VIRUS CORONA DI BATAM
Direktur RSUD Embung Fatimah Ungkap Kendala Peningkatan Fasilitas Ruangan untuk Pasien Covid-19
Direktur RSUD Embung Fatimah Kota Batam, Ani Dewiyana mengungkap kendala yang dihadapi untuk meningkatkan fasilitas untuk menampung pasien Covid-19.
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Direktur RSUD Embung Fatimah, Ani Dewiyana mengakui pihaknya terus meningkatkan fasilitas di Gedung Kirana.
Pihaknya sudah mengevaluasi selama ini dalam penanganan pasien Covid-19, kedepan mereka akan membuat perawatan infeksius.
"Jadi sebelum masuk ruangan isolasi akan ada ruangan gitu pak. Bisa disekat pakai kaca. Sehingga bisa dilihat darisitu kondisi pasien," kata Ani, saat rapat koordinasi (rakor) bersama DPRD Batam, Kamis (4/3/2020).
Dalam waktu dekat, pihaknya akan menambah sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Seperti CCTv, monitor layar hingga bel.
“Kedepan kami juga menyiapkan penyedot udara di ruangan itu," ucapnya.
Dalam membuat fasilitas ini pun pihaknya memiliki kendala. Ia juga mengeluh ketersediaan tukang untuk membenahi fasilitas yang ada.
"Sekarang cari tukang pun susahnya minta ampun pak. Kami punya uang saja untuk bayar, mereka tak bersedia. Alasan mereka takut tertular atau apalah. Tapi kami tetap akan upayakan gimanapun caranya pak," ungkapnya.
Ani juga menjelaskan mengenai gedung kirana yang dipakai untuk ruang isolasi merawat pasien. Ia mengatakan gedung itu dibangun dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dan selesai pada Desember 2019.
“Jadi yang selesai Desember sebenarnya bukan untuk Covid-19," katanya.
Namun saat situasi pandemi global sekrang ini, pihaknya kemudian menyulap gedung kirana untuk ruang isolasi bagi pasien virus Corona yang diketahui merupakan penyakit menular.
“Kami mengusahakan agar sesuai standar, idealnya setiap ruangan itu memiliki tekanan negatif,” kata dia.
Akan tetapi waktu itu saat menangani pasien COVID-19, memang diakuinya belum ada alat untuk tekanan negatif. Ruangan isolasi saat ini juga tidak memiliki air conditioner (AC).
“Memang tidak boleh pakai AC, jadi situasi ruangan panas, tidak ada kipas juga, karena tidak diperbolehkan juga,” jelasnya.
• Jarang Terjadi, Fenomena Pelangi Datar Tertangkap Kamera di Danau Sammamish
• From Batam, President Jokowi Ensures Theres No Lockdown: We Want Economic Activities to Keep Going
Selama ini, untuk merawat pasien COVID-19 memang tidak sembarangan, perawat harus diperlengkapi Alat Pelindung Diri, dari mulai jubah, masker, Googles (kaca mata) hingga sepatu boat.
Sedangkan untuk memakai APD tersebut, setiap tenaga medis membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Sementara itu, untuk penanganan pasien tersebut sudah diatur jadwal pemberian obat, dan kunjungan dokter.
“Ini dilakukan supaya tidak banyak kontak dengan pasien, tapi saya tahu pasien tersebut memiliki handphone, dan bisa berkomunikas dengan perawat yang berjaga,” kata Ani.
Sehingga ketika pasien butuh sesuatu dengan waktu cepat, diakuinya ada kekurangan yang dirasakan pasien. Pihaknya menyadari pelayanan mereka belum maksimal.
“Kami mohon maaf ketidaklengkapan sarana dan prasana,” ujar Ani.
Mengenai alat tekanan negatif ini memang sangat diperlukan bagi pasien COVID-19 sebagai ganti pendingin ruangan. Namun satu alat itu terbilang mahal, diperkirakan Rp 400 juta.
“Sedangkan untuk satu alat itu digunakan untuk hanya untuk satu ruangan saja,” ucapnya.
DPRD Gelar Rapat dengan Pemko Batam
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Batam melangsungkan rapat Koordinasi DPRD dengan Pemerintah Kota Batam tentang Strategi dan Kebutuhan Anggaran Penanganan Covid 19, Kamis (2/4/2020).
Rapat ini dilaksanakan Ruang Sidang Utama DPRD Kota Batam.
Rapat koordinasi yang berlangsung sekira pukul 11.50 WIB ini dipimpin langsung Oleh Ketua DPRD Kota Batam, Nuryanto.
Dalam agenda ini, DPRD mengundang Pimpinan DPRD Kota Batam, Wali Kota Batam, Sekertaris Daerah Kota Batam, Ketua Alat Kelengkapan DPRD, Ketua Fraksi-Fraksi DPRD, Kepala BPKAD Kota Batam, Kepala BPPRD Kota Batam, Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, Kadisperindag Kota Batam, Kadis Binas marga dan SDA Kota Batam, Direktur RSUD Embung Fatimah.
Nuryanto membacakan surat Wali kota Batam, Muhammad Rudi perihal rapat koordinasi penanganan covid 19.
Dalam surat tersebut, Wali kota Batam baru akan menghitung ulang anggarannya.
"Suratnya baru datang. Sementara yang kita butuhkan hitung-hitungannya. Dalam penanganan ini perencanaan seperti apa dan berapa anggarannya. Apakah bisa dipahami," kata Nuryanto.
Fraksi PAN, Safari Ramadhan mengatakan DPRD harus memberikan limit waktunya kepada Pemko Batam.
Sehingga anggaran bisa dilanjutkan pembahasannya.
"Beberapa hari lagi Batam menetapkan karantina wilayah. Tentu akan ada anggarannya. Berapa anggaran yang diperlukan," kata Safari.
Fraksi Gerindra, Mulia Rindo Purba mengatakan semua Anggota DPRD sudah keluar rumah mengambil risiko besar sehingga Kepala Dinas harus bisa menjelaskan.
"Saya minta mereka memaparkan dulu dari sisi anggaran. Apa kesiapan kita. Saya pikir rapat ini kita kembangkan aja ketua. Masyarakat sekarang lagi didata ketua," kata Mulia.
Di tempat yang sama Fraksi PDI Perjuangan, Putra Yustisi Respaty mengatakan memang belum ada kesiapan data dari Pemko, tapi beberapa OPD hadir.
"Kita berikan waktu untuk menjelaskan," katanya.
Fraksi PKS, Siti Nurlailah mengatakan biasanya 5 hari data baru selesai. Kalau bisa data itu dipercepat dari 5 hari.
"Sekarang ada OPD kita minta penjelasannya," kata Siti.
Nuryanto meminta setiap OPD meminta informasi terkait penanganan Covid-19. Ia empersilahkan dari BP2RD.(TribunBatam.id/Roma Uly Sianturi)