Tidak Semua Produk Susu Itu Susu Asli, Kenali Perbedaannya Ini
BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) mengeluarkan pernyataan jika susu kental manis (SKM) tidak setara dengan susu segar.
KOPMAS mencontohkan mentega yang memiliki lemak tak jenuh besar tapi proteinnya sedikit.
Kadar kandungan yang berbeda ini juga berlaku pada SKM.
Proses pengolahan SKM yang mencampurkan gula dan susu dengan rasio 40:60 membuat jenis olahan ini tidak cocok diberikan pada anak-anak dalam bentuk minuman.
Selain video Arif juga menyebut, pada Desember 2018 KOPMAS juga meluncurkan akun twitter @PengaduanKOPMAS.
• Hati-Hati Resiko Kematian Kamu Lebih Tinggi Jika Tak Mampu Push Up Lebih Dari 10 Kali, Ini Alasannya

Melalui akun tersebut, diharapkan masyarakat dapat lebih pro aktif memperhatikan produk makanan dan minuman yang dikonsumsi anak.
Tak hanya itu, masyarakat juga diharapkan bisa melaporkan jika menemukan pelanggaran, baik kesalahan cara penggunaan maupun promosi produk.
Yuli Supriyati, salah satu anggota KOPMAS berharap kedepannya, pemerintah, produsen dan masyarakat dapat menjalin sinergi yang baik dalam rangka edukasi kebutuhan gizi keluarga untuk mencapai target Generasi Emas 2045.
"Salah satu yang menjadi fokus perhatian KOPMAS saat ini adalah persoalan susu kental manis. Mengingat bahwa dalam jangka waktu yang lama masyarakat telah beranggapan bahwa susu kental manis adalah minuman bergizi untuk anak sehingga tidak mudah untuk memperbaiki mindset masyarakat tersebut," ungkap Yuli.
"Kami masih menemukan orang tua yang memberikan susu kental manis sebagai asupan gizi anak di beberapa wilayah di Jawa Barat dan Banten," imbuhnya.
Menurut Yuli, pemerintah memang telah mengeluarkan regulasi namun edukasi langsung ke masyarakat tetap perlu dilakukan.
• Bagikan Emas Batangan hingga Sepeda Motor, Bank Mandiri Kembali Tebar Hadiah untuk Nasabah Pedagang
Minuman Menyerupai Susu
Ketua Himpunan PAUD Indonesia Netty Herawaty dalam sebuah kesempatan menceritakan, ada kecenderungan orang tua memberikan anak minuman yang menyerupai susu, apabila mereka tidak sanggup membelinya.
Menurut KOPMAS, hal itu disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi dan nutrisi anak.
"Karena pengetahuan mereka rendah, mereka tidak paham tentang susu dan ditambah lagi ekonomi mereka juga rendah. Nah, susu itu identik dengan putih," tutur Netty.
"Maka pada saat ekonominya lagi nggak ada sementara anak butuh susu, maka dicari solusi yang menurut anak itu putih," imbuhnya.