Bocah SD Selamat Dari Aksi Penculikan Setelah 2 Temannya Menggigit dan Memukul Pelaku Pakai Batu

Aksi heroik dua bocah SD ini kemudian berlanjut dengan teriakan mereka yang membuat pelaku lari tunggang-langgang.

Editor: Eko Setiawan
KOMPAS
Ilustrasi 

JATENG, TRIBUNBATAM.id - Seorang bocah SD selamat dari upaya penculikan setelah dibantu dua orang temannya.

Kedua temnnya tersebut menolong korban dengan cara menggigit tangan korban dan temannya yang lain memukul pelaku dengan menggunakan batu.

Aksi heroik dua bocah SD ini kemudian berlanjut dengan teriakan mereka yang membuat pelaku lari tunggang-langgang.

Jadi Khatib Salat Jumat, Kapolres Tanjungpinang Minta Anggota Ikhlas dalam Bertugas

2 Wanita Cantik Sajikan Tarian Tanpa Busana di Room Karoke, Tarifnya Rp 2 Juta Untuk 1 Kali Atraksi

Wisman Menurun, Pemko Batam Bakal Rapat Bersama Forkopimda Sikapi Dampak Virus Corona

Dua bocah Sekola Dasar (SD) sukses menggagalkan pria yang hendak menculik temannya. 

Aksi berani dua bocah SD itu dilakukan dengan berbagai perlawanan, mulai menarik temannya, menggigit hingga memukul pelaku pakai batu.

Beruntungnya, pelaku akhirnya kabur ketakutan sebab bocah SD itu juga meneriaki pelaku maling. 

Kisah heroik ini terjadi pada siswa kelas IV SDN jetis, Kecamatan Karangayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. 

Insiden tersebut juga sempat viral setelah video kesaksian tiga bocah bernama DE (10), AD (10) dan RS (10) yang berhasil lolos upaya penculikan itu beredar.

DE (10), AD (10) dan RS (10), pelajar kelas IV SDN Jetis, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah didampingi gurunya saat ditemui di ruang guru SDN Jetis, Kamis (6/2/2020)
DE (10), AD (10) dan RS (10), pelajar kelas IV SDN Jetis, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah didampingi gurunya saat ditemui di ruang guru SDN Jetis, Kamis (6/2/2020) (KOMPAS.COM/PUTHUT DWI PUTRANTO NUGROHO)

Diketahui, tiga sekawan itu selama ini selalu berangkat sekolah berbarengan dengan mengayuh sepeda.

Jarak rumah mereka menuju sekolah hampir satu kilometer dengan melintasi jalan pedesaan yang cukup sepi.

Suatu hari pada Rabu (5/2/2020) pagi sekitar pukul 06.30 WIB, tiga sahabat itu seperti biasa menggenjot sepeda menuju sekolah.

Saat itu DE berboncengan dengan AD dan RS gowes sendirian. Ketiganya bersepeda beriringan.

Promo Ultah Ace Hardware, Ada Diskon up to 50 Persen, Cek Promo di Sini

Calon Perseorangan di Karimun Terus Bergerak, Belum Tahu Jumlah Dukungan Masyarakat

Gerindra Minta Maaf & Tak Calonkan Andre Rosiade di Pilkada Sumbar 2020 Karena Penggerebekan PSK

Namun di perjalanan, kurang 20 meter dari SDN Jetis, laju sepeda mereka terhenti setelah dihadang sebuah minibus hitam.

"Kami kaget dan sepeda kami menabrak mobil hitam itu," kata AD dikutip dari Kompas.com artikel 'Keberanian Dua Siswa SD Selamatkan Teman yang Hampir Diculik, Lempar Batu hingga Gigit Penculik' tayang (6/2/2020). 

ILUSTRASI SISWA SD.
ILUSTRASI SISWA SD. (TRIBUNJATENG/DOK )

Seketika keluar seorang laki-laki berkaus hitam dari pintu tengah minibus yang digesernya.

Saat itu pula samar-samar ketiga bocah terseut melihat ada beberapa orang di dalam mobil yang disebut berpelat B.

Laki-laki yang turun dari mobil itu langsung menghampiri dan merayu DE agar mau ikut masuk ke dalam mobil.

