Hong Kong Terus Membara, Kampanyekan Gerakan Anti-China dan Dapat Dukungan Global
Aksi demo Hong Kong semakin membara. Isu protes pemerintah kini bergeser dan secara terang-terangan melakukan gerakan anti-China
TRIBUNBATAM.ID, HONG KONG - Aksi demo Hong Kong semakin membara. Isu protes pemerintah kini bergeser dan secara terang-terangan melakukan gerakan anti-China dan meminta dukungan 20 negara.
Seperti demo-demo sebelumnya, demo Hong Kong kembali diwarnai bentrok sejak Minggu (29/9/2019) sorea hingga melam ini.
Para pemprotes kembali melakukan aksi pelecehan terhadap bendera China, seperti menginjak-injak, membakarnya atau membuangnya ke sungai.
Para pemrotes mengadakan setidaknya melaqkukan aksi di tiga titik, termasuk pawai dari Causeway Bay ke Admiralty (kantor pemerintahan) sejak pukul 14.30 siang.
• Permasalahan Lahan di Batam Jadi target Utama yang Harus Diselesaikan DPRD Batam
• Wajib Tahu, Ini Rekomendasi 10 Game Dinosaurus Versi DuniaGames
• Duduk Sebagai Kepala BP Batam, Rudi Janji Akan Transparan Terkait Pengolahan Lahan di Kota Batam
Demo lainnya berlangsung di Walk Festival di Kowloon Tong, dan demonstrasi siswa sekolah menengah di Tsuen Wan.
Aksi yang sudah memasuki 17 minggu sejak awal Juni lalu ini diperkirakan masih akan terus berlangsung hingga peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China, 1 Oktober 2019.
Dilansir TribunBatam.id darti South China Morning Post, polisi menggunakan meriam air dan gas air mata pada ribuan pendemo dekat Admiralty.
Sementara pengunjuk rasa melemparkan bom molotov untuk melawan polisi.
Aksi demo ini jugadikampanyekan di 72 kota dari lebih 20 negara dunia.
Grup online “Stand With Hong Kong” meminta orang untuk berbaris pada hari Minggu untuk menentang totalitarianisme selama akhir pekan, untuk mendukung Hong Kong.
Bentrokan yang terjadi pada Minggu hari ini masuk dalam beberapa kekerasan paling luas yang terjadi Hong Kong sejak Juni lalu.
Bentrokan keras terjadi di distrik perbelanjaan Causeway Bay, area bar Wan Chai dan distrik Admiralty.
Polisi juga menembakkan gas air mata dari atap gedung Dewan Legislatif, yang dihancurkan aktivis pada Juni lalu.
Para pengunjuk dengan cfiri khas pakaian hitam dengan masker wajah ini rasa berlindung di balik payunhg ketika polisi menembakkan gas air mata.