Beijing Ingatkan Demonstran Hong Kong Tidak Bermain Api: Kalian Akan Binasa
China mengeluarkan peringatan keras terhadap para pengunjuk rasa di Hong Kong untuk tidak "bermain api" dan mengira pemerintah pusat bersikap lemah.
TRIBUNBATAM.ID, BEIJING - Pemerintah China mengeluarkan peringatan keras terhadap para pengunjuk rasa di Hong Kong untuk tidak "bermain api" dan mengira pemerintah pusat bersikap lemah.
Pemerintah China bahkan berjanji akan membawa para aktor intelektual di belakang aksi demonstrasi ke pengadilan. Namun belum ada ancaman China untuk mengerahkan pasukan, sesuatu yang dikhawatirkan oleh masyatakat Hong Kong.
Beijing meminta masyarakat Hong Kong untuk membantu memulihkan tatanan sosial kota itu dan menghentikan kekacauan yang terjadi akibat provbokasi demonstran "radikal".
Kantor berita negara Xinhua mengatakan, Hong Kong tidak tahan dengan kekacauan dan kekerasan karena akan menelan "konsekuensi yang tidak terpikirkan".
• Pemimpin Eksekutif Hong Kong: Saya Tidak Akan Mundur oleh Tuntutan Kelompok Ekstrim
• Hong Kong Lumpuh oleh Mogok Massal, Ratusan Penerbangan Dibatalkan
• 5 Cara China Tanggapi Kerusuhan di Hongkong, Tegaskan Lindungi Kedaulatan
“Setiap orang di Hong Kong perlu berhenti sejenak dan memikirkan apakah Hong Kong dapat menahan penderitaan, kekacauan, dan pengorbanan kepentingan publik. Rakyat tidak seharusnya disandera dan menelan buah pahit dari kekacauan sosial."
Hong Kong, menurut South China Morning Post, mengutip pernyataan menteri keuangan, saat ini menuju resesi akibat aksi demo yang memperparah dampak perang dagang AS vs China.
Aksi demo yang semakin keras dan anarkis ini membuat masyarakat Hing Kong terbelah.
Saat ini mulai muncul gerakan tandingan setelah kepentingan masyarakat mulai terganggu oleh berbagai aksi untuk melumpuhkan transportasi kota.
Juru bicara Partai Komunis, seperti dikutip People's Daily mengatakan, pemerintah pusat akan tegas mendukung tindakan otoritas Hong Kong untuk menegakkan hukum dan menjaga ketertiban Hong Kong.
Seperti diketahui, gelombang demo Hong Kong sepanjang dua bulan telah membuat negara semi-otonom itu dilanda ketidakpastian politik dan ekonomi.
Aksi demo yang berawal dari penolakan RUU ekstradisi saat ini melebar ke masalah politik untuk menjatuhkan pemerintahan kepala eksekutif Carrie Lam.
"Kami ingin memperingatkan kepada semua 'penjahat' untuk tidak pernah salah menilai situasi dan keliru menilai kami bersikap lemah," kata Kantor Pemerintah China Urusan Hong Kong dan Makau, dalam dokumen yang dirilis di Beijing, Selasa (6/8/2019).
"Kelompok kekerasan radikal yang kecil berada di garis depan aksi protes, bersama dengan beberapa warga baik hati yang telah salah arah dan dipaksa untuk bergabung," lanjut pernyataan dokumen yang dikaitkan dengan dua pejabat, Yang Guang dan Xu Luying, dikutip Reuters.
Dikatakan bahwa kelompok anti-China merupakan dalang di belakang layar yang telah secara terbuka dan berani mendorong para pengunjuk rasa untuk berada dalam kancah pertempuran..
"Kami ingin mengingatkan kepada sekelompok kecil penjahat tak bermoral dan kejam, serta pasukan kotor di belakang mereka, jika bermain api maka akan binasa," kata kantor itu. "Dan pada akhirnya, mereka semua akan menerima hukumannya," lanjut pernyataan kantor tersebut.
Demo Hong Kong saat ini berkembang pada situasi yang diwarnai berbagai kekerasan, pembangkangan publik, mogok massal hingga anarki.
Pada aksi demo akhir pekan lalu, bendera China di pelabuhan diturunkan pengunjuk rasa dan kemudian dibuang ke laut, memancing kemarahan publik China daratan.
Seperti diketahui, aksi demo berawal dari penolakan RUU ekstradisi yang memungkinkan pelaku pelanggaran untuk diekstradisi ke negara-negara yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Hong Kong, termasuk China daratan.
Pemerintah eksekutif Hong Kong kemudian menangguhkan RUU tersrbut sepekan setelah aksi berlangsung dan menegaskan bahwa RUU itu telah mati.
Carrie Lam Tolak Mundur
Namun, penolakan RUU tersebut berubah menjadi gerakan yang menuntut reformasi demokrasi di Hong Kong serta memaksa pemerintah untuk mundur.
Permintaan itu dilawan keras oleh Carrie Lam yang menegaskan tidak akan meladeni permintaan itu dan akan melakukan penangkapan terhadap aktivis yang melanggar hukum.
Sepanjang Senin, 82 orang ditangkap, menyusul penangkapan puluhan orang dalam sejumlah aksi demo sebelumnya.
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam, diapit oleh delapan menterinya, berbicara kepada pers terkait semakin membesarnya eskalasi demo Hong Kong, Senin (5/8/2019).
Carrie Lam Cheng Yuet-ngor memperingatkan para demonstran anti-pemerintah bahwa mereka menyeret kota itu ke "jalan yang tidak dapat kembali".
Carrie Lam mengatakan bahwa kerusuhan sipil yang sedang berlangsung sebagai serangan terhadap kedaulatan Beijing, pada "satu negara, dua sistem" , dan upaya untuk menghancurkan Hong Kong.
• Hong Kong Lumpuh oleh Mogok Massal, Ratusan Penerbangan Dibatalkan
• Gokil, Pramugari Ini Sembunyi di Bagasi Kabin, Penumpang Pesawat Dibikin Bingung
• Ribuan Pegawai Negeri Gabung dengan Pendemo, Rakyat Lumpuhkan Hong Kong dengan Mogok Massal Senin
Carrie Lam dalam jumnpa pers selama 40 menit tetap ngotot tidak akan menerima tuntutan para pendemo yang memintanya mengundurkan diri.
Lam juga menegaskan bahwa protes yang terjadi saat ini bukan tentang pemerintahannya atau RUU lagi, ketika wartawan bertanya apa yang akan dia lakukan untuk menenangkan kerusuhan sosial.
Carrie Lam mengatakan bahwa setidaknya 73 pengunjuk rasa ditangkap –informasi lain menyebutkan 82 orang– di Mong Kok, Tsim Sha Tsui dan Causeway Bay dan akan ada penangkapan lainnya lagi.
Lam menggambarkan pengepungan berbagai kantor polisi, pelemparan batu bata dan bom molotov selama akhir pekan, serta pemblokiran layanan kereta api, merupakan ancaman terhadap keselamatan dan stabilitas publik Hong Kong.
"Hong Kong selama ini adalah kota teraman di dunia," katanya seperti dilansir South China Morning Post, "Tetapi serangkaian tindakan yang sangat keras ini mendorong Hong Kong ke situasi yang sangat berbahaya. Beberapa aktivis ekstrem telah mengubah sifat (protes) ini dengan cara-cara kekerasan,” katanya.
Lam mengutuk pengunjuk rasa yang meneriakkan "Bebaskan Hong Kong” dan “revolusi zaman kita" serta melemparkan bendera China ke laut.
"Tindakan ini menantang kedaulatan nasional, mengancam satu negara, dua sistem, dan akan menghancurkan kemakmuran dan stabilitas kota," katanya.
Bank-bank besar Hong Kong menutup cabang saat kekacauan terjadi dan membuat ekonomi Hong Kong memburuk.
"Apakah kita harus bertaruh dengan kehidupan 7 juta orang dan masa depan kota?" katanya, sambil berusaha menahan air mata.
Tetapi ditanya apakah dia, atau anggota di kabinetnya, akan bertanggung jawab atas kerusuhan sosial dan mundur, Lam bersikeras dia tidak akan mengundurkan diri, terutama ketika masa depan Hong Kong dipertaruhkan.
“Ketika kesejahteraan 7 juta orang menghadapi tantangan besar, ini bukan lagi tentang kehormatan pribadi saya. Rekan-rekan saya dan saya memiliki tanggung jawab untuk berdiri teguh di posisi kami, ”katanya.
Lam juga ditanya mengapa dia tidak mau mendengarkan tuntutan warga dan kelompok bisnis untuk penarikan penuh RUU tersebut dan membentuk komisi penyelidikan terkait aksi kekerassan polisi pada aksi demo beberapa waktu lalu.
Lam hanya kembali bahwa undang-undang itu telah "mati", dan Dewan Pengaduan Polisi Independen telah setuju untuk menyelidiki penggunaan kekuatan polisi terhadap para pemrotes.
Dalam seruan langsung kepada para pemrotes, Lam juga memperingatkan bahwa pemogokan yang pecah di seluruh Hong Kong akan merusak mata pencaharian keluarga pekerja.
"Orang-orang harus menghormati hak orang lain untuk pergi bekerja ... Memblokir jalan, menghentikan orang pergi bekerja dapat menyebabkan orang kehilangan pekerjaan, dan banyak keluarga berpenghasilan rendah akan terpengaruh," katanya.
Sekretaris Keuangan Paul Chan Mo-po juga mendesak orang untuk berhenti memprotes, karena ekonomi kota telah menghadapi situasi yang sulit. Apalagi Hong Kong saat ini juga terdampak oleh perang dagang AS vs Cina yang sedang berlangsung.
Dia menunjuk penurunan angka impor, ekspor dan ritel yang sudah merosot 6,7 persen pada Juni.
Ditanya mengapa Lam seperti bersembunyi dari publik selama dua minggu terakhir, pemimpin eksekutif itu mengatakan bahwa ada sejumlah orang yang mengganggu berbagai kegiatan publik yang hendak dihadirinya.
Masyarakat juga mengalami ketakutan untuk mengundangnya karena ancaman kelompok radikal di media sosial.
"Beberapa kelompok radikal akan meneror orang yang membuat acara jika tahu saya akan hadir, baik terbuka atau tertutup,” kata Lam.
"Ini adalah Hong Kong hari ini, ada orang menggunakan ancaman dan intimidasi untuk mencapai tujuan mereka."
Aksi mogok massal ini meliputi sektor transportasi dan 20 sektor bisnis sejak Senin pagi, sementara aksi demonstrasi yang diklaim mencapai 500 ribu orang berlanjut hingga Senin malam ini.
Dilansir TribunBatam.id dari South China Morning Post, aksi mogok sebagai bagian dari meningkatnya protes anti-pemerintah memaksa otoritas bandara Hong Kong untuk membatalkan sekitar 300 penerbangan.
• Detik-detik Baku Tembak Polisi dengan Kawanan Begal di Jalinsum, Warga Sebut Ada 5 Kali Tembakan
• Siaran dalam Genangan Banjir Setinggi Leher, Reporter Ini Tuai Pujian, Videonya Viral
• Gadis Ini Alami Sindrom Langka Werewolf, Begini Penampakannya yang Cantik Setelah Dicukur Habis
Setiap harinya, bandara Hong Kong ini melayani 1.000 penerbangan, baik berangkat atau tiba, namun hanya 511 penerbangan berangkat dari kota itu, sementara 117 keberangkatan dan 98 kedatangan dibatalkan hingga Senin siang
Aksi mogok dilakukan oleh petugas bandara dan staf delapan penerbangan –terutama maskapai China termasuk Cathay Airways. Aksi ini akan berlanjut hingga Selasa besok.
Para pilot dan pramugari dari maskapai yang melibatkan diri dalam pemogokan massal itu adalah Cathay Pacific, Cathay Dragon, HK Express dan Hong Kong Airlines.
Akibatnya, ribuan penumpang telantar dan menumpuk di bandara dan sebagian lagi tidak bisa mendarat.
Cathay dan Hong Kong Airlines menawarkan pemesanan ulang kepada penumpangnya sementara Cathay Pacific merekomendasikan agar pelanggan menunda perjalanan yang tidak penting.
Layanan kereta api Airport Express yangh awalnya tidak terlibat penuh dalam aksi mogok ini –hanya untuk jalur “merah”, telah dipaksa untuk berhenti oleh pendemo.
Pemogokan ini merupakan perkembangan terbaru dari aksi protes terhadap RUU ekstradisi yang sudah berlangsung selama dua bulan.
Pemerintah eksekutif Hong Kong telah menunda pembahasan RUU tersebut namun pihak para pengunjuk rasa menuntut penarikan penuh RUU tersebut.
Akibat lambatnya pemerintah merespon desakan pendemo –termasuk pegawai negeri–, membuat aksi demo ini merebak ke isu politik yang sangat krusial: membebaskan Hong Kong dari China.
Sementara itu, para demonstran masih terus melakukan aksi dan terlibat “pertempuran” dengan polisi yang bersenjatakan gas air mata, granat spons dan peluru karet.

Pada Senin sore, ratusan ribu demonstran berkumpul di tujuh lokasi. Bentrokan terjadi di jalan-jalan yang diduduki di seluruh kota dan di depan kantor polisi, Wong Tai Sin dan Harcourt Road.
Bahkan, para pendamo semakin nekat, membuat blokade dengan membakar sampah-sampah dan mempersenjatai diri mereka untuk membalas polisi saat terjadi bentrokan.
Mereka juga mengepung Admiralty untuk meminta pegawai negeri sipil bergabung dengan pemogokan. Aksi tersebut menjadi taktik yang berhasil karena para pegawai tidak bisa masuk kantor.
Seperti juga aksi protes sebelumnya demonstran garis keras terlibat bentrokan dengan polisi, mengubah zona pejalan kaki dan perumahan menjadi medan perang.
Pemimpin Hong Kong Carrie Lam Cheng Yuet-ngor sebelumnya membuat penampilan publik pertamanya dalam dua minggu menolak tuntutan pemrotes dan menuduh tindakan yang sedang berlangsung menantang prinsip "satu negara, dua sistem".
Hingga berita ini diturunkan, bentrokan di sejumlah titik masih berlangsung.
Bahkan di North Point, bentrokan pecah antara pendemo dengan sekelompok pria pro-Beijing.