VIRUS CORONA
Kunci Sukses Korea Selatan Menghadapi Pandemi Virus Corona yang Diakui WHO
"Makanya Korea (Selatan) bisa menjalankan tes secara masal dengan cepat, karena pengalaman kasus MERS itulah mereka belajar," kata Aisyah
TRIBUNBATAM.id, SEOUL - Sejauh ini, Korea Selatan dianggap sebagai salah satu negara yang memiliki strategi terbaik dalam menghadapi pandemi virus corona atau covid-19.
Klaim Korsel sebagai pemilik strategi terbaik menghadapi wabah ini disampaikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Apa kunci sukses Korsel dalam menciptakan strategi melawan pandemi Covid-19 ini?
• Lelang Jersey Cristiano Ronaldo Akan Berakhir Hari Ini Jumat (17/4), Sudah Ada 7 Penawar Tertinggi
• Pimpinan Jerman Sepakat Sejumlah Toko dan Sekolah Sudah Bisa Buka Mulai 4 Mei 2020
• Sempat Ditolak, India Akhirnya Setuju Ekspor 89.100 Tablet Anti-Malaria ke Malaysia, Untuk Covid-19?
Visiting Scholar Seoul National University Asia Center, Nur Aisyah Kotarumalos, PhD, menjelaskan kebijakan strategis Korsel dalam menangani wabah Covid-19 merupakan buah pembelajaran ketika menghadapi wabah yang hampir serupa, yakni MERS.
"Kasus MERS menjadi pembelajaran penting oleh Korea (Selatan) dalam melakukan penanganan Covid-19," kata Aisyah dalam diskusi daring bertajuk Strategi Pemerintah Jepang dan Korea Selatan dalam Menghadapi Covid-19: Pembelajaran untuk Indonesia, Kamis (16/4/2020).
Pembelajaran dari Wabah MERS
Aisyah menuturkan ada beberapa pembelajaran dari wabah MERS yang diambil oleh negara ginseng tersebut, antara lain:
1. Diagnostic test
Saat wabah MERS terjadi, Korea Selatan awalnya membuat perundang-undangan khusus.
Salah satu isinya, klinik di Korsel dilarang melaksanakan diagnostic test, kecuali memang diizinkan atau diperintahkan langsung pemerintah.
Peraturan itu tak bertahan lama dan mengalami perubahan.
Tes massal atau diagnostic test pada akhirnya dapat dilaksanakan tanpa regulasi birokrasi pemerintahan.
"Makanya Korea (Selatan) bisa menjalankan tes secara masal dengan cepat, karena pengalaman kasus MERS itulah mereka belajar," kata Aisyah.
• Kemana Kim Jong-un? Tidak Terlihat Saat Perayaan Hari Matahari atau Ulang Tahun Kakeknya
2. Ruang isolasi tekanan negatif
Pada saat wabah MERS melanda, ruangan isolasi tekanan negatif yang dimiliki Korsel sangat sedikit.
Padahal, ruangan isolasi tekanan negatif dianggap sangat baik dalam mencegah penyebaran virus dari pasien yang dikonfirmasi positif.
Dijelaskan Aisyah, ruang isolasi tekanan negatif merupakan ruangan dengan jalur khusus yang diperuntukkan bagi pasien terinfeksi virus penyebab wabah.
Ruangan khusus ini dirancang agar udara dari dalam tidak bisa keluar, tetapi udara dari luar dapat masuk ke dalam ruangan.
Hal ini untuk menghindari penyebaran virus yang bisa terjadi melalui udara.
"Setelah (wabah) MERS itu, rumah sakit besar di Korea Selatan harus menyediakan ruangan khusus isolasi negatif," jelasnya.
Tak heran, sebelum Covid-19 lahir, Korea Selatan sudah menyediakan ruangan khusus isolasi sebagai antisipasi jika ada wabah penyakit berikutnya.
Namun, upaya ini ternyata belum cukup untuk menghadapi pandemi Covid-19.
Terlebih saat jumlah kasus terkonfirmasi positif mencapai 5.000 pasien dan semua memerlukan rawat inap.
Petugas medis di Korsel masih kewalahan.
Untuk menangani permasalahan itu, pemerintah Korsel membuat kategori untuk pasien Covid-19.
Kategori tersebut dibagi menjadi berat, ringan dan sedang.
Hanya pasien kategori berat dan sedang dengan penyakit penyerta saja yang memang dirawat inap di rumah sakit.
"Dari masa wabah MERS, mereka (Korea Selatan) belajar bahwa infrastruktur lambat, hospital (pelayanan rumah sakit) yang lambat, klinis diagnostik yang lambat, segera diperbaharui. Makanya ini yang dijadikan pembelajaran dan dipersiapkan kalau ada wabah kesehatan lagi," tuturnya.
\\
\\
\\