panas.
Hingga kini tidak ada korban jiwa karena di daerah zona berbahaya sudah kosong dari aktivitas masyarakat.
"Masyarakat yang berada di zona merah sudah mengungsi sejak lama dan sebagian sudah direlokasi. Aktivitas vulkanik tetap tinggi dan berpotensi terjadi letusan susulan," kata Sutopo.
Ia menjelaskan, sampai Maret 2018 terdapat 30 lokasi relokasi dengan proses pembangunan rumah bervariasi.
Ada tiga tahap relokasi untuk penanganan pascabencana erupsi Sinabung.
Pertama, pemenuhan kebutuhan relokasi untuk 370 kepala keluarga (KK) di Siosar yang berasal dari tiga desa yaitu Desa Bekerah 112 KK, Sukameriah 128 KK, dan Simacem 130 KK.
Di lokasi ini, selain rumah, dibangun pula sarana pendukung, fasilitas umum, dan fasilitas sosial bagi warga.(*)