KARIMUN TERKINI
Setelah Karam 2 Bulan di Laut Karimun, Begini Penampakan Tanker Tabonganen Kini
Setelah lebih kurang 2 bulan tenggelam, tanker barang bukti kasus penyelundupan minyak mentah sekitar 1.150 ton tersebut kini mulai terlihat kembali k
TRIBUN BATAM.id, KARIMUN - Kapal tanker MT Tabonganen 19 diketahui karam di sekitar perairan Tanjungbalai Karimun pada 25 Januari 2019.
Tanker tersebut karam diduga disebabkan cuaca buruk yang melanda perairan Karimun.
Kala itu berdasarkan catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandara Raja Haji Abdullah (RHA) Sei Bati, Karimun, hujan disertai gelombang laut yang cukup kuat.
Ujang, seorang pendayung perahu sampan yang mangkal di pelabuhan rakyat tak jauh dari lokasi tenggelamnya tanker MT Tabonganen 19, menuturkan, dirinya melihat dengan mata kepalanya sendiri.
"Paginya saya lihat tanker itu sudah miring, waktu itu saya lagi antar penumpang. Pas balik, sudah tinggal tiangnya saja," kata Ujang.
• Evakuasi Bangkai Tanker Tabonganen Barang Bukti Bawa Minyak Mentah, Terkendala Anggaran
• Kapal Tanker MT Tabonganen 19 Karam di Karimun Ternyata Kasusnya Bawa 1.115 Ton Minyak Mentah Ilegal
• Kapal Tanker MT Tabonganen 19 Karam di Karimun - Kejaksaan Sebut Masih Proses Sidang
• Berkas Penyidikan Pencurian Minyak MT Tabonganen 19 Sudah Tahap Dua, Otak Pencurian Masih Bebas
Setelah lebih kurang 2 bulan tenggelam, tanker barang bukti kasus penyelundupan minyak mentah sekitar 1.150 ton tersebut kini mulai terlihat kembali ke permukaan.
Berdasarkan foto-foto dokumentasi Kasi Pidana Khusus Kejari Tanjungbalai Karimun, Andriansyah, Tabonganen mengalami kondisi memprihatinkan.
Sebagian sisinya sudah bolong-bolong digerus air laut yang asin.
"Kondisinya kini banyak bolong-bolong, tiangnya malah tak kelihatan lagi," ujar Andriansyah kepada tribunbatam.id, Rabu (1/5/2019).
Agar tidak semakin menganga, lobang-lobang tersebut kemudian ditambal menggunakan kayu.
Meski minyak mentahnya tidak ada lagi, namun sisa-sisa masih dijumpai, seperti yang dialami para pekerja.
Bahkan seorang pekerja terekam kamera nyaris sekujur tubuhnya tertutup tumpahan minyak sisa di dalam Tabonganen.

"Iya kasihan, mereka pada berlumuran minyak begitu," kata Andriansyah miris.
Meski kondisinya memprihatinkan, namun Andriansyah meyakini bangkai tanker Tabonganen masih bernilai ekonomis yang tinggi.
Bahkan ia berani menyebut angka di kisaran Rp 1,4 miliar jika dijual per kilogram ke pengumpul besi tua atau scrap.
"Masih bernilai tinggi, itungannya, cost yang kami keluarkan masih di bawah nilai jualnya lah walau di-scrap sekali pun. Rp 1,4 miliar rasanya nggak akan ke mana itu," kata Andriansyah.
Melihat nilai ekonomis yang masih tinggi itu lah, Andriansyah mengaku pihaknya belum menyerahkan untuk mengevakuasi bangkai Tabonganen. (tribunbatam.id/rachta yahya)