HUMAN INTEREST
Ada yang Terpaksa 'Puasa', Inilah Jeritan Hati Sopir Taksi dan Ojek Batam di Tengah Covid-19
Inilah jeritan hati para tukang ojek dan sopir Batam di tengah Covid-19. Malah ada yang lebih memprihatinkan dari mereka
TRIBUNBATAM.id, BATAM - Wabah Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dapat berarti bencana bagi perekonomian rakyat kecil dan pekerja sektor informal di Kota Batam.
Terutama bagi masyarakat yang berprofesi sebagai sopir taksi dan ojek, baik online maupun konvensional. Wabah Covid-19 ini berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan mereka sehari-hari.
Seorang tukang ojek pangkalan di wilayah Engku Putri, Batam Center, Sofyan Hadi mengungkapkan keresahannya sebagai tukang ojek dengan penghasilan tidak tetap.
Sebelum ada wabah Covid-19, pekerjaannya sebagai tukang ojek bisa dibilang dapat melebihi cukup untuk kebutuhan sehari-hari keluarganya. Ia bahkan bisa membayar tagihan dan cicilan motor yang dipakainya bekerja tanpa menunggak.
Akan tetapi, saat wabah ini muncul, situasi menjadi begitu sulit. Ia menjabarkan macam-macam biaya yang harus dipenuhinya setiap bulan sebagai kepala keluarga, yakni biaya makan, sekolah, listrik, air, cicilan rumah hingga motor.
• Bertahan saat Covid-19, Gaji Karyawati Perusahaan di Batam Ini Tak Cukup untuk Makan & Biaya Berobat
• Bisa Ketemu Keluarga 28 Hari Sekali, Begini Perjuangan Tim Medis RSUD Embung Fatimah Selama Covid-19
"Setiap bulan saya bisa mengeluarkan uang Rp 5 jutaan hanya untuk tagihan, belum termasuk makan," ungkap Sofyan.
Saat ini, ia tengah kalut dikejar-kejar pihak leasing yang menyediakan kredit motornya. Bulan ini, terpaksa ia menunggak sebab sama sekali tidak memiliki uang.
Sama halnya dengan Totok, sopir taksi konvensional, yang juga mangkal di lokasi yang sama. Ia mengaku kebingungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya saat ini.
Totok memiliki lima anak yang menuntut untuk dinafkahi olehnya.
"Kalau masih muda seperti kalian ini, tidak ada beban, pulang tinggal makan, tidur. Kita yang orang-orang tua inilah yang pusing. Setiap hari puluhan ribu harus sudah tersedia di meja buat makan," ungkap Totok sembari terkekeh.
Sofyan menambahkan, di luar sana masih banyak pula sopir taksi dan ojek yang kondisinya lebih memprihatinkan dibanding mereka. Sambil menunjuk pada mobil-mobil di depan trotoar Pelabuhan Internasional Batam Center yang berjajar, Sofyan mengatakan, banyak sopir taksi yang terpaksa puasa atau mengurangi porsi makannya demi mencukupi kebutuhan keluarga.
"Soalnya kita ke sini juga butuh modal. Setiap hari saya harus keluar uang Rp 60 ribu untuk bensin dari rumah di daerah Nongsa ke sini. Belum lagi untuk keliling-keliling bawa penumpang, kalau sepi, bisa-bisa tekor," tambah Totok.
Sebagai sopir taksi dan ojek dengan beban profesi yang relatif sama, keduanya berharap pemerintah agar turut memperhatikan kesejahteraan masyarakat kecil. Paling tidak, beberapa aspek vital dalam kehidupan para pekerja informal ini dapat sedikit dibantu dengan penerapan kebijakan yang efektif dan tepat sasaran.
"Contohnya kayak kebijakan penundaan kredit setahun dari Jokowi itu, sampai sekarang bagaimana kelanjutannya? Saya masih dikejar-kejar pihak leasing. Lalu kebijakan penghapusan biaya listrik 450 VA, memangnya di Batam ini ada berapa banyak masyarakat yang listriknya 450 VA? Paling cuma segelintir, nggak sampai ke kita," ujar Totok menambahkan keluh kesahnya.
Saat ini, para sopir taksi dan ojek di kawasan Batam Center tersebut hanya mampu menunggu solusi yang terbaik dari pemerintah, baik perihal penanggulangan wabah Covid-19, maupun upaya mengatasi dampak perekonomian yang ditimbulkannya saat ini.
(TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami)