Demo Hong Kong yang Makin Brutal Membuat China Daratan Kesal. Akankah Beijing Kerahkan Pasukan?
Kemarahan rakyat China daratan mencapai puncaknya ketika para demonstran, Minggu lalu, merusak kantor penghubung Beijing di pusat kota Hong Kong.
TRIBUNBATAM.ID, HONG KONG - Aksi demo Hong Kong sudah dua bulan tak juga berhenti, bahkan semakin brutal dan tak terkendali.
Padahal, aksi demo Hong Kong yang menentang RUU ekstradisi sudah dikabulkan pemerintah eksekutif Hong Kong. Carrie Lam, Kepala Eksekutif Hong kong juga menyatakan bahwa RUU itu sudah mati.
Namun anehnya, sikap lunak pemerintah yang menjaga DNA demokrasi dan kebebasan yang mereka peroleh selama menjadi jajahan Inggris masih terus menggelora.
Akhirnya, apa yang ditakuti oleh banyak pihak, termasuk rakyat Hong Kong, mulai muncul di Beijing.
Masyarakat China daratan mulai mendesak pemerintah China untuk tegas dan mengerahkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) untuk mkenghentikan para pendemo.
• Jumlah Janda Muda Semakin Bertambah, Disebabkan Karena Angka Perceraian Semakin Meningkat
• AWAS Sasar Murid SD, Pemerintah Malaysia Larang Permen Ghost Smoke di Indonesia Videonya Viral
• Megawati Buka Pintu Untuk Prabowo, Pengamat Sebut Bisa Saja Gerindra Gabung ke Koalisi Jokowi
PLA sebenarnya sudah ada di Hong Kong sejak negara semi-otonom itu kembali ke kedaulatan China tahun 1997, namun mereka pasif dan hanya berada di barak.
Sesekali keluar untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat show seperti acara-acara kenegaraan atau ulang tahun militer.
Kemarahan rakyat China daratan mencapai puncaknya ketika para demonstran, Minggu lalu, merusak kantor penghubung Beijing di pusat kota Hong Kong.
Di hari yang sama, segerombolan orang berpakaian putih menyerang para demonstran dengan pentungan dan batangan besi, setelah para demonstran terlibat bentrok dengan polisi.
Kelompok tak dikenal yang diduga adalah Triad (mafia kejahatan di Hong Kong), menyerang secara mendadak para demonstran di stasiun kereta api, Selasa tengah malam sehingga menyebabkan 45 orang terluka.
Hingga saat ini tidak diketahui siapa yang berada di belakang kelompok itu. Pemerintah Hong Kong membantah berada di balik serangan itu dan berjanji akan mengusutnya.
Rumor lainnya, mereka dibayar oleh para pengusaha yang sudah mulai jenuh melihat para pendemo yang membuat bisnis mereka terganggu.
Kekhawatiran bahwa Beijing akan mengerahkan PLA muncul setelah juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian mengomentari demo anarkis dan bentrokan yang terjadi di Hong Kong.
Wu menjelaskan bahwa Hukum Garnisun --yang disepakati dengan Inggris mengatur operasi pasukan PLA di Hong Kong-- menyebutkan bahwa PLA diizinkan secara hukum untuk membantu kota memelihara hukum dan ketertiban atas permintaan Pemerintah Hong Kong.
"Kami mengikuti perkembangan di Hong Kong, terutama serangan kekerasan terhadap kantor penghubung pemerintah pusat oleh para radikal pada 21 Juli," kata Wu.
"Beberapa perilaku para pengunjuk rasa sudah radikal dan seakan menantang otoritas pemerintah pusat," kata Wu kepada media di China, seperti dilansir South China Morning Post, "Ini tidak bisa ditoleransi."
Beijing mengatakan bahwa pihaknya dapat mengerahkan militer ke Hong Kong untuk menjaga ketertiban sosial.
Reaksi terhadap ucapan juru bicara kementerian pertahanan Wu Qian beragam. Perwakilan bisnis mengatakan itu peringatan garis merah, tetapi pejabat dari pemerintah kota mengatakan bahwa itu belum menjadi rencana.
Wu mengatakan, setelah aksi demonstrasi yang semakin tidak terkendali dan vandalisme terhadap kantor pemerintahan serta (puncaknya) kantor penghubung pemerintah pusat di Hong Kong, merupakan perlawanan terhadap prinsip "satu negara dua sistem".

Ditanya bagaimana kementerian pertahanan akan menangani berbagai peristiwa di Hong Kong dan pasukan kemerdekaan, Wu hanya mengatakan bahwa "Pasal 14 UU Garnisun memiliki ketentuan yang jelas", tanpa menjelaskan lebih lanjut.
UU Garnisun diberlakukan pada 1 Juli 1997, tanggal penyerahan Hong Kong dari Inggris ke China.
Artikel atau pasal 14 UU itu menyatakan bahwa pemerintah Hong Kong --sesuai dengan Undang-Undang Dasar mini-konstitusi kota -- dapat meminta bantuan pemerintah pusat dan PLA Hong Kong bisa dikerahkan untuk pemeliharaan ketertiban umum dan bantuan bencana.
Jika ada permintaan seperti itu disetujui, garnisun akan mengirim pasukan untuk melaksanakan tugas, kemudian segera kembali ke markas mereka.
Seorang juru bicara pemerintah Hong Kong mengatakan pada hari Rabu bahwa kota itu sepenuhnya mampu mengurus masalahnya sendiri dan menjaga ketertiban umum.
"Tidak perlu meminta bantuan dari garnisun," katanya.
Eric Chan Kwok-ki, direktur Kantor Kepala Eksekutif Hong Kong mengatakan. "Ini bukan hal yang baru. Tapi pemerintah Hong Kong tidak memiliki rencana untuk mencari bantuan dari garnisun [PLA Hong Kong] seperti ketentuan itu."
Patrick Nip Tak-kuen, sekretaris Hong Kong untuk urusan konstitusional dan daratan juga mengatakan bahwa apa yang disampaikan Wu hanya mengingatkan tentang ketentuan hukum, bukan sebagai ancaman.
Zhou Chenming, seorang analis militer yang berbasis di Beijing, juga mengatakan dia tidak berpikir Wu mengirim peringatan kepada pengunjuk rasa Hong Kong.
“Semuanya masih terkendali. Tetapi pengunjuk rasa juga harus mengetahui batas yang bisa mereka lakukan."
Zhou menyebutkan, penyebaran pasukan PLA sangat tidak mungkin tetapi menggambarkan sebuah skenario di mana pemerintah Hong Kong dapat meminta bantuan.
“Skenario itu bisa terjadi jika kekacauan terus terjadi di Hong Kong, dengan 100.000 atau 200.000 perusuh di jalanan. Tapi saya pikir ini tidak mungkin,” katanya.
Sementara itu, Yue Gang, pensiunan kolonel PLA, mengatakan komentar Wu dapat dilihat sebagai peringatan bagi para pemrotes Hong Kong yang radikal.
"Saya pikir tanggapannya sesuai dengan Undang-Undang Dasar, tetapi mengingatkan tentang UU Garnisun dapat dilihat sebagai peringatan bagi para demonstran radikal yang melakukan kekerasan," katanya.
Yue tidak mengesampingkan kemungkinan pemerintah Hong Kong meminta bantuan dari Beijing.
"Saya pikir titik didih sudah tercapai," katanya. “Area yang terkena dampak telah melebar, termasuk kantor penghubung. Jika ini terus berlanjut, pengunjuk rasa bahkan bisa mengepung garnisun PLA. ”
Pengamat veteran Tiongkok Johnny Lau Yui-siu mengatakan pernyataan juru bicara kementerian pertahanan itu penting, menunjukkan bahwa Beijing sangat memperhatikan perkembangan di Hong Kong.
“Interpretasi saya adalah, PLA sedang dalam tahap mengamati situasi di Hong Kong. Garnisun PLA Hong Kong seperti kapal selam yang melayang perlahan ke permukaan air. PLA di kota itu bisa memainkan peran, sesuai dengan hukum."
Lau mengimbau para pengunjuk rasa menghentikan cara-cara demo mereka yang melebihi batas, terutama menyerang fasilitas kantor penghubung pemerintah pusat.
David Lesperance, pendiri Lesperance & Associates mengingatkan bahwa PLA telah mengirim bendera merah ke sektor bisnis.
“Ini adalah pesan bendera merah dan akan mengejutkan komunitas bisnis. Tidak ada yang ingin melihat Tiananmen baru di Sheung Wan,” katanya.
"Untuk pebisnis lokal dan internasional di Hong Kong, ini adalah tanda bahwa segalanya bisa menjadi lebih buruk."

Puluhan pria berbaju putih bersenjata pentungan tiba-tiba menyerbu kelompok demonstran dan penumpang kereta api tanpa pandang bulu.
Sebanyak 45 orang dilaporkan terluka oleh South China Morning Post.
• Polisi Bentrok Lagi Saat Bubarkan Demo Hong Kong. Ada yang Nekat Bunuh Diri
• Terkait Demo Hong Kong yang Rusuh, Beijing Blokir Seluruh Platform Media, Televisi Berubah Hitam
• UPDATE! Demo Hong Kong Makin Liar, Gedung Legislatif Hancur-lebur. Polisi Keluarkan Ultimatum
Menutup wajahnya cdengan masker, seperti para demosntran, mereka menyerbu ke stasiun MTR Yuen Long sekitar tengah malam dengan membuka paksa pintu kereta dan kemudian memukuli para penumpang.
Sebagian lagi melemparkan benda-benda kepada ke arah demonstran dan menumpan, dan menyerang anggota masyarakat, termasuk jurnalis.
Beberapa orang melindungi diri dengan payung, sementara yang lain mencoba melawan dengan melemparkan helm ke arah mereka.
Pada saat polisi anti huru hara tiba, warga yang jadi korban langsung menuduh polisi sengaja membiarkan para penyerang menjadi liar.
Pada pukul 2.30 pagi, setidaknya 36 orang telah dikirim ke salah satu dari tiga rumah sakit terdekat atau telah mencari perawatan di sana sendiri, menurut Otoritas Rumah Sakit.
Aksi penyerangan kelompok ini bukan yang pertama terjadi karena sebelumnya, mereka juga menyerang demonstran anti-RUU demonstrasi yang juga tak kunjung berhenti di Hong Kong.
Penyerangan itu terjadi saat pengunjuk rasa berhadapan dengan polisi anti-huru-hara di Wan Chai, Central dan Sheung Wan, sekitar pukul 22:30.
Para penyerang ini menyerang penumpang dan mengejar siapa pun yang mengenakan pakaian hitam, kata saksi mata.
Pemerintah mengutuk serangan dalam pernyataan yang dirilis setelah tengah malam.
"Ini benar-benar tidak dapat diterima bagi Hong Kong sebagai masyarakat yang mematuhi aturan hukum. [Pemerintah] sangat mengutuk setiap kekerasan dan dengan serius akan mengambil tindakan penegakan hukum," kata juru bicara pemerintah.

Klip video beredar online dan diputar di layar televisi, termasuk oleh jurnalis SCMP, menangkap kekacauan dan teror ketika para penumpang bergegas mencari perlindungan.
Di antara yang terluka adalah anggota parlemen oposisi Lam Cheuk-ting, yang berdarah dari wajahnya, dan seorang reporter wanita dengan luka-luka di lengannya.
Petugas polisi, yang tiba di stasiun pada pukul 11:15, ketika gerombolan itu pergi, dikelilingi oleh puluhan penduduk dan pengunjuk rasa yang marah.
"Di mana saja kamu? Kamu seharusnya melindungi kita!" teriak mereka, mengekspresikan kemarahan mereka dengan kata-kata kasar.
Seorang pria, yang diserang di stasiun selama invasi tengah malam, menuduh polisi sengaja mundur setelah dipanggil ke tempat kejadian untuk serangan pertama.
Sekitar jam 1 pagi, sebanyak 100 polisi anti huru hara tiba di desa Nam Pin Wai, tempat sebagian besar pria berpakaian putih berkumpul.
Tetapi setelah memblokir pintu masuk ke desa selama lebih dari tiga jam, polisi hanya secara singkat menanyai beberapa pria berpakaian putih.
Tidak ada yang ditangkap, tetapi beberapa batang baja disita. Petugas telah menolak untuk menanggapi pertanyaan.
Dalam konferensi pers pagi hari, petugas polisi mengatakan mereka tidak melihat batang baja di desa dan tidak melihat ada kriminal.
"Kami belum melakukan penangkapan karena kami tidak dapat memastikan siapa yang terlibat," kata Yau Nai-keung, asisten komandan Distrik Yuen Long.

"Bahkan mereka yang berpakaian putih, itu tidak berarti mereka terlibat dalam perkelahian. Kami akan menangani setiap kasus dengan adil - tidak peduli siapa mereka."
Tiga kelompok pengawas pers mengecam keras penyerangan dua jurnalis di stasiun Yuen Long. Keduanya dilaporkan dipukuli dengan senjata, termasuk dengan tongkat kayu, membuat seorang reporter wanita dirawat di rumah sakit.
"Kami mendesak polisi untuk melakukan tugas mereka dan melindungi orang-orang dan jurnalis," kata pernyataan bersama oleh Asosiasi Jurnalis Hong Kong, Asosiasi Fotografer Pers, dan Asosiasi Komentator Independen.
Seorang juru bicara MTR mengatakan para pekerja di stasiun Yuen Long memperhatikan perselisihan yang terjadi sekitar pukul 22:45.
Anggota staf segera melaporkan situasinya ke pusat kendali operasi, yang menghubungi polisi dalam waktu dua menit. Pertempuran kemudian pecah di stasiun concourse dan alarm kebakaran dipicu.
Pada pukul 10.56 malam, pusat kendali mengatur kereta Jalur Kereta Barat dari kedua arah agar tidak berhenti di Yuen Long dan juga mencoba mengatur kereta untuk menjemput penumpang di sana.
Pusat kontrol membuat pengaturan untuk kereta untuk berhenti lagi di Yuen Long mulai pukul 11.19 malam.
"MTR Corporation mengutuk keras kekerasan yang terjadi di lokasi kereta api tadi malam. Kami akan sepenuhnya bekerja sama dengan otoritas penegak hukum dalam penyelidikan," kata Jacob Kam Chak-pui, kepala eksekutif MTR Corp, dalam sebuah pernyataan.
Dalam sebuah video yang beredar online, anggota parlemen pro-pembentukan Junius Ho Kwan-yiu terlihat berjabat tangan dengan pria-pria berbaju putih berbaris di Fung Yau Street East. Dia tidak dapat berkomentar dengan waktu penerbitan.
Namun dalam sebuah video yang dia posting di halaman Facebook-nya Senin pagi, Ho, yang tinggal di Yuen Long, mengatakan dia menemukan sekelompok pria dengan kemeja putih di jalan dan berfoto dengan mereka.
Dia berkata bahwa dia mengenal beberapa dari mereka dan dia menganggap mereka semua sebagai "orang-orang yang sopan" yang menjaga rumah mereka.
• Jutaan Warga Hong Kong Lawan UU Ekstradisi: Orang China Daratan Mungkin Diam, Tetapi Kami Tidak
Hingga saat ini belum diketahui siapa yang menggerakkan mereka, apakah pihak pemerintah atau bisa juga para pengusaha yang sudah jenuh dengan para demonstran.
Sebab, demo anti-RUU ekstradisi yang sudah berlangsung sebulan lebih tak juga berhenti meskipun pemerintah eksekutif Hong Kong sudah mengalah.
Para pendemo bahkan semakin berlebihan dan anarkis sehingga tidak hanya mengganggu masyarakat dan pemerintah, juga membuat para pengusaha mengeluh karena sudah mengganggu aktivitas bisnis di kota itu.