ANAMBAS TERKINI

BBM Langka di Daerah Penghasil Migas, Warga Anambas Rela Berkerumun Dapatkan Bensin, Dijatah 1 Botol

Warga rela mengantre untuk membeli bensin 1 liter dalam botol bekas air minum dalam kemasan dengan harga Rp 13 ribu.

TribunBatam.id/Rahmatika
Warga Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepri mengantre untuk mendapat bensin di depan Tugu Buak, Kelurahan Tarempa, Kecamatan Siantan, Selasa (7/4/2020). 

TRIBUNBATAM.id, ANAMBAS - Sejumlah warga mengantre di depan Tugu Buak, Kelurahan Tarempa, Kecamatan Siantan, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepri.

Mereka rela berkerumun di tengah wabah Covid-19 ini untuk memperoleh Bahan Bakar Minyak (BBM) yang didistribusikan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan (DKUMPP) Kabupaten Kepulauan Anambas.

Sulitnya memperoleh BBM jenis bensin memang dirasakan masyarakat yang daerahnya dikenal sebagai daerah penghasil migas ini.

Pantauan TribunBatam.id, banyak masyarakat yang mengantre membawa botol kosong dari rumah masing-masing.

Di lokasi yang sama, petugas Dinas Perhubungan dan Lingkungan Hidup (Dishub) sudah berjaga di perempatan jalan untuk mengamankan para warga yang sedang mengantre meski rintik hujan turun ketika itu.

Warga pun terlihat bersyukur, meski bensin yang diperoleh harus dijatah 1 botol bekas air minum dalam kemasan ukuran 1 liter.

Seorang warga Rintis, Desa Tarempa Selatan, Kecamatan Siantan, Seli mengatakan sudah beberapa hari ia tidak bisa jalan ke pasar karna stok bensin beberapa hari tidak ada.

"Saya dapat informasi dari tetangga katanya ada jual bensin di pasar, terus pas turun udah banyak yang antre. Mending lah mbak dapat sebotol dari pada tidak sama sekali," ujarnya, Selasa (7/4/2020).

Untuk harga yang dipatok oleh Disperindagkop Kepulauan Anambas sesuai dengan harga eceran biasa, yakni Rp 13 ribu.

Kepala Dinas Perhubungan dan Lingkungan Hidup (Kadishub LH) Kepulauan Anambas, Ekodesi Amrialdi mengatakan, pasokan BBM yang datang saat ini hanya 600 liter saja.

"Tidak banyak hanya 600 liter saja, dikhususkan untuk warga yang membutuhkan. Sebab bensin masih sekitar 5 hari lagi baru sampai ke Anambas," sebut Ekodesi.

Warga Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepri seeblumnya mengeluhkan sulitnya memperoleh Bahan Bakar Minyak (BBM) di penjual eceran.

Ini dikarenakan pasokan BBM jenis premium dan solar di Agen Penyalur Minyak Subsidi (APMS) diketahui sudah habis.

Pengecer bensin di Kecamatan Siantan, Acai mengaku saat ini dirinya hanya memiliki 3 drum BBM.

"Kami lagi menunggu kiriman bulan April. Sebenarnya kalau dikatakan minyak putus itu saya rasa tidak, kalau saja masyarakat tidak ada yang membeli sampai 5 botol kemudian di stok di rumah. Makanya stok kami saat ini hanya untuk keadaan darurat, seperti untuk ambulans saja. Untuk pengendara kami batasi satu orang dua botol," kata Acai kepada TribunBatam.id, Selasa (31/3/2020).

15 Panduan Penting dari Kementerian Agama untuk Ramadhan dan Idul Fitri, Saat Pandemi Corona

Pura-pura Jadi Pemulung, Maling Besi Tepergok Warga Flamboyan Batam Keluar dari Rumah Kosong

Biasanya, dalam sebulan sekali Acai mengambil BBM distributor BBM di Kecamatan Siantan Tengah, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepri.

Kapal pengangkut BBM diketahui belum tiba di Kabupaten Kepulauan Anambas dikarenakan satu kapal pengangkut sedang melakukan perbaikan.

Wakil Bupati Kepulauan Anambas Wan Zuhendra mengimbau kepada masyarakat agar tidak khawatir untuk sementara waktu.

Ia mengklaim ketersediaan BBM jenis premium dan solar kembali normal dalam 3 sampai 4 hari kedepan.

Wan Zuhendra meminta, khususnya kepada pengecer minyak utnuk tidak menimbun minyak.

"Kami sudah minta APMS untuk menjemput BBM ke Kabupaten Natuna. Hari ini katanya mereka berangkat, paling lambat 3 hari lagi sampai, yang penting masyarakat jangan khawatir," jelasnya.

Dikenal Daerah Migas, Isi Bensin Masih Pakai Botol

Deretan cairan berwarna kuning keemasan tertata apik di dalam botol bekas air minum ukuran 1,5 liter.

Pemandangan ini lumrah ditemui di sisi kiri dan kanan jalan Kota Tarempa, bahkan di Pulau Siantan.

Botol tertata rapi tersebut merupakan bensin yang dijual oleh pengecer. Harga satu botolnya pun beragam.

Ada yang 13 ribu Rupiah namun ada juga yang 14 ribu Rupiah. Masih menggunakan botol ?

Ya, proses pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium ini memang masih menggunakan cara konvensional.

Bagi Anda yang baru pertama kali berkunjung, jangan heran kalau tidak menemukan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) seperti di kabupaten/kota lainnya.

"Di sini isi minyak (bensin) ya seperti ini," ujar Bahri, seorang warga Anambas Selasa (18/12/2018).

Dari penuturan bapak tiga orang anak ini diketahui, kalau proses seperti ini sudah terjadi sejak Anambas masih menjadi kecamatan.

Dari dia pula terdapat saran dalam mengisi BBM ke sepeda motor ini.

Ia lebih memilih botol bekas air minum kemasan yang terlihat kusam, dibanding dengan ‎botol yang baru dan terlihat lebih bersih.

"Bukan apa-apa. Saya pernah punya pengalaman buruk. Motor saya tersendat setelah isi bensin. Setelah dibuka karburtornya, rupanya minyaknya bercampur air," ungkapnya.

Untuk di Pulau Siantan, kehadiran SPBU baru ada khusus untuk nelayan.

Lokasi SPBU-N ini, terletak di Desa Tarempa Timur, Kecamatan Siantan. Adapun SPBU baru terdapat di salahsatu desa di Kecamatan Jemaja yang beroperasi belum lama ini. ‎

Minimnya SPBU seperti di beberapa kabupaten/kota cukup ironis, terlebih dengan status Kabupaten Kepulauan Anambas yang ditetapkan sebagai daerah penghasil migas oleh Undang Undang.

Upaya untuk menghadirkan SPBU yang lazim ditemui di sejumlah daerah, diklaim pernah dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

Sekretaris Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan perdagangan Kabupaten Kepulauan Anambas Yohanes M.V. Sawu, mengatakan, terdapat persyaratan yang harus dipenuhi untuk menghadirkan SPBU, salahsatunya kuota kebutuhan BBM di suatu daerah itu. ‎

Meski tidak memiliki data berapa jumlah pengecer yang ada di Anambas, namun ia menyebut total kebutuhan BBM berdasarkan jenis BBM di Anambas menembus angka 60.927,48 Kilo Liter per tahunnya.

"Waktu rapat di Jakarta sekitar bulan Juli tahun ini, ada disinggung itu. Seperti di Pertamina, mereka ada kuotanya. Maksudnya, ada standar minimal dia per tahun. Sehingga, hitung-hitungannya masuk apa tidak," ungkapnya.(TribunBatam.id/Rahma Tika)

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved