Udara Batam Masuk Level Tidak Sehat, Tahun 2019 Sebanyak 58.664 Warga Batam Terserang ISPA
Akhir-akhir ini, kualitas udara di Kota Batam membuat masyarakat khawatir. Hal ini tak terlepas akibat asap kiriman kebakaran hutan dan lahan
Udara di Batam Pada Level Kurang Sehat, Simak Penjelasan Dinas Kesehatan
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Akhir-akhir ini, kualitas udara di Kota Batam membuat masyarakat khawatir.
Hal ini tak terlepas akibat asap kiriman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di beberapa daerah terdekat, seperti dari Riau maupun Jambi.
Namun, menurut Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Batam, Didi Kusmarjadi, indeks standar pencemar udara (ISPU) di Batam kerap naik turun.
Terkadang, bisa berada di angka 100 ke bawah dan dapat pula berada di angka 100 ke atas.
• Jelang Borneo FC vs Madura United Liga 1 2019, Pesut Etam Waspadai Kebangkitan Tim Tamu
"Kemarin kualitas udara itu berada di angka 89 artinya sedang belum mengkhawatirkan. Sekarang di angka 100, ini belum berbahaya tapi berkualitas tidak sehat bagi warga," katanya saat dihubungi, Selasa (17/9/2019) sore.
Bahkan, ia bersama pihak terkait pun telah mengagendakan untuk turun langsung membagikan masker kepada setiap pengendara sepeda motor di jalan Batam serta memantau pasien di rumah sakit terdekat.
• Jelang MotoGP Aragon - Jika Menang Lagi, Marc Marquez Bisa Pesta Juara Dunia di Thailand
"Tingkat udara itu di level berbahaya jika berada di atas 300. Untuk level 100 ini saja hanya ada di beberapa titik," ungkapnya.
Darinya diketahui, sepanjang tahun 2019, korban Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Kota Batam jumlahnya selalu bervariasi.
Berdasarkan sejak Januari hingga Agustus 2019 (kumulatif) tercatat sebanyak 58.664 warga di Batam terserang ISPA.
Dari data itu diketahui pada bulan Maret dan Mei merupakan tertinggi dari bulan-bulan lainnya, yaitu mencapai 8.282 dan 8.620 jiwa.
• Udara Batam Tidak Sehat, 1 Pasien Tumbang Terserang ISPA, Dirawat di RS Embun Fatimah Batam
"Tapi data itu tidak ada hubungannya dengan kabut asap sekarang," tegas Didi membenarkan.
Bahkan, ia menyebutkan data itu tidak berubah signifikan dari data tahun lalu.
"Jika dilihat dari usianya, mayoritas yang menjadi korban adalah dewasa dibandingkan anak anak maupun balita. Dimana penyebabnya berasal dari penyebaran kuman serta akibat pencemaran udara yang tidak sehat," jelas Didi.
• Bursa Transfer Liga 1 2019 - Persebaya Coret Dua Pemain Asingnya, Rekrut Striker Kalteng Putra
Sementara, Deputi Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Riau, Fandi Rahman, tak membantah jika karhutla di Riau menyebabkan dampak buruk bagi beberapa daerah terdekat, termasuk Kota Batam.