PKL PASAR INDUK DEMO
Demo PKL Pasar Induk Jodoh Batam Ricuh, Saling Lempar Air Mineral
Sekira pukul 11.10 WIB, aksi unjuk rasa Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar Induk Jodoh Batam, ricuh. Para pedagang dan aparat saling lempar air mineral.
Pernyataan ini diucapkan ratusan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar Induk Jodoh saat melakukan aksi unjukrasa di depan kantor Wali Kota Batam.
Hal ini dikarenakan kekelasan akibat penggusuran kios di Pasar Induk Jodoh, beberapa waktu lalu.
"Kami benci BP Batam. Sekarang sudah melebur jadi ex-officio. Apa itu ex-officio? Tidak menguntungkan masyarakat Batam," katanya lagi.
Hingga pukul 10.53 WIB aksi unjuk rasa dilanjutkan dengan joget bersama.
Sembari mendengarkan beberapa lagu Iwan Fals.
"Bapak Gustian Riau jangan lari. Turun! Pak Rudi turun! Sekarang," teriak salah seorang PKL, Wirda di atas mobil.
Tuntut Hak Sebagai WNI
Ratusan Pedagang Kaki Lima (PKL) Pasar Induk Jodoh kembali melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Wali Kota Batam, Kamis (21/11/2019).
Ratusan PKL tersebut tiba sekira pukul 10.00 WIB.
Mereka kembali tidak terima beberapa waktu lalu kiosnya mereka ditertibkan oleh tim terpadu.
Hal ini dikarenakan salah satu persyaratan proses revitalisasi Pasar Induk Jodoh.
"Kami menuntut hak-hak kami sebagai warga negara Indonesia. Jangan bicara SP1,SP2 dan SP3. Penggusuran ini penggusuran paksa. Tanpa adanya sosialisasi seolah-olah negara ini tak punya aturan," kata salah seorang orator yang berasal dari anggota APKLI yang teriak menggunakan pengeras suara di atas mobil.
Pemko Batam harus bertanggungjawab penggusuran Pasar Induk Jodoh.
Monitor tahap 2 sampai selesai pembongkaran Pasar Induk Jodoh.
• Ratusan PKL Pasar Induk Jodoh Kecewa Wali Kota Batam dan Wakil Tak Ada di Kantor
Pihaknya juga meminta diberikan tempat berjualan tanpa membayar dengan swasta.
"Kami pedagang rakyat miskin pak. Banyak hutang kami. Kenapa kalian biarkan kami seperti ini. Lahan 5 hektare kau rebut. Kau biarkan kami menangis. Perhatikan kami di sini," salah satu orator.
Para pedagang telah menjual barang-barang untuk membeli kios Pasar Induk pada 2004 lalu.
Namun, kata dia, lahan tersebut dikuasai oleh swasta. (tribunbatam.id/Roma Uly Sianturi)