KILAS SEJARAH

Tragedi Tampomas II, Kisah Kesetiaan Kapten Abdul Rivai Penuhi Janji Jadi Orang Terakhir di Kapal

Di saat detik-detik terakhir kapal mulai tenggelam, Kapten Rivai masih berada di anjungan kapal sambil berpegangan pada jendela

(Dok. Kompas)
Tampak para penumpang berdesakan memadati haluan dan anjungan kapal menantikan pertolongan. Sedang seutas tali sepanjang 100 meter terentang antara Sangihe dengan Tampomas II yang sudah lumpuh itu. Suasana ini diabadikan pada tanggal 26 Januari 1981 pukul 09.00 

Tidak hanya itu saja, proses penyelamatan yang sangat lambat dan memakan waktu 37 jam membuat para penumpang harus bertahan tanpa makanan dan minuman.

Dropping makanan dari udara juga tidak semua jatuh di lokasi para penumpang.

Yang lebih miris, 30 menit setelah api muncul, para penumpang diperintahkan untuk naik ke dek atas dan langsung menaiki sekoci.

Namun usaha ini juga berlangsung lambat karena hanya ada satu pintu yang mengarah ke dek atas. Sedangkan di dek atas, para ABK, Mualim II dan Markonis II malah tidak ada yang memandu penumpang ke arah sekoci.

Beberapa ABK malah lari dari tanggung jawab dan menurunkan sekoci untuk diri mereka sendiri sehingga sebagian penumpang memilih nekat terjun ke laut.

4. Keselamatan yang Tidak Diperhitungkan

Memang penumpang yang terdaftar hanya 1.054 orang, namun jumlah penumpang gelap yang turut menaiki kapal ternyata berjumlah ratusan orang.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa jumlah penumpang sebenarnya mencapai 1.442 orang.

Kapal tersebut hanya membawa 6 buah sekoci yang masing-masing berkapasitas 50 orang. Itupun yang berhasil diturunkan hanya dua buah saja.

Ilustrasi: KM Tampomas tahun 1976(KOMPAS/MAMAK SUTAMAT)
Ilustrasi: KM Tampomas tahun 1976(KOMPAS/MAMAK SUTAMAT) ()

Bahkan saat berada di geladak, ABK malah mencari selamat sendiri-sendiri dengan meluncurkan sekoci.

Kru pelayaran KM Tampomas juga tidak lengkap di hari itu. Hanya ada Kapten, Mualim II dan Markonis II. Sementara Mualim I dan Markonis I cuti dan tidak dicarikan pengganti.

Parahnya lagi, Mualim dan Markonis yang bertugas malah kabur duluan hanya dalam waktu 30 menit setelah api muncul.

Bahkan Markonis II membawa radio portabel bersamanya tanpa memikirkan lebih banyak orang di kapal yang masih memerlukan pertolongan.

Beberapa orang saksi juga sempat mendengar kemarahan Kapten Abdul Rivai yang berteriak, "Kalau ketemu, saya cekik dia!"

ABK yang selamat mengaku tidak tahu cara menurunkan sekoci karena selama ini latihan penyelamatan yang ada hanyalah formalitas untuk mengisi daftar hadir.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved