Dua Tahun Lagi Sudah Bisa Naik Kereta Api Cepat dari Singapura ke China

Jika tak ada aral melintang, tahun 2021 nanti, sudah ada kereta api cepat dari Singapura menuju Kunming, Provinsi Yunan, China bagian selatan.

South China Morning Post
Kereta api cepat China 

Beberapa negara juga ada yang mencurigai maksud China untuk menjadi penguasa ekonomi Asia dan Eropa, seperti India, Australia serta Jepang.

Namun, berbagai kecurigaan itu tak berbunyi mengingat sebagian besar negara yang justru melihat lebih besarnya keuntungan dari konektivitas regional Eurasia dan Afrika tersebut.

Selain itu, China juga memberikan alternatif pembiayaan yang jauh berbeda dengan model konvensional selama in, yakni utang.

Banyak negara terjerat oleh utang luar negeri yang besar, bahkan ada yang sama nilainya dengan GDP negara tersebut, seperti Italia dan Portugal.

Isu utang juga menjadi isu politis yang tak berkesudahan di Indonesia dan Malaysia ketika negara membutuhkan biaya besar untuk membangun infrastruktur.

China yang terus memperkuat–kini bahkan terdepan– dalam teknologi infrastruktur, tidak memberikan utang seperti IMF atau Bank Dunia, tetapi menawarkan utang sebagai peluang.

Setiap negara diberi utang dengan janji akan dibayar oleh proyek itu sendiri, karena setiap proyek China diikuti dengan investasi yang besar.

"Bagian penting dari Belt and Road Initiative adalah memproyeksikan peremajaan China dalam 'mimpi Presiden Xi," kata Steve Tsang, direktur SOAS China Institute di Sekolah Studi Oriental dan Afrika di Universitas London, seperti dilansir Sout China Morning Post.

Apapun pandangan negatif tentang proyek ini, kata Tsang, visi dan konektivitas BRI adalah gagasan raksasa yang dirindukan oleh seluruh pemimpin negara di kawasan ini.

Gagasan Kuno Jalur Sutera

Saat Presiden Xi pertama kali meluncurkan BRI ini, enam tahun lalu, dia sebenarnya ingin mewujudkan kembali jalur perdagangan kuno berabad-abad silam yang disebut dengan Jalur Sutera.

Pada Belt and Road Forum pertama pada tahun 2017, Presiden Xi memuji rute-rute Silk Road kuno sebagai "warisan besar peradaban manusia" dan menurutnya, gagasan itu harus dilanjutkan.

SCMP

Gagasan ini muncul kembali setelah perang dunia II dengan apa yang disebut Marshall Plan dan strategi"flying geese" Jepang di Asia Tenggara pada 1990-an.

Di waktu yang sama –sebelum krisis ekonomi 1998– juga muncul Trans Asia Railway dan di tingkat yang lebih kecil, juga ada Trans-ASEAN Railway oleh beberapa negara ASEAN..

Indonesia sendiri saat itu juga mulai menghitung-hitung kemungkinan dibangunnya Trans-Sumatera Railway serta pembangunan jembatan Dumai-Melaka.

Semua mimpi itu buyar setelah tsunami krisis moneter menghantam tahun 1997.

Bahkan, hingga saat ini, Melaka masih menyiapkan lahan untuk tapak jembatan, jika suatu waktu, gagasan jembatan Dumai-Melaka muncul kembali.

Di saat Presiden Xi Jinping mengungkapkan gagasan itu pada tahun 2013, lebih dari 100 negara dan organisasi internasional menyambut baik rencana tersebut dan jumlahnya semakin bertambah hingga 210 negara yang terdaftar hingga saat ini.

Selama bertahun-tahun, berbagai gagasan ini terus berevolusi dan diperdalam menjadi lebih komprehensif.

Satu teori yang membuat gagasan ini menjadi kuat adalah mulai beralihnya istilah “competittive sum game” (yang kuat yang menang) menjadi “cooperative sum game” (yang bekerjasama yang menang).

Tahun 2017, China BRI ini kemudian menjadi undang-undang China, bersamaan dengan pemikiran politik eponymous Presiden Xi.

Menurut diplomat top Beijing Yang Jiechi yang juga menteri luar negeri China, lebih dari 120 negara di Asia, Eropa, Afrika, Amerika Latin hingga Karibia, telah menandatangani rencana tersebut.

Tidak ada keraguan bahwa Cina telah muncul sebagai kekuatan Eurasia dan akan menjadi partner bisnis puluhan negara Eropa untuk ke depan.

Selain kemampuan keuangan, kemampuan para teknokrat China juga sudah semakin maju dengan berbagai teknologi terbaru yang mereka miliki.

“Tetapi, bagi banyak negara yang sedang mencari sumber-sumber keuangan untuk mendanai infrastruktur mereka, ini adalah peluang besar,” kata Gal Luft, co- direktur Institut Analisis Keamanan Global yang bermarkas di Washington.

"Banyak negara berkembang sedang kesulitan keuangan karena utang mereka yang tinggi, termasuk di Eropa sendiri, seperti Italia, Yunani, dan Portugal. China menawarkan alternatif pembiayaan yang berbeda dan ini sangat menarik,” katanya.

“Bahkan IMF dan Bank Dunia tidak lagi dipandang sebagai lembaaga yang mampu menyelamatkan mereka karena mereka menawarkan beban, bukan peluang. China adalah satu-satunya yang bersedia menawarkan sumber pembiayaan dengan skema saling menguntungkan.”

Menurut Nicolas Moes di Bruegel, sebuah think tank yang berbasis di Brussels meyakini bahwa Jalur Sutera ini sangat menggiurkan.

Pada tahun 2013, perdagangan di Eurasia mencapai US $ 1,8 triliun dan naik lebih lebih dari dua kali lipat hingga saat ini.

Menurut laporan oleh bank multinasional Belanda, ING tahun lalu, perdagangan antara Asia dan Eropa --tidak termasuk perdagangan antarnegara-negara UE– menyumbang 28 persen dari perdagangan dunia.

Beijing secara konsisten menyangkal telah menggunakan BRI sebagai kendaraan untuk mendapatkan pengaruh politik dan membuat “perangkap utang" karena seluruh negara yang akan dilalui BRI ini memiliki peluang berkembang yang sama.

“Kami tidak memberi utang, tetapi menjanjikan terjadinya transaksi perdagangan yang besar, tidak hanya dengan China, tetapi juga dengan ratusan negara lain, terutama dengan tetangga Anda sendiri” kata Menlu China.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved