TSUNAMI SELAT SUNDA
Cerita Marzuki Sedang Cari Cumi di Laut Lampung, Saat Gunung Anak Krakatau Meletus & Datang Tsunami
Marzuki, warga Desa Way Muli, Kabupaten Lampung Selatan, sedang mencari cumi di tengah laut ketika melihat Gunung Anak Krakatau meletus
TRIBUNBATAM.id, LAMPUNG - Marzuki, warga Desa Way Muli, Kabupaten Lampung Selatan, sedang mencari cumi di tengah laut ketika melihat Gunung Anak Krakatau meletus.
Ia mengatakan letusannya tak seperti biasanya.
"Seperti melihat kembang api, bunyinya keras, seperti petasan, thas, thas, thas, ... lalu keluar asap putih. Sekitar setengah jam kemudian saya ditarik ombak, saya mencoba menepi," kata Marzuki.
Baca: Rafael Benitez Sebut Perjalanan Newcastle Musim Ini Dinaungi Keajaiban. Ini Sebabnya
Baca: Video Ifan Seventeen Lepas Jenazah Dylan Sahara. Ucapkan Terima Kasih dan Mohon Doa untuk Sang Istri
Baca: VIRAL! Kesal Kaca Spion Dipukul hingga Pecah, Sopir Truk Tabrak Pengendara Sepeda di Singapura
Baca: Suasana Perayaan Natal 2018 di Gereja GPdI Kawal Bintan: Berlangsung Khidmat dan Tenang
Way Muli merupakan salah satu daerah terparah di Lampung selatan yang dilanda tsunami akibat runtuhan vulkanis Anak Krakatau.
Marzuki mengatakan dirinya dibawa ombak selama beberapa saat hingga merasa dirinya terpental.
"Saya terlempar ke sawah. Saya bangun dan teriak 'tsunami, tsunami' ke warga," katanya.
Dari sawah ini, ia lari sekuat tenaga menyelamatkan diri. Pada saat ia lari, datang gelombang kedua.
Ia melihat tembok dan memanjatnya.
Turun dari tembok, ia kembali berlari menjauh dari pantai. Datang gelombang ketiga.
Ia naik ke pohon. "Saya beristigfar (meminta ampun kepada Tuhan). Saya menangis, saya ingat orangtua...," katanya.
Karena ingat orangtua, ia memutuskan turun dari pohon dan pergi ke rumah orangtuanya.
Di sana, situasinya berantakan.
"Saya tak menemukan mereka. Saya hanya bisa berharap mereka sudah mengungsi ke tempat aman," katanya.
Melihat orangtuanya tak ada di rumah, ia memutuskan mengecek rumahnya mencari tahu keadaan istri dan anaknya.
Rata dengan tanah
Berdasarkan pemantauan wartawan di Lampung Ahmad Ridho, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Ratusan rumah yang berada pinggir pantai hancur, rata dengan tanah, sedangkan rumah yang berhadapan bibir pantai, sebagian rusak parah.
Rumah Marzuki termasuk rumah yang rata dengan tanah tersapu gelombang.
"Saya lari menuju rumah. Ternyata rumah sudah rata dengan tanah. Saya tanya ke tetangga di mana istri dan anak saya," kata Marzuki.
Tetangga mengatakan mungkin istri dan anaknya mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
Ia pun menuju tempat yang dipakai warga untuk menyelamatkan diri. Di sini, sudah ada ribuan orang.
Di antara ribuan warga, ia melihat anak dan istrinya.
"Saya sangat bersyukur, Allah telah menyelamatkan istri dan anak saya...," katanya.
Ia mengatakan tak masalah harta bendanya hancur, yang penting istri dan anaknya selamat.
Orangtuanya juga selamat meski sempat tertimpa reruntuhan tembok rumah.
Orangtuanya menjalani perawatan, namun sekarang sudah diperbolehkan untuk pulang.
Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan di Provinsi Lampung, daerah yang terdampak tsunami ada di Kabupaten Lampung Selatan, Pesawaran dan Tanggamus.
Di Lampung Selatan, daerah yang terdampak meliputi Kecamatan Kalianda, Rajabasa, Sidomulyo dan Ketibung.
Tercatat 75 orang meninggal dunia, 253 orang luka-luka, 22 orang hilang di Kecamatan Rajabasa, 73 orang mengungsi dan 30 unit rumah rusak.
Bupati Lampung Selatan telah menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari yaitu 23 hingga 29 Desember.