7 Fakta Tragedi Kecelakaan Maut Bus Sriwijaya Masuk Jurang yang Tewaskan 28 Penumpang
Berikut 7 Fakta Tragedi Kecelakaan Maut Bus Sriwijaya Masuk Jurang yang Tewaskan 28 Penumpang
Dari rangkaian keterangan para saksi, pihak kepolisian sementara menyimpulkan bahwa sopir bus yaitu Fery mengantuk saat mengemudikan bus tersebut.
Namun, hal tersebut masih didalami petugas.
"Sementara dugaannya sopir mengantuk. Karena sempat ada tiga kali insiden. Bus itu juga sempat bersenggolan dengan mobil lain,"ujarnya.
6. 28 Penumpang ditemukan tewas, 13 selamat

Tercatat 28 penumpang menjadi korban kecelakaan bus Sriwijaya yang terjadi di Liku Lematang, Desa Prahu Dipo, Kecamatan Dempo Selatan, kota Pagaralam.
Dalam proses evakuasi sebelumnya 27 orang ditemukan tewas.
Namun, setelah dilakukan pencarian lebih lanjut, satu orang korban kembali ditemukan tewas.
Identitas korban tersebut adalah seorang perempuan bernama Raisa yang berumur sekitar 5 sampai 6 tahun yang tercatat sebagai warga Palembang.
"Sampai pukul 20.00 WIB, satu korban lagi seorang perempuan ditemukan. Total korban tewas ada 28 orang," kata Kepala Sub Seksi Operasi dan Siaga Kantor SAR Palembang, Benteng Telau.
Benteng mengungkapkan, jumlah penumpang yang berhasil dievakuasi saat ini berjumlah 41 orang, termasuk 13 orang yang berhasil selamat.
Proses pencarian oleh tim gabungan dilanjutkan hari ini, Rabu (25/12/2019) pada pukul 07.00 WIB.
"Tidak menutup kemungkinan korban akan betambah. Sementara, proses pencarian kita tutup dan dilanjutkan besok pagi," ujarnya kemarin.
7. Klaim Bus Laik Jalan
Pihak berwenang sampai saat ini masih mendalami penyebab kecelakaan.
Namun, beberapa dugaan mulai bermunculan, mulai dari rem blong, pecah ban, hingga sopir yang melaju terlalu kencang.
Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan, yang juga menjabat Direktur Utama PT San Putra Sejahtera, PO bus yang melayani trayek Bengkulu, mengatakan pihaknya telah mendapat sejumlah kabar perihal kecelakaan tersebut.
Menurutnya rute Bengkulu-Palembang memang terkenal memiliki medan ekstrem, yang didominasi oleh jalur berkelok-kelok.
Sedangkan kondisi rambu-rambu di sekitar lokasi kejadian juga terbilang cukup.
Garis marka dan pagar pengaman jalan tersedia di jalur tersebut.
“Kalau dari rambu-rambu kurang rasanya tidak. Kalau kita bahas dari kondisi mobil, saya dengar mobil tahun 1999, KIR hidup, STNK hidup, artinya laik jalan. Tapi kondisi kendaraannya tidak tahu, tergantung inspeksi sebelum berangkat,” ujar Sani kepada Kompas.com (24/12/2019).
Sani mengatakan, kalau kecelakaan terjadi karena kondisi kendaraan yang tidak mumpuni lantaran sudah berumur, harusnya kejadian sudah terjadi sebelum masuk daerah Liku Lematang.
“Kalau memang karena mobilnya sudah terlalu tua, harusnya dia tumbang duluan. Karena sebelum masuk Liku Lematang, ada beberapa jalur yang ekstrim juga. Namun yang belum saya konfirmasi, cuaca saat kejadian seperti apa,” katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kumpulan Fakta dalam Tragedi Kecelakaan Bus Sriwijaya yang Masuk Jurang"