Berbohong demi Lindungi AH Nasution, Pierre Tendean Jadi Korban G30S Tak Sempat Rayakan Ultah Ibunda
Tragedi dini hari pada 1 Oktober 1965 mengakhiri hidup Pierre Tendean dengan tragis, ia menjadi salah satu korban keganasan G30S.
Akhirnya, Pierre Andreas Tendean pun menggantikan ajudan sebelumnya, Kapten Manullang.
Kapten Manullang gugur saat bertugas di Kongo untuk menjaga perdamaian.
Pierre Andreas Tendean dipromosikan sebagai Letnan Satu (Lettu).
Lettu Pierre Tendean pun menjadi ajudan termuda Jenderal AH Nasution.
Pada usia 26 tahun, ia sudah mengawal sang jenderal ternama.
Tidak hanya mengawal Jenderal AH Nasution, Lettu Pierre Tendean pun akrab dengan putri Jenderal AH Nasution, Ade Irma Suryani.
Potret berdua mereka bahkan terpajang di Museum AH Nasution.
Namun, segala kecemerlangan dalam bidang militer dan masa depan cerah Lettu Pierre Tendean harus berakhir.
• AH Nasution Selamat, Putrinya Ade Irma Suryani Tewas Ditembak Pasukan Cakrabirawa G30S/PKI
• Dimana Soekarno saat Tragedi G30S/PKI? Keluar Istana Malam Hari Berpakaian Preman
• Firasat Istri Jenderal AH Nasution di Tragedi G30SPKI, Itu yang Bunuh Kamu Datang
• Pahlawan Revolusi, 7 Jenderal Korban Sadisnya G30SPKI, Siapa Saja Mereka?
Saat itu (30/9/1965) Lettu Pierre Tendean biasanya pulang ke Semarang merayakan ulang tahun sang ibu.
Namun, ia menunda kepulangannya karena tugasnya sebagai pengawal Jenderal AH Nasution.
Ia tengah beristirahat di ruang tamu, di rumah Jenderal AH Nasution, Jalan Teuku Umar Nomor 40, Jakarta Pusat.
Namun, waktu istirahatnya terganggu karena ada keributan.
Lettu Pierre Tendean pun langsung bergegas mencari sumber keributan itu.
Ternyata keributan itu berasal dari segerombol orang.
Disebutkan bawah orang-orang yang datang ke rumah AH Nasution adalah pasukan Cakrabirawa.
