VIRUS CORONA

Jenazah Pasien Covid-19 Masih Bisa Tularkan Virus? Berikut Penjelasan Dokter

Beberapa warga masyarakat terang-terangan menolak penguburan jasad pasien virus Corona di wilayah mereka.

Tribunnews/Irwan Rismawan
ILUSTRASI - Petugas mengangkat jenazah pasien virus corona atau Covid-19 yang meninggal untuk dimakamkan di TPU Pondok Ranggon, Cipayung, Jakarta Timur, Rabu (25/3/2020). Pemprov DKI Jakarta menyediakan dua taman pemakaman umum (TPU) untuk pasien virus corona (Covid-19) yang meninggal dunia, yakni TPU Tegal Alur dan TPU Pondok Ranggon. 

TRIBUNBATAM.id, JAKARTA- Perlakuan terhadap pasien Covid-19 di tanah air cukup memilukan.

Baik bagi pasien yang masih menjalani perawatan maupun yang mungkin sudah meninggal dunia.

Ya, saat ini timbul gejolak di sejumlah daerah di Indonesia terkait pemakaman jenazah pasien Covid-19.

Beberapa warga masyarakat terang-terangan menolak penguburan jasad pasien virus Corona di wilayah mereka.

Anticipating Coronavirus, Freeport Indonesia Stops Passenger Flights to Timika Papua

Cara Dapat Kartu Sembako, Selama Corona Nilai Manfaat Naik Jadi Rp 200 Ribu per KPM

Proses pemulasaraan jenazah pasien corona atau covid-19 pun banyak menuai pro dan kontra.

Diketahui pasien meninggal Covid-19 langsung dikubur tanpa dimandikan, atau menjalani ritual keagamaan tertentu.

Tak hanya itu, pihak keluarga pun tak diperbolehkan menyentuh bahkan melihat kondisi jenazah untuk terakhir kalinya.

Proses pemakaman pun diurus oleh tim khusus yang menggunakan APD lengkap, pihak keluarga tak boleh ada yang hadir dang menyaksikan pemakaman pasien dari dekat.

Hal itu dilakukan demi mencegah penularan virus corona dari jenazah pasien ke pihak keluarga yang masih sehat.

Sebab apabila ada yang melakukan kontak dengan jenazah pasien Covid-19, dikhawatirkan orang tersebut akan terpapar virus yang ada di dalam tubuh jenazah itu.

Namun resiko penularan dari pasien meninggal Covid-19 masih dipertanyakan oleh sejumlah masyarakat.

WASPADALAH! Ini 5 Gejala Umum Kerusakan Hati, Perut Bengkak hingga Kuning

Satu Lagi Pasien Covid-19 di Tanjungpinang, PDP 30 Orang

Sebagian besar masyarakat masih ragu bahkan tak percaya penularan virus corona bisa terjadi melalui pasien Covid-19 yang telah meninggal dunia.

Melansir tayangan YouTube Indonesia Lawyers Club di Talk Show tvOne (2/4/2020), Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, dr Erlina Burhan memberikan penjelasan terkait SOP pemulasaraan jenazah pasien Covid-19.

dr Erlina Burhan mengaku sering mendapatkan pertanyaan mengapa proses pemakaman jenazah Covid-19 dilakukan begitu ketat, sampai pihak keluarga pun tak diizinkan untuk mengurus pasien tersebut.

"Banyak orang yang menanyakan kepada saya, 'ini orang udah meninggal, dokter kan menerangkan penularannya lewat droplet. Ini orang meninggal kan udah enggak batuk, udah enggak bersin?" kata dr. Erlina.

Ia tidak menyangkal bahwa orang yang telah mati tidak mungkin mengeluarkan droplet melalui batuk dan bersin.

"Dalam hal itu memang betul," katanya.

Benarkah Konsumsi Tahu Bisa Tingkatkan Kesehatan Jantung? Simak Penjelasannya

Pengakuan Pelaku Penikaman di Tiban Center Batam, Saya Marah Karena Ditegur

Namun dr. Erlina mengatakan, virus corona atau Covid-19 ini merupakan virus baru yang belum diketahui pasti melalui apa saja ia menular.

Maka perlu adanya upaya antisipasi.

"Tapi kita juga perlu antisipasi, ini kan virus baru, penyakit baru, kita tidak tahu," kata dr. Erlina.

"Kita belajar dari flu burung, bahwa kalau pun sudah meninggal virus ini ditemukan di cairan tubuh," imbuhnya.

Ia khawatir kasus serupa juga terjadi di virus Covid-19 ini.

Tenaga kesehatan khawatir cairan tubuh pada jenazah pasien Covid-19 berpotensi menularkan virus kepada pemandi jenazah, atau siapa pun yang terlibat dalam pemulasaraan jenazah pasien.

"Nah kita tahu, proses pemulasaraan jenazah itu kan membersihka mayat, termasuk membersihkan cairan-cairannya," ujar dr. Erlina.

Maka dari itu dibentuklah SOP pemulasaraan jenazah bagi pasien Covid-19 yang meninggal dunia.

"Kita khawatir ini juga menjadi sumber penularan, itulah sebabnya dibuat SOP seperti itu," ugkapnya.

Namun dr. Erlina mengungkapkan, apabila risiko penularan tersebut bisa diantisipasi, tidak menutup kemungkinan jenazah pasien Covid-19 bisa dimakamkan sesuai aturan keagamaan tertentu, dikafani misalnya.

"Tapi tentu saja kalau bisa diantisipasi untuk proses keagamaan, yang mana pasien harus dikafani mestinya itu juga bisa dilakukan,"

"Walaupun kemudian diberi plastik, dan disalatkan kemudian," ujar dr. Erlina.

Akan tetapi dr. Erlina mengatakan, tetap pihak keluarga sebaiknya tidak mengikuti proses pemulasaraan jenazah untuk mencegah risiko penularan virus Covid-19 tersebut.

"Tapi memang sebaiknya, keluarga tidak ikut proses pemulasaraan jenazah, tapi menerima setelah jadi untuk kemudian disalatkan," ungkap dr. Erlina.

Amankah Disinfektan Disemprot Pada Manusia? Dokter Spesialis Paru Ungkap Bahayanya

Beredar pemberitaan diberbagai media sejumlah perusahaan menyediakan bilik-bilik yang digunakan untuk menyemprotkan disinfektan pada karyawannya.

Tapi amankah penyemprotan disinfektan pada manusia?

Sebab, umumnya cairan disinfektan itu digunakan untuk membunuh virus atau bakteri pada benda-benda mati.

Melansir tayangan YouTube tvOneNews (29/3/2020), Spesialis Paru, dr Erlina Burhan memberikan penjelasan terkait efek samping yang ditimbulkan akibat penyemprotan disinfektan ke tubuh manusia.

dr. Erlina jelaskan perihal angka kematian lebih tinggi dari sembuh.
dr. Erlina jelaskan perihal angka kematian lebih tinggi dari sembuh. (Tangkap layar kanal YouTube Indonesia Lawyers Club)

Menurut Erlina, cairan disinfektan tidak seharusnya digunakan untuk manusia.

Ia mengatakan bahwa hal itu justru bahaya bagi kesehatan tubuh.

"Wah! Itu malah bahaya menurut saya," ujar Erlina.

Erlina mengungkapkan, penggunaan cairan disinfektan itu khusus untuk benda-benada mati.

"Karena pertama, disinfektan itu bukan untuk manusia, tapi untuk permukaan benda-benda mati," ujarnya.

Ia menjelaskan memang penularan virus corona atau Covid-19 memang ada dua cara.

"Kita kan tahu, penularan ada yang langsung lewat droplet atau lewat kontak tidak langsung, yakni lewat benda-benda di sekitar kita," ungkapnya.

Ia juga menjelaskan, penularan melalui kontak tidak langsung bisa terjadi ketika orang yang terinfeksi virus corona tanpa sadar memercikkan dropletnya melalui batuk atau bersin dan mengenai benda-benda di sekitar.

Kemudian benda tersebut tersentuh oleh tangan orang lain.

Menurut dr Erlina Burhan, cairan disinfektan tak seharusnya disemprotkan ke tubuh manusia.

Sang presenter kemudian memberi contoh penularan melalui kontak tidak langsung tersebut.

"Jadi seperti contoh, saya mungkin batuk kemudian air liur atau dropletnya menempel di meja, nah itulah gunanya didisinfektan?" tanya sang presenter.

"Iya, mejanya yang mesti dibersihin, atau tombol lift, atau pegangan pintu, tangga," ujar Erlina.

"Itu yang diberi disinfektan, bukan manusia," lanjutnya.

dr Erlina Burhan mengungkapkan zat klorin yang terdapat dalam cairan disinfektan sangat berbahaya bila masuk ke dalam tubuh manusia.

"Itu kalau zat klorin (dalam disinfektan) kalau kena mata atau terhirup oleh saluran nafas, bahaya," ujar Erlina.

Ia juga menuturkan bahwa tindakan penyemprotan disinfekta pada manusia tidak direkomendasikan oleh WHO.

"Itu tidak direkomendasikan oleh WHO," ujarnya.

Erlina menjelaskan, cairan disinfektan juga bisa menimbulkan alergi apabila terkena kulit yang sensitif.

Selian itu, cairan disinfektan juga bisa membahayakan mata dan saluran pernapasan bila terhirup.

"Dan kalau misalnya orang yang disemprot alergi, kena kulitnya,"

"Jadi itu tidak baik untuk kulit, untuk mata, dan untuk saluran napas," kata dr Erlina Burhan.

Ia menegaskan mencuci tangan jauh lebih efektif dalam membasmi virus.

"Intinya kalau virus itu di permukaan dan tersentuh oleh kita, yang penting adalah cuci tangan," ujarnya.

Apabila khawatir virus tersebut menempel di pakaian, ia menyarankan agar segera berganti pakaian setelah pulang dari bekerja atau bepergian.

Erlina mengatakan, tidak perlu khawatir jika virus tersebut menempel di kulit, sebab virus tersebut tidak akan bisa bertahan hidup di permukaan kulit.

"Kalau kita khawatir dia (virus) ada di kulit, dia enggak akan jadi penyakit di kulit, dia enggak bisa tembus kulit," tegasnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Benarkah Jenazah Pasien Covid-19 Dapat Menularkan Virus? Begini Penjelasan Dokter Spesialis Paru


Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved