Kritik BP Batam, Irwansyah: Tak Ada Penggiliran Air Kalau BP Batam Perhatikan Hal Ini
Krisis air di Batam, anggota DPPRD Kepri, Irwansyah kritik BP Batam: Kalau dilakukan hal ini, maka penggiliran tidak akan berlaku.
“BP Batam memang lalai mengelola air bersih di Batam selama ini,”
tegas Irwansyah
(Anggota DPRD Kepri)
BATAM, TRIBUN – Batam tengah dilanda krisis air akibat kemarau panjang.
Beberapa waduk pemasok air bersih untuk kebutuhan warga Batam mulai tidak bisa diandalkan lagi belakangan ini.
Volume air waduk perlahan menyusut dari hari ke hari.
Warga mulai bersikap menghadapi kondisi ini.
Mereka mulai mempersiapkan diri apalagi ketika ATB sebagai pengelola sumber air baku menawarkan sejumlah solusi.
Satu di antaranya adalah skema penggiliran jatah air 5-2: lima hari air keluar, dua hari air tidak mengalir.
Solusi lain yang ditawarkan pun BP Batam pun tidak bisa menyelesaikan krisis air bersih dalam waktu dekat.
Misalnya, teknologi hujan buatan, interkoneksi air dari Waduk Tembesi ke Waduk Mukakining hingga salat berjemaah meminta turunnya hujan.
Kebijakan BP Batam dalam menangani krisis air tersebut langsung menuai kritik.

Anggota DPRD Kepri, Irwansyah misalnya menilai BP Batam justru lalai dalam mengelola air di Batam selama ini.
“BP Batam memang lalai mengelola air bersih di Batam selama ini,” tegas Irwansyah, Rabu (11/3) siang.
Irwansyah mengkritisi selama 10 tahun terakhir BP Batam tidak pernah membangun lagi sumber air baku.
Bahkan waduk-waduk yang sudah ada tidak mendapat pemeliharaan dari BP Batam.
Padahal setiap tahun BP Batam menerima royalti dari ATB dan anggaran pemelirahaan waduk-waduk tersebut.
“Nah, pertanyaannya, anggaran itu ke mana?” ujar kader PPP itu.
Menurut Irwansyah, Waduk Tembesi sudah selesai dibangun beberapa tahun lalu.
Proses desalinasi air waduk pun sudah dilakukan setelah proses pembangunan.
Tinggal saja dibangun instalasi pengelolaan air (IPA).
Namun, itu tidak diperhatikan oleh BP Batam selama ini.
• Mengenal Dam Duriangkang, Waduk Terbesar di Batam
“Kalau 2 tahun lalu, IPA ini sudah dibangun maka skema penggiliran 5-2 tidak terjadi,” sebut Irwansyah.
Pada 2010, silam sewaktu menjadi anggota DPRD Kota Batam, Irwansyah sudah mengingatkan ATB soal krisis air bersih saat ini.
Sebab, penduduk Batam bertambah banyak sementara sumber air baku tidak ditambahkan.
Satu solusi yang ditawarkan adalah pengoperasian Waduk Tembesi.
Namun, pemanfaatan waduk tersebut tidak pernah terealisasi.
Sebab, BP Batam terlampau sibuk mengurus pergantian Kepala BP Batam, mulai dari Mustofa Widjaya, Hartanto dan Lukita Dinarsyah Tuwo.
“Lihat lelang pengelolaan Waduk Tembesi. Beberapa kali lelang tetapi tidak jadi terus,” ungkap Irwansyah.
Ketika krisis air melanda Batam, BP Batam menjadikan skema interkoneksi air dari Waduk Tembesi ke Waduk Mukakuning sebagai solusi.

Namun, solusi tersebut justru dipertanyakan oleh Irwansyah.
Sebab, skema interkoneksi itu tidak bisa diwujudkan dalam waktu dekat.
“Anggaran untuk interkoneksi itu mencapai Rp 50 miliar.
Ambil dana dari mana?” ucap Irwansyah sangsi.
Lagi pula, anggaran yang dipakai untuk membangun jaringan perpipaan dari Waduk Tembesi ke Waduk Mukakuning diambil dari APBN.
Anggaran itu belum tentu sertamerta dikabulkan oleh Komisi VI DPR RI sebagai atasan BP Batam.
Irwansyah menilai, kalau bisa dikontrol oleh DPRD Kota Batam atau DPRD Provinsi Kepri, maka proses pengawasan terhadap kinerja BP Batam akan lebih mudah.
Anggaran untuk pembangunan infrastruktur seperti ini pun akan lebih mudah dikabulkan oleh lembaga legislative di daerah.
“Sekarang kalau kita panggil BP Batam, palingan staf biasa diutus untuk menemui kita.
Karena mereka tahu atasannya adalah Komisi VI DPR RI,” tegas Irwansyah.
Anggota DPPRD Kepri itu kemudian mengingatkan Kepala BP Batam untuk memperhatikan masalah air ini bukan malah meninjau jalan dan pelabuhan.
Dia misalnya menegaskan BP Batam berencana membangun pelabuhan Batu Ampar.
Namun, Pelindo jugalah yang pada akhirnya membangun pelabuhan tersebut.
BP Batam juga berencana membangun Bandara Hang Nadim.
Tetapi, justru yang membangun Bandara itu adalah pihak asing.
“Karena itu, Kepala BP Batam urus krisis air, bukan tinjau sana-sini,” tegas mantan anggota DPRD Kota Bata ini.
Rudi Setuju Rationing Berlaku
"Metode 5 hari on 2 hari off ini sebagai pencegahan.
Metode ini bisa bantu memperpanjang waktu habisnya air,"
tutur Rudi
(Kepala BP Batam)
Kepala BP Batam, Muhammad Rudi pun mulai berbicara mengenai krisis air di Batam.
Ada beberapa solusi yang ditawarkan Rudi untuk mengatasi krisis air ini.
Dia mengatakan BP Batam sudah menggelar salat Istisqa untuk meminta turunnya hujan di Halaman BP Batam beberapa waktu lalu.
BP Batam juga sudah menyambung pipa air dari Waduk Tembesi masuk ke Waduk Mukakuning.
Pembersihan eceng gondok, penggalian dan pendalaman Dam Duriangkang pun menjadi solusi lain dari BP Batam.
Bahkan BP Batam juga berencana membuat hujan buatan di Kota Batam.
Terakhir Rudi meminta masyarakat untuk berhemat demi kepentingan bersama.
“Masalah ini sebenarnya sudah ada dari dulu.
Tetapi karena ditambah lagi kemarau dan kondisi air hujan berkurang," ujar Rudi, Rabu (11/3/2020) siang.
Rudi mengakui belum lama ini BP Batam bersama masyarakat sudah menulaikan salat Istisqa.
Dia juga sudah mengeluarkan surat edaran ke berbagai tokoh agama untuk mengimbau jemaah agar menjalankan salat Istisqa.
• DAM Duriangkang Pemasok Air 80 Persen Warga Batam Mengkhawatirkan, Ini Siasat ATB Mengatasinya
"Surat edaran sudah kita kirim. Kalau mau setiap hari boleh, habis Salat Juhur pun boleh.
Kalau tidak seminggu sekali," ujar Rudi.
Selain itu, pembasmian eceng gondok masih berjalan terus.
BP Batam sudah membersihkan puluhan hektare eceng gondok yang berada di atas air.
"Kita berusaha membeli eksavator amfibi supaya tanahnya dipindahkan di atas semua," kata Rudi.
Kepala BP Batam ini meragukan rencana membuat hujan buatan di Kota Batam.
Dia malah khawatir kalau hujan buatan justru turun di Singapura ataupun negara tetangga lainnya.
Rencana itu harus disesuaikan dengan kondisi fisik awan yang harus mengandung air dan penentuan arah angin.
"Sampai kiamatpun tak akan jatuh-jatuh (air hujan). Hujannya malah ke Singapura," papar Rudi.
Dia memang mengakui rationing ataupun penggiliran air dapat membantu memperpanjang usia waduk yang ada di Kota Batam.
• ATB Reveals Water Condition in Duriangkang DAM Batam, February Stock Will Diminish
Jika hujan diprediksi turun di akhir Maret, metode penggiliran ini cukup membantu.
"Metode 5 hari on 2 hari off ini sebagai pencegahan.
Metode ini bisa bantu memperpanjang waktu habisnya air," tutur Rudi.
BP Batam juga tetap melelang penyambungan air dari Waduk Tembesi masuk ke Mukakuning.
"Proses lelang panjang.
DED sudah ada.
Memang butuh waktu," kata Rudi.
Dia menambahkan saat ini gaya hidup masyarakat yang sudah semakin modern.
Masyarakat Kota Batam tidak lagi memasak dengan menggunakan kayu sehingga uapnya sampai ke atas.
"Hari ini rata-rata masak sudah pakai listrik," kata Kepala BP Batam itu.

Maria Sangsi Akan Teknologi Hujan Buatan
"Itu tidak gampang (hujan buatan),"
ungkap Maria
Head of Corporate Secretary PT. Adhya Tirta Batam
Rencana rekayasa cuaca untuk menanggulangi krisis air di Batam terus digaungkan belakangan ini.
Sebab, ketersediaan air dari setiap waduk yang ada di Batam sangat bergantung pada curah hujan.
Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Hang Nadim menyatakan curah hujan di Batam cenderung rendah sejak dua bulan terakhir.
Kondisi ini membuat warga kian khawatir kalau krisis air semakin parah.
Head of Corporate Secretary PT. Adhya Tirta Batam (ATB), Maria Jacobus pun menanggapi adanya rencana rekayasa cuaca tersebut.
"Itu tidak gampang (hujan buatan)," ungkap Maria kepada Tribun Batam, Rabu (11/3) siang.
Selain rekayasa cuaca, penyulingan air laut dianggap jadi solusi lain.
Namun, menurut Maria, perihal anggaran untuk mewujudkan solusi ini tentu tidak sedikit.
Belum lagi ditambah lagi dengan perihal teknis dan kesiapan teknologi dan sumber daya manusia.
Sebagai pengelola air baku, ATB tentu mafhum untuk menyikapi hal ini sebelum memutuskan pendistribusian (rationing) air bergilir sebagai solusi sementara.
"Mau sejago apapun operator pengelolanya kalau bahan baku atau air bakunya di waduk tidak ada piye?" timpal Maria.
Dia pun mengakui saat ini ATB sendiri masih menggelar rapat bersama BP Batam untuk rencana ke depannya.
"Sejauh ini hanya suplai dari tiga waduk itu, Duriangkang, Mukakuning dan Piayu saja," tambahnya.
Penggiliran air akan dimulai pada 15 Maret 2020.
Tujuannya adalah untuk memperpanjang umur Dam hingga 6 Juli 2020.
Tanpa penggiliran, pasokan air diprediksi hanya bertahan sampai 13 Juni 2020.
Solusi lain dari Maria adalah dengan mempercepat penyaluran air baku dari Waduk Tembesi ke Waduk Mukakuning.
Tercatat, Dam Tembesi sendiri memiliki luas sekitar 34,4 kilometer persegi dan kapasitas produksi air sekira 78,5 juta liter.
Namun, Maria menegaskan, untuk penyaluran air ini, ATB tidak berhak ikut campur.
Sebab pihaknya hanya bertugas melakukan distribusi air ke warga. Tanggung jawab menjamin ketersediaan air ada di tangan BP Batam.
Mustofa Berikan Klarifikasi
"Karena Waduk Tembesi belum siap digunakan pada waktu itu,"
ujar Mustofa
(Mantan Kepala BP Batam, 2006 –2016)
Terkait mencuatnya tanda tanya seputar agak terlambat BP Batam mengoperasi Waduk Tembesi, akhirnya dijawab juga oleh mantan Kepala BP Batam, Mustofa Widjaja.
Dia menjelaskan ada beberapa Dam di Batam termasuk Waduk Tembesi.
Waduk tersebut merupakan hasil dibendungnya air laut.
Proses pembendungan itu mengubah air laut menjadi air tawar (desalinasi).
Menurut Mustofa, BP Batam belum memberikan pengelolaan waduk tersebut ke ATB.
Sebab, Waduk Tembesi membutuhkan waktu untuk proses desalinasi.
"Untuk proses desalinasi seperti itu butuhkan waktu yang cukup lama.
Biasanya ada perhitungan tersendiri," ujar Mustofa.
Mustofa mengatakan, untuk proses pengecekan air laut biasanya dilakukan perhitungan berkala setiap tahun.
Misalnya, selama target tiga tahun, setiap enam bulan ada pemeriksaan berkala.
Mantan Kepala BP Batam itu menegaskan tidak ada penahanan untuk pengelolaan Waduk Tembesi kepada ATB pada waktu itu.
"Karena Waduk Tembesi belum siap digunakan pada waktu itu," ujar Mustofa yang menjadi Kepala BP Batam periode 2006—2016 itu.

Kelalaian BP Batam:
*. Fokus pada pergantian Ketua BP Batam saja
*. Dapat royalti dari ATB tapi tak bangun 1 waduk pun selama 10 tahun terakhir
*. Dapat anggaran pemeliharaan waduk tapi tak pernah lakukan pemeliharaan
*. Utus staf saja (tak bisa ambil keputusan) kalau dipanggil untuk bahas masalah air
*. Tak pernah wujudkan lelang pengelolaan Waduk Tembesi
*. Tidak lanjut bangun Waduk Tembesi
*. Tidak bangun IPA dari Waduk Tembesi
• Pembersihan Eceng Gondok di Dam Duriangkang Baru Capai 3 Hektar, Ini Pesan BP Batam
Solusi BP Batam:
*. Gelar salat Istisqa
*. Keluarkan surat edaran untuk salat Istisqa setiap hari atau seminggu sekali
*. Pembersihan eceng gondok di Dam Duriangkang
*. Penggalian dan pendalaman Dam Duriangkang
*. Buat studi kelayakan hujan buatan
*. Buat hujan buatan di Kota Batam
*. Minta masyarakat hemat air demi kepentingan bersama
*. Setuju akan skema 5 hari air mengalir, 2 hari air tidak mengalir
*. Penyambungan air dari waduk Tembesi ke Mukakuning
(Sumber: Olahan Keterangan Lapangan)_ (TRIBUNBATAM.id/Thomm Limahekin/Roma Uly Sianturi/Nur Ichwan Fadillah/Alamuddin Hamapu)