ANAMBAS TERKINI
VIDEO Melihat dari Dekat Sektor Pertanian di Pulau Terdepan, Abah Bawa Bibit Padi Sendiri ke Anambas
"Urus kebun orang di Mampok itu lebih kurang empat tahunan. Kalau lahan di sini (bukit padi) belum ada dua tahunan," ujar pria berumur 67 tahun ini,
Ia mencontohkan seperti warga Desa Ulu Maras Kecamatan Jemaja Timur yang pernah meminta bibit padi miliknya.
• Identitas Mayat yang Ditemukan Tewas di Ruko Lotus Garden Batam, Sejak Kemarin Tak Keluar Kamar
• Persebaya vs Persib Sore Ini Kick Off Jam 15.30 WIB, Fandi Eko Ingin Cetak Gol Lagi ke Gawang Persib
• Gegara Film Dokumenter, Radio-radio di Kanada dan Selandia Baru Cekal Lagu-lagu Michael Jackson
• Wanita Ini Siramkan Minyak dan Bakar Pria yang Menyerang dan Memperkosa Dirinya
Soal pemasaran pun, Abah dan Titin tak perlu repot-repot. Selain dijual kepada penampung, ada juga orang Tarempa yang membeli beras dari hasil panennya.
"Yang beli ada, malah tidak cukup-cukup. Ada juga orang Tarempa datang, seperti yang pegawai-pegawai itu. Kalau padi kering harganya Rp 5 ribu per kilogram," bebernya.
Soal uluran bantuan, baik Abah maupun Titin tidak mau berharap banyak. Beberapa kali ia pernah didata, termasuk mengambil gambar lahan yang mereka kerjakan. Namun sayang, bantuan yang diharapkan tak kunjung datang.
Ia menceritakan, bahwa pernah sampai disuruh membuat rekening ke bank sebagai salahs atu syarat untuk memperoleh bantuan, namun bantuan yang diharapkan tak jua datang.
"Ya gak apa-apa, biarin aja. Mungkin belum rezeki. Padahal pernah dari desa disuruh buat rekening. Sudah di foto-foto dan tandatangan. Gak tahu juga mau dikasih apa," ungkapnya.
Meski terlihat bagus serta sedap dipandang mata, namun Abah mengakui padi yang ia tanam belum mencapai hasil yang maksimal. Salah satu kendala yang cukup berpengaruh terhadap kualitas padi, yakni ketersediaan air.
Untuk mendapatkan air, ia dan istri harus memutar otak. Salah satunya dengan menggali bagian tanah yang berkontur gambut untuk menyalurkan air yang kemudian dibagi-bagi.
Hal ini terbilang ironis, karena tidak jauh dari lahan yang Abah garap, terdapat pintu air yang pembangunannya terbilang baru, namun sayang hanya terdapat tanah di dalamnya dan kering akan air.
Beruntung, hujan mengguyur Jemaja Timur pada dini hari sehingga petani seperti Abah dan Titin tidak perlu bersuah payah menyalurkan air untuk menyiram tanaman padi mereka.
"Ini belum maksimal. Secara presentase, mungkin baru 75 sampai 80 persen. Serba salah juga. Air sedikit berpengaruh ke kualitas padi. Sekali banyak air, hujan lebat. Malah muncul bencana seperti longsor yang terjadi kemarin itu. Rumah di belakang itu banjir sampai dada Abah. Kayak di laut jadinya. Ayam yang Abah pelihara ada mungkin 70 ekor, habis. Waktu itu sawah belum digarap karena memang belum mau menanam. Sampai Pak Gubernur dan Pak Bupati lihat," kenangnya.(tyn)