HARI KARTINI
HARI KARTINI - Sulastin Sutrisno, Penerjemah Surat-surat Kartini, Perjuangan Kartini Tak Hanya Jawa
Sulastin menolak "tuduhan" lama, apa yang selalu diperjuangkan Raden Ajeng Kartini melulu untuk ruang lingkup masyarakat Jawa
Kartini tidak pernah lupa mengetengahkan berbagai kepincangan, ketidakadilan dan masalah-masalah yang menghimpit masyarakat umum.
Jauh sebelum banyak di antara kita tersentuh pikiran untuk mendirikan tempat perawatan kesehatan menyebar di pedesaan, ia sudah memikirkannya, hanya dengan melihat kenyataan seorang gadis desa tewas kehabisan darah karena kecelakaan dan sulit diangkut ke rumah sakit.
Kartini mencetuskan pikiran, alangkah baiknya jika tempat perawatan kesehatan tak hanya memusat di rumah sakit besar dan jauh di kota-kota.
Mengapa tidak membangun sebuah tempat perawatan kesehatan sederhana di desa-desa?
Majunya pikiran Kartini tercermin pula dari keinginan memberikan pendidikan kesejahteraan pada wanita, meningkatkan usaha kerajinan setempat, melepaskan diri dari ketergantungan suami serta berbagai macam buah pikiran lain.
Menurut Sulastin, sebagai wanita sudah tentu Kartini pertama-tama ingin mengangkat derajat kaumnya agar sepadan dengan rekan-rekan pria mereka.
Situasi masa itu, peluang wanita dalam mencapai kesejajaran dengan rekan prianya kecil.
Inilah memang yang pertama-tama didobrak Kartini.
Tetapi setelah itu, sebagaimana tercermin dalam nota suratnya kepada pemerintah kolonial "Geef den Javaan Opvoeding", Kartini terbukti menginginkan kemajuan masyarakat.
Bahkan bukan hanya untuk masyarakat Jawa, melainkan masyarakat Hindia-Belanda (Indonesia).
Contoh lain: pujian yang dengan tulus dikemukakan Kartini terhadap terbitnya majalah bergambar Bintang Hindia.
Majalah berbahasa Melayu dan Belanda tersebut diterbitkan di negeri Belanda oleh Ikatan Pemuda Angkatan Baru, para pemuda yang sedang belajar di berbagai perguruan tinggi di sana.