Singapura Tangkap Warganya yang Hendak ke Suriah Bergabung dengan ISIS
Aparat Singapura dilaporkan menahan seorang warganya yang berencana ke Suriah untuk bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
TRIBUNBATAM.ID, SINGAPURA – Aparat Singapura dilaporkan menahan seorang warganya yang berencana ke Suriah untuk bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Kementerian Dalam Negeri dikutip Kompas.com dari The Straits Times, Selasa (25/6/2019), mengatakan bahwa warga tersebut bernama Imran Mahmood, ditangkap Januari lalu di bawah UU Keamanan Dalam Negeri (ISA).
Pria 40 tahun itu diberitakan menjadi radikal sejak 2013 ketika dia menghabiskan waktunya untuk mendengarkan ceramah daring.
Mahmood juga mendengarkan penceramah asing yang menyampaikan bahwa kiamat sudah dekat.
• Tak Mau Pacarnya Ikut Dituduh, Pembunuh Dalam Pesta Kencan Ini Menyayat Lehernya di Persidangan
• Bercanda Akan Ledakkan Pesawat, 18 Penumpang British Airways Dirturunkan Paksa
• Sniper Joanna Palani, Dewi Kematian ISIS di Suriah. Pulang ke Denmark Dipenjara dan Dicap Teroris
• Presiden Iran Sebut Trump Keterbelakangan Mental, Ingin Negosiasi Tapi Keluarkan Sanksi Baru
Dalam waktu singkat, Mahmood bertransformasi menjadi pendukung garis keras ISIS.
Pada 2014, dia menyatakan keinginan untuk tinggal di bawah kekuasaan ISIS.
Bukan hanya itu. Pria yang dilaporkan merupakan pengangguran itu menyatakan siap mati dengan bertarung bersama anggota ISIS.
Tetapi, hatinya sempat goyah di 2017 tatkala ISIS digempur oleh pasukan koalisi yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS), dan kehilangan banyak daerah.
Mahmood mulai meragukan ISIS. Tapi setelah itu, dia membulatkan tekadnya untuk bergabung dengan kelompok manapun demi mendirikan "khilafah".
Menurut pernyataan kementerian dalam negeri, Mahmood juga meyakini tidak ada yang salah dengan keyakinan radikalnya.
Kemendagri Singapura menjelaskan, selain ISIS, Mahmood diketahui sempat berusaha bergabung dengan kelompok yang terafiliasi dengan Al Qaeda, seperti Hayat Tahrir al-Sham.
Kemendagri juga menyebutkan bahwa dua warganya yang lain sudah ditempatkan dalam pengawasan ketat.
Rasidah Mazlan, seorang teknisi dilaporkan telah menjalin hubungan dengan sejumlah warga asing yang terlibat dalam aktivitas terorisme.
Perempuan berumur 62 tahun itu diperintahkan untuk menjalani kelas rehabilitasi sejak Maret lalu, dan dilarang mengganti pekerjaan, alamat, maupun bepergian ke luar
negeri. Investigasi menunjukkan motif utama Rasidah dilatarbelakangi simpatinya terhadap Muslim yang menderita akibat konflik di luar Singapura.
Sementara warga lain bernama Mohamad Fairuz juga diperintahkan untuk menjalani rehabilitas di bulan yang sama dengan Rasidah.
Berdasarkan hasil penyelidikan, pengantar makanan online ini telah teradikalisasi oleh ideologi ISIS, dan berencana berangkat ke Suriah.
Dalam pernyataan kementerian, Fairus diyakini menjadi emosional ketika membaca adanya pembantaian dalam perang saudara di Suriah.
Dia juga percaya jika mengangkat senjata dan berperang demi ISIS, dia akan langsung masuk surga ketika dia mati.
"Yang bersangkutan menolak memercayai berita dari media yang mengangkat kebrutalan ISIS dan menyebutnya sebagai kabar palsu," demikian keterangan kementerian.
Majelis Islam Singapura (MUIS) menyampaikan bahwa kasus Fairus menunjukkan ancaman berkelanjutan radikalisasi secara pribadi.
Sementara Menteri Urusan Islam Masagos Zulkifli menyesalkan adanya kasus yang menimpa ketiga warga tersebut. “Kasus ini menunjukan tetap akan ada individu yang berpotensi teradikalisasi. Kita harus tetap waspada terhadap ancaman ini.” tulis Masagos melalui laman Facebooknya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Berencana Gabung ISIS, Singapura Tahan Warga yang Radikal"