BATAM HOTNEWS

VIDEO - Sejarah HIV/Aids di Batam Bermula dari Mat Belanda

Hari Aids Sedunia 1 Desember 2019, ada baiknya kita mengetahui sejarah penyebaran virus HIV/AIDS di Batam bermula di Pulau Mat Belanda

Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Batam, tercatat sebanyak 6.727 warga Batam terjangkit Human Immunodeficiency Viruses (HIV). dan sebanyak 816 orang diantaranya harus kehilangan nyawa akibat virus berbahaya ini.

Bahkan, hampir tahun ke tahun, virus atau penyakit ini terus berkembang di Kota Batam.

Seperti penuturan Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Batam, Piter P. Pureklolong, Jumat (29/11/2019) sore.

“Kami mencatat perkembangan virus ini paling tinggi di Batam pada tahun 2012, 2013, 2014 dan 2015. Masing-masing tahun sekitar 500 orang yang terjangkit. Tidak hanya di Batam, penyakit atau virus ini di Indonesia bahkan di dunia pun juga terus naik,” ungkapnya saat ditemui Tribun Batam.

Dia pun mencatat, sebanyak 2.501 orang di Batam pun juga positif virus Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).

“Jadi ODHA (Orang Dalam HIV/AIDS) ini memang terus ada di Batam. Semakin secara sukarela mereka ikut tes untuk mengecek, maka akan ada pula kasus baru. Di Batam sendiri, virus ini telah berkembang di tahun 1992,” sambungnya.

Cerita ODHA

Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Batam, Pieter P. Pureklolong mendapat banyak cerita dan pengalaman berharga dari Orang Dalam HIV/AIDS (ODHA).

Cerita ini dia dapat setelah Pieter berkecimpung di bidang penanggulangan virus berbahaya ini di Kota Batam.

Pieter memang menaruh perhatian besar, agar jumlah penyebaran HIV/AIDS bisa ditekan, khususnya di Batam.

Mulai terjun sejak tahun 2009, Pieter telah banyak bertemu dengan Orang Dalam HIV/AIDS (ODHA) di Kota Batam. Tak terhitung jumlahnya.

 Pieter sendiri mengibaratkan para ODHA dalam istilah ‘The Lonely People’.

“Mereka ini merasa kesepian akibat penyakit yang dideritanya. Mereka takut terhadap persepsi masyarakat yang rata-rata menghakimi penyakit ini,” kata Pieter kepada Tribunbatam.id saat dijumpai, Jumat (29/11/2019).

Pieter mengatakan, jika para ODHA seolah ingin mengakhiri kehidupannya akibat penghakiman ini.

Katanya lagi, ketika ada orang lain perhatian dan peduli terhadap penyakit yang dideritanya, para ODHA ini merasa itu sebagai obat untuk memperpanjang asa hidupnya.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved