Setelah Viral, BMKG Akhirnya Angkat Bicara soal Fenomena Langit Merah Darah di Jambi
Mengapa kebakaran hutan dan lahan itu bisa menyebabkan langit berwarna merah? Begini penjalasan BMKG
Lantas, kenapa kebakaran hutan dan lahan itu bisa menyebabkan langit berwarna merah?
Siswanto bilang, bila ditinjau dari teori fisika atmosfer pada panjang gelombang sinar, langit berwarna merah disebabkan adanya hamburan sinar matahari oleh partikel mengapung di udara yang berukuran kecil (aerosol).
Hal ini juga dikenal dengan istilah hamburan mie (Mie Scattering).
Mie scattering terjadi jika diameter aerosol dari polutan di atmosfer sama dengan panjang gelombang dari sinar tampak (visible) matahari.
Panjang gelombang sinar merah berada pada ukuran 0,7 mikrometer.
Diketahui, dari data BMKG konsentrasi debu partikulat polutan berukuran
"Namun, langit yang berubah merah terjadi Muaro Jambi. Artinya, debu polutan di daerah tersebut dominan berukuran sekitar 0,7 mikrometer atau lebih, dengan konsentrasi sangat tinggi."
"Selain konsentrasi tinggi, tentunya sebaran partikel polutan ini juga luas untuk dapat membuat langit berwarna merah," tutur Siswanto.
Mengapa dikatakan ukuran partikel bisa lebih dari 0.7 mikrometer?
Ini dikarenakan mata manusia hanya dapat melihat pada spektum visibel (0.4-0.7 mikrometer).
Dalam catatan BMKG, fenomena serupa pernah terjadi di Palangkaraya, Kalimantan Tengah pada 2015.
Saat itu, langit di Palangkaraya, beberapa kali mengalami langit berwarna orange akibat kebakaran hutan dan lahan.
Berarti, ukuran debu partikel polutan (aerosol) saat itu dominan lebih kecil/lebih halus (fine particle) daripada fenomena langit memerah di Muaro Jambi kali ini.
Hamburan Rayleigh
Di sisi lain, astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo menjelaskan, fenomena langit berwarna merah bukanlah disebabkan tingginya suhu atau pengaruh api.