Sederet Fakta Kerusuhan 22 Mei, Senjata Selundupan Dipamerkan Hingga Respons BPN
Pihak manapun tidak akan diperboleh untuk mengacaukan kedaulat NKRI. Panglima TNI Hadi Tjahjanto menegaskan, pihaknya tak akan membiarkan pihak manap
Langkah pertama yang dilakukan polisi untuk merespons tindakan itu adalah defensif bertahan.
Polisi mendorong massa agar segera bubar. Konsentrasi massa akhirnya tersebar ke Tanah Abang dan Kebon Kacang.
Pada saat itu, polisi akhirnya menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa.
"Situasi ini berlanjut sampai pukul 03.00 WIB atau 04.00 WIB. Di tempat lain, rupanya ada kelompok lain yaitu di Petamburan. Petamburan ini ada kelompok anak muda yang menyerang asrama polisi di pinggir jalan sana," kata Tito.
Kelompok anak muda yang disebut Tito membakar kendaraan yang ada di depan asrama tersebut. Setidaknya ada 25 kendaraan yang dibakar. Polisi mengamankan beberapa orang dari peristiwa tersebut.

Tito mengatakan pihaknya menemukan amplop berisi uang. Pelaku rusuh mengaku dibayar oleh pihak tertentu.
"Ditemukan di mereka amplop yang berisi uang. Totalnya kurang lebih Ro 6 juta yang terpisah-pisah amplopmya. Mereka mengaku ada yang membayar. Dan kita lihat juga mohon maaf sebagian dari pelaku yang melakukan aksi juga memiliki tato," ujar Tito.
Sementara itu, Wiranto mengatakan Kepolisian akan terus menginvestigasi kejadian ini. Dia menegaskan dalang dari keributan ini akan ditindak tegas. "Aparat akan bertindak tegas secara hukum," ujar Wiranto.
Respons Tim Pemenangan Prabowo Sandi (BPN)
Anggota Dewan Pengarah Badan Pemenangan Nasional pasangan Prabowo Sunianto-Sandiaga Uno (BPN) Fadli Zon membantah anggapan bahwa massa pengunjuk rasa yang menolak hasil Pilpres 2019 merupakan pendukung pasangan calon nomor urut 02.
Hal itu ia katakan saat diminta tanggapannya terkait peristiwa kericuhan unjuk rasa yang terjadi sejak Selasa (21/5/2019) malam hingga Rabu (22/5/2019) dini hari di depan Kantor Bawaslu, Jakarta Pusat.
"Saya kira itu masyarakat umum yang mempunyai hak untuk lakukan demonstrasi," ujar Fadli di kediaman pribadi Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Rabu (22/5/2019).

Menurut Fadli, massa pengunjuk rasa tak lagi bisa diberikan label pendukung pasangan calon tertentu.
Ia menilai, demonstran yang melakukan aksi merupakan masyarakat yang peduli dengan ketidakadilan selama penyelenggaraan pilpres.
"Tidak ada label-label itu lagi. Ini masyarakat yang concern, yang peduli dengan ketidakadilan. Jadi itu bagian dari masyarakat yang merasa terpanggil ya," kata Fadli.