Sosok yang tidak mereka kenal itu menawari DE untuk diajak jalan-jalan dengan iming-iming uang Rp 1 juta, jajanan dan permen.

Bahkan, pria itu berusaha membujuk DE dengan meyakinkan jika bapak dan ibunya ada di dalam mobil itu.

Gerindra Minta Maaf & Tak Calonkan Andre Rosiade di Pilkada Sumbar 2020 Karena Penggerebekan PSK

DE yang pendiam itu tak percaya begitu saja karena tahu orangtuanya merantau di Jakarta.

Selama ini DE tinggal di kampung bersama kakek dan neneknya.

"Ayo le melu aku, tak jak jalan-jalan, tak kei duit sak juta karo jajan lan permen. Ojo kesuwen kae lho bapak ibumu ning njero. (Ayo nak ikut saya jalan-jalan. Aku kasih uang sejuta, jajan dan permen. Ayo jangan lama-lama, bapak ibumu itu loh ada di dalam mobil)," kata Pria itu seperti yang ditirukan DE.

Ilustrasi mobil Gran Max Minibus
Ilustrasi mobil Gran Max Minibus (GridOto )

DE yang merasa kebingungan pun hanya bisa terdiam dan menggeleng-nggelengkan kepala tanda tak mau.

Saat itu pula, muncul penolakan dari mulut AD dan RS sebagai teman baik DE.

AD dan RS selama ini juga paham jika orangtua DE bekerja di Jakarta.

"Ojo gelem. Diapusi kowe, kan bapak ibumu ning Jakarta (jangan mau. Kamu ditipu, bapak ibumu di Jakarta)," sahut AD dan RS dengan lantang bersamaan.

Melihat penolakan-penolakan itu, laki-laki itu kemudian langsung menarik paksa tangan DE dan berupaya membawanya masuk ke dalam mobil di bangku tengah.

Seketika itu pula AD dan RS memeluk, mencengkeram dan menarik tubuh DE sembari berteriak meminta pertolongan.

Kedua bocah itu bahkan mengambil batu dan memukulkannya ke tubuh pria dan pintu mobil.

Bocah itu juga menendang dan menggigit tangan pria tersebut.

"Kami gigit tangannya, kami pukul batu ke tubuhnya serta pintu mobil. kami tendang-tendang dan berontak sebisanya. Kami juga berteriak, ada maling !!!," terang AD dan RS.

Penjahat itu akhirnya luntur dengan keberanian AD dan RS yang berusaha keras merebut DE dari aksi penculikan.

Ujung-ujungnya tangan kuat pria itu pun melepaskan tubuh DE.

DE kemudian berhasil keluar dari pintu mobil. Ketiganya lantas terjatuh ke jalan bersamaan dengan kaburnya para penjahat itu.

"Saya langsung sadar kalau itu penculik seperti yang saya lihat di televisi dan di YouTube. Makanya saya berkeras ingin menyelamatkan teman saya. Saat itu kami langsung lapor ke warga dan pak guru," pungkas AD.

Sementara itu Kepala SDN Jetis, Anggarini Sri Sugati, mengatakan, ketiga siswanya tersebut dikenal rajin, berkepribadian baik dan pemberani.

DE merupakan siswa pindahan dari SD sebelah, sehingga sementara masih mengenakan seragam yang berbeda.

"Mungkin karena parasnya yang ganteng dan kulitnya yang putih, DE jadi sasaran penculik. Mereka itu anak-anak baik dan jujur. Syukur alhamdulilah, mereka lolos dari penculikan. Kami himbau kepada orangtua untuk mengawasi anak-anaknya," kata Anggarini.

Orangtua DE Pulang

Ibunda DE, Putri Purnamasari, mengatakan, selepas menerima kabar penculikan yang menimpa anak pertamanya itu, ia dan suaminya langsung bergegas pulang dari Jakarta ke kampung halaman di Desa Jetis, Kecamatan Karangrayung.

Selama ini suaminya bekerja sebagai mandor bangunan dan ia adalah guru lepas di Jakarta.

"Hubungan saya dan suami, harmonis dan baik-baik saja. Kami pun khawatir dengan anak kami, makanya kami langsung pulang. Semalam sudah sampai sini. Kami merantau ke Jakarta dan meninggalkan DE dengan kakek neneknya di kampung. Alhamdulilah anak saya selamat," terang Putri.

Akibat insiden percobaan penculikan ini, Putri berencana memboyong putra semata wayangnya itu ke Jakarta dalam beberapa hari ini.

Ia pun tak mau kejadian ini terualng kembali hingga akan membuatnya menyesal seumur hidup.

"Tadi kami sudah izin gurunya untuk memindahkan DE ke Jakarta. Insya'Allah dalam beberapa hari ini kami sudah membawa DE ke Jakarta," pungkasnya.

Modus Penculikan yang Sama 

Modus penculikan dengan mengaku sebagai kerabat korban nampaknya benar-benar marak dipakai para pelaku. 

Sebab kasus yang sama juga menimpa seorang bocah berusia 7 tahun di Cirebon. 

Pelaku berinisial R (39), mengaku berteman dengan keluarga korban untuk menjalankan aksi kejahatannya. 

Dengan modus tersebut, R berhasil mengelabui orangtua korban dengan mengaku berteman baik dengan adik orangtua korban.

Kapolres Majalengka, AKBP Mariyono melalui Kapolsel Rajagaluh, AKP Jaja Gardaja, mengatakan, modus pelaku awalnya memperkenalkan diri sebagai teman adik Tuti (37), orangtua bocah korban penculikan, pada saat menempuh pendidikan di pelayaran.

Pelaku penculikan anak (kaus hitam) ditangkap oleh anggota Polsek Rajagaluh, Selasa (4/2/2020).
Pelaku penculikan anak (kaus hitam) ditangkap oleh anggota Polsek Rajagaluh, Selasa (4/2/2020). (tribuncirebon.com/Eki Yulianto)

Sementara itu Kanit Reskrim Polsek Karangrayung, Ipda Abdul Kadir, mengatakan, kepolisian telah memintai keterangan ketiga pelajar SDN Jetis tersebut.

Dari hasil pemeriksaan, diduga kuat upaya percobaan penculikan itu memang telah terjadi.

Para penculik yang diduga berjumlah lima orang tersebut itu menumpang minibus hitam sejenis Grandmax dengan pintu geser.

Menurutnya, aksi kriminalitas dengan upaya penculikan baru pertama kali ini terjadi di wilayah Karangrayung.

"Kami masih mendalami kasus percobaan penculikan itu. Saat kejadian jalanan desa sepi karena mayoritas warga bertani di sawah. Kami himbau kepada warga untuk berhati-hati dan selalu mendampingi anak-anaknya," jelasnya.

Mendengar pengakuan pelaku, Tuti lantas percaya dan menerima kedatangan pelaku.

Melihat Tuti mempercayainya, pria yang mengaku warga Ciledug, Kabupaten Cirebon itu memintanya untuk menemani berkunjung ke rumah temannya di daerah Ciperna.

"Kejadian itu terjadi pada tanggal 29 Januari 2020. Di perjalanan, pelaku meminta menepi untuk menunaikan ibadah salat," ujar AKP Jaja, Selasa (4/2/2020).

Melihat Tuti menunaikan salat, R berpura-pura meminta izin untuk mengambil ikan cumi di rumah temannya di sekitaran masjid.

Dengan memgendarai sepeda motor milik Tuti, pelaku membawa Reza (7) anaknya Tuti.

"Namun, hingga Tuti melapor ke Polsek Talun, pelaku tidak kunjung kembali dan membawa anaknya serta sepeda motornya," ucapnya.

Pelaku akhirnya ditangkap di Masjid Nurul Amaliah di Jalan raya Rajagaluh-Leuwimunding setelah seorang saksi bernama Rina (23) mencurigai seorang bapak sedang membawa anak.

Ketika ditanya, bapak yang kini telah diamankan ternyata melarikan diri.

"Melihat bapaknya kabur, saksi langsung membawa anak tersebut ke kantor kami dan kami langsung mengejar pelaku dengan dibantu warga dan alhamdulilah akhirnya tertangkap," kata Kapolsek. 

Artikel ini telah tayang di suryamalang.com dengan judul 2 Bocah SD Gagalkan Pria yang Mau Culik Temannya, Ambil Batu, Pukul & Teriak, Pelaku Kabur Ketakutan

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved