Setelah Viral, BMKG Akhirnya Angkat Bicara soal Fenomena Langit Merah Darah di Jambi

Mengapa kebakaran hutan dan lahan itu bisa menyebabkan langit berwarna merah? Begini penjalasan BMKG

Facebook/ Instagram : makassar_iinfo
Berita viral hari ini - Simak penjelasan BPNP tentang fenomena langit merah 

"Ini nampaknya fenomena Hamburan Rayleigh," ujar Marufin saat dikonfirmasi terpisah Kompas.com, Sabtu (21/9/2019).

"Hamburan Rayleigh itu hamburan elastis pada cahaya oleh partikel-partikel mikro/nano di udara yang ukurannya lebih kecil dari panjang gelombang cahaya tampak," tambahnya.

Marufin mengungkapkan, fenomena ini umum dijumpai.

Pasalnya, fenomena Rayleigh menjadi penyebab langit berwarna biru pada siang hari dan memerah kala senja atau fajar.

"Dalam kasus Jambi, kepadatan partikel-partikel mikro/nano di udara nampaknya cukup besar sehingga lebih padat ketimbang konsentrasi partikel pada udara normal," ujar Marufin.

"Karena lebih padat maka berkas cahaya Matahari yang melewatinya akan dihamburkan khususnya pada panjang gelombang pendek (spektrum biru dan sekitarnya) hingga medium (spektrum hijau dan sekitarnya)," kata dia.

Sehingga, hanya menyisakan panjang gelombang panjang (spektrum merah dan sekitarnya) yang dapat menerus sampai ke permukaan bumi.

Hal itulah yang membuat langit tampak berwarna kemerahan yang terlihat seperti di Muaro Jambi.

Selain itu, Marufin menyampaikan, mekanisme serupa dengan langit memerah yang cukup lama (dan tidak umum) dengan lama waktu berjam-jam sebelum terbenam matahari.

Misalnya, pasca terjadi letusan dahsyat gunung berapi seperti teramati pada kejadian pasca-letusan Krakatau pada tahun 1883 maupun Pinatubo pada tahun 1991.

Adapun, Marufin menyampaikan, adanya kejadian langit merah ini juga tidak berdampak gangguan kesehatan mata.

"Menurut saya enggak sampai pada gangguan mata. Karena ini hanya hamburan cahaya biasa."

"Sakit mata berpeluang terjadi lebih karena partikel-partikel mikro/nano itu. Bukan karena cahayanya," ujar Marufin.

Lamanya Durasi Hamburan Cahaya

Marufin menjelaskan, lamanya durasi hamburan cahaya ini bergantung pada kepadatan partikel-partikel tersebut.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